*Yesus Dipersembahkan di Kenisah: Perayaan Pesta Yesus di Paroki Santo Agustinus Paya Kumang.Keuskupan Ketapang*

 


                 Foto RP. FX. Oscar Aris Sudarmadi, CP.Pimpin Misa Yesus Dipersembahkan di Kenisah

Ketapang, 2 Februari 2025 – Umat Katolik di Paroki Santo Agustinus Paya Kumang.Keuskupan Ketapang merayakan Hari Minggu IV dalam kalender liturgi, yang bertepatan dengan Pesta Yesus Dipersembahkan di Kenisah. Perayaan ini juga mengenang Beata Eugenia de Smet, Perawan; Santa Yoana Lestonac, Janda; serta Beato Theofanus Venard, Martir, dengan warna liturgi putih yang melambangkan kesucian dan terang Kristus.

Misa suci dipimpin oleh RP. FX. Oscar Aris Sudarmadi, CP, yang dalam homilinya menekankan pentingnya persembahan diri kepada Tuhan, sebagaimana yang dilakukan oleh Maria dan Yusuf saat mempersembahkan Yesus di Bait Allah. Dalam refleksinya, Romo Oscar menyampaikan bahwa tindakan mempersembahkan anak kepada Tuhan merupakan panggilan bagi setiap orang tua melalui sakramen baptis. Ia menegaskan bahwa peristiwa ini merupakan awal dari misi keselamatan Yesus dan menjadi momentum perjumpaan Gereja dengan Tuhan.

Dalam homilinya, Romo Oscar juga mengajak umat untuk meneladani kesetiaan dan komitmen Maria dalam mempersembahkan Yesus. “Kita semua diundang untuk menuju kesucian hati, membangun hidup dalam iman, dan percaya kepada janji Tuhan seperti yang dilakukan oleh Simeon dan Bunda Maria,” ujarnya.

Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa lilin yang dinyalakan dalam perayaan ini melambangkan terang Kristus yang membimbing umat-Nya. “Seperti lilin yang terbakar sampai habis, kita diajak untuk mempersembahkan hidup kita dengan kesabaran dan kesetiaan kepada Tuhan, sebagaimana yang telah dilakukan oleh Santo Yosef,” tambahnya.

Makna Pesta Yesus Dipersembahkan di Kenisah

Pesta ini memiliki akar sejarah yang panjang, mulai dirayakan di Yerusalem sejak abad ke-5 dalam Ritus Timur dan diperluas ke seluruh Gereja Barat pada abad ke-6. Di Roma, perayaan ini awalnya bernuansa pertobatan, sedangkan di Perancis, pesta ini dirayakan dengan pemberkatan lilin dan perarakan meriah, sehingga masih dikenal sebagai "Misa Terang". Sejak tahun 1960, Gereja menetapkannya sebagai "Pesta Tuhan", menggantikan nama sebelumnya, "Pesta Maria".

Secara tradisional, perayaan ini juga ditandai dengan pemberkatan lilin sebagai simbol penyambutan Yesus, Sang Terang bagi bangsa-bangsa. Liturgi hari ini mengacu pada Lukas 2:22-40, yang menggambarkan perjumpaan Simeon dengan Yesus di Bait Allah. Dalam peristiwa ini, Simeon, yang telah menantikan kedatangan Mesias, menggendong Kanak-Kanak Yesus dan menyampaikan nubuatnya: “Sekarang, Tuhan, biarkanlah hambamu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firman-Mu, sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari pada-Mu” (Luk 2:29-30).

Selain Simeon, Hana, seorang nabi perempuan yang setia dalam doa dan puasa di Bait Allah, juga mengakui Yesus sebagai Sang Penebus dan mewartakan-Nya kepada banyak orang. Kisah ini menegaskan bahwa Yesus adalah terang yang dinantikan oleh umat manusia.

Kesetiaan dalam Menjalankan Perintah Tuhan

Dalam liturgi hari ini, Gereja mengingatkan bahwa persembahan Yesus di Bait Allah menunjukkan ketaatan orang tua-Nya terhadap hukum Taurat. Mereka mempersembahkan sepasang burung tekukur atau dua ekor merpati sebagai tanda kesalehan. Hal ini menunjukkan bagaimana keluarga Kudus menaati hukum Tuhan dan membesarkan Yesus dalam iman yang kokoh.

Simeon, seorang yang benar dan saleh, hidup dalam pengharapan akan penghiburan bagi Israel. Roh Kudus memberitahunya bahwa ia tidak akan mati sebelum melihat Mesias. Ketika akhirnya ia bertemu dengan Yesus, ia menyatakan bahwa Sang Penyelamat telah datang untuk menerangi bangsa-bangsa dan menjadi kemuliaan bagi umat Israel.

Demikian pula, Hana, seorang nabi perempuan yang setia melayani Tuhan di Bait Allah, turut mewartakan kehadiran Sang Penebus kepada mereka yang menantikan keselamatan. Kehadiran Simeon dan Hana dalam peristiwa ini melambangkan bagaimana orang-orang yang beriman kepada Tuhan akan memperoleh penghiburan dan keselamatan.






























































































































Refleksi bagi Umat

Perayaan ini mengajak umat untuk merenungkan bagaimana mereka dapat mempersembahkan hidup kepada Tuhan. Dalam kehidupan sehari-hari, umat diajak untuk bersikap setia dan sabar dalam menjalani panggilan iman. Romo Oscar menegaskan bahwa seperti Simeon dan Hana, kita harus selalu terbuka terhadap kehendak Tuhan dan setia pada janji-Nya.

Dalam penutup homilinya, Romo Oscar menyampaikan bahwa Pesta Yesus Dipersembahkan di Kenisah bukan sekadar peristiwa historis, melainkan sebuah panggilan bagi umat untuk menjadi terang bagi sesama. “Kita semua dipanggil untuk menyerahkan hidup kepada Tuhan, menjadi alat keselamatan-Nya, dan membiarkan cahaya Kristus bersinar melalui tindakan dan kesaksian hidup kita,” pungkasnya.

Perayaan ini menjadi pengingat bagi umat bahwa dalam setiap tantangan hidup, Tuhan senantiasa menyertai dan menepati janji-Nya. Seperti yang dikatakan Simeon, Yesus adalah terang yang menerangi dunia, dan setiap umat dipanggil untuk membawa terang itu dalam kehidupan sehari-hari.

Penulis: Tim Komsos Paroki Santo Agustinus Paya Kumang

Tanggal:  2 Februari  2025

About Gr.SAPRIYUN,S.ST.Pi

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.

0 comments:

Posting Komentar