Ketapang, 14 Maret 2025 – Bertempat di Aula SMK Negeri 2 Ketapang, kegiatan refleksi iman bertajuk AKU, Anak Sulung, dan Si Bungsu berlangsung dengan penuh hikmat. Acara ini menghadirkan narasumber Bapak Hendrikus Hendri, S.S., Penyuluh Agama Katolik Kabupaten Ketapang. Turut hadir dalam kegiatan ini Ibu Marselina Maya, S.Ag sebagai Guru Agama Katolik, Bapak Heri Hananta, S.TP sebagai pendamping, serta Bapak Gr. Sapriyun, S.ST.Pi. Kegiatan ini diikuti oleh kurang lebih 120 siswa dari tingkat 1, 2, dan 3 SMK Negeri 2 Ketapang.
Acara ini mengangkat refleksi dari Kitab Lukas 15:11-32 tentang perumpamaan Anak yang Hilang. Dalam perumpamaan ini, terdapat dua karakter utama, yakni Si Sulung dan Si Bungsu, yang masing-masing memiliki sikap berbeda terhadap kasih dan pengampunan ayah mereka.
Peran Si Sulung dan Si Bungsu Si Sulung adalah gambaran dari seseorang yang merasa dirinya saleh dan selalu taat, namun tidak mampu menerima kembalinya saudara yang bertobat. Ia merasa iri terhadap adiknya yang telah menghamburkan warisan, tetapi tetap diterima kembali oleh sang ayah dengan penuh sukacita. Sikapnya mencerminkan bagaimana manusia terkadang merasa lebih benar dibanding orang lain, sehingga sulit menerima kasih dan pengampunan Allah secara utuh.
Di sisi lain, Si Bungsu digambarkan sebagai pribadi yang berdosa. Ia menuntut hak waris saat ayahnya masih hidup, meninggalkan rumah, menghabiskan harta dengan berfoya-foya, hingga jatuh dalam penderitaan. Namun, dalam keterpurukannya, ia menyadari kesalahannya dan kembali kepada sang ayah untuk meminta pengampunan. Sikap ayah yang penuh kasih menunjukkan bahwa Allah selalu membuka pintu bagi anak-anak-Nya yang bertobat.
Makna bagi Kita Saat Ini Refleksi dari perumpamaan ini mengajak kita untuk menempatkan diri dalam dua karakter tersebut:
- Jika kita seperti Si Bungsu, kisah ini mengingatkan bahwa Allah penuh kasih dan selalu siap mengampuni, bahkan sebelum kita mengungkapkan penyesalan dengan kata-kata.
- Jika kita seperti Si Sulung, kisah ini mengingatkan bahwa kita seharusnya bersukacita atas pertobatan saudara kita, bukannya merasa iri atau tidak adil terhadap kasih Allah.
Sebagai anak-anak Allah, kita diajak untuk mengasihi sesama dengan tulus, menerima mereka yang bertobat, dan meneladani kasih Allah yang tanpa batas.
Relevansi dalam Masa Prapaskah dan Tahun Yubileum 2025 Momentum refleksi ini semakin bermakna karena berlangsung dalam Masa Prapaskah dan Tahun Yubileum 2025 yang mengusung tema Peziarah Pengharapan. Kita semua adalah peziarah dalam perjalanan menuju Allah, dan harapan menjadi kekuatan yang membimbing langkah kita dalam menghadapi tantangan dunia.
Sebagai bagian dari perayaan ini, umat diajak untuk:
- Menerima Sakramen Tobat.
- Mengikuti Misa Kudus pada hari Minggu dan Hari Raya.
- Melakukan karya amal kasih terhadap sesama dan lingkungan.
- Berziarah ke tempat suci yang ditunjuk oleh Keuskupan.
- Mendoakan intensi Bapa Suci.
- Berpartisipasi aktif dalam kegiatan paroki, stasi, atau kring.
Pesan Moral dari Perumpamaan Anak yang Hilang
- Tuhan selalu mengasihi kita, meskipun kita pernah berbuat salah.
- Kita harus saling mengasihi dan mengampuni satu sama lain.
- Allah selalu siap menyambut kita dengan tangan terbuka ketika kita bertobat dan kembali kepada-Nya.
Sebagai umat yang beriman, marilah kita membuka hati untuk menerima kasih dan pengampunan Allah serta menjadi pribadi yang membawa sukacita bagi sesama. Tuhan menanti Anda!
Respon dan Antusiasme Peserta Kegiatan refleksi ini mendapat respon positif dari para peserta. Salah satu siswa kelas XI, Yohanes, mengungkapkan bahwa perumpamaan ini membantunya memahami pentingnya pengampunan dalam keluarga. "Saya jadi lebih menyadari bahwa terkadang kita bisa bersikap seperti anak sulung yang sulit menerima saudara kita kembali. Namun, Tuhan justru ingin kita berbelas kasih," ujarnya.
Sementara itu, Ibu Marselina Maya, S.Ag menegaskan pentingnya momen refleksi ini dalam membangun karakter iman siswa. "Kegiatan ini membantu anak-anak memahami bahwa dalam hidup ini, kasih Tuhan selalu lebih besar daripada kesalahan kita," kata beliau.
Dengan diadakannya kegiatan ini, diharapkan semakin banyak generasi muda yang tumbuh dalam iman, kasih, dan pengampunan, seiring dengan perjalanan menuju Tahun Yubileum 2025.
Tanggal: 14 Maret 2025.
0 comments:
Posting Komentar