"Aku Mati-Matian Waras": Seruan Sunyi dari Ignasius Rinso Tigor,S.S, yang Menggema di Tengah Riuh Dunia
Ketapang, 22 Mei 2025 . Sebuah status WhatsApp sederhana, ditulis dengan huruf kecil tanpa hiasan, berhasil membungkam sejenak keramaian dunia digital. Pada Rabu malam, 21 Mei 2025, pukul 20.51 WIB, Ignasius Rinso Tigor, S.S., seorang figur muda inspiratif dari Ketapang, menuangkan isi hatinya yang paling sunyi:
“gaada yang tau aku cape,gaada yang tau aku berusaha sekuat itu,gaada yang tau aku takut, aku sedih,semua cuma tau aku seneng, aku egois, aku marah.padahal aku mati-matian waras ditengah pukulan dari segala arah.”
Kata demi kata itu tak hanya dibaca ia dirasakan. Status tersebut menyebar bukan karena sensasi, melainkan karena kejujuran yang langka di era citra dan pencitraan. Dalam waktu singkat, status ini mengundang empati luas dan percakapan mendalam di ruang-ruang sunyi para pembaca: tentang perjuangan, kelelahan, dan kesendirian yang kerap tak terlihat.
Sosok di Balik Status: Lebih dari Sekadar Nama
Ignasius Rinso Tigor,S.S. alumnus Sastra dan tokoh aktif dalam dunia Pelatihan serta pendidikan di Ketapang, dikenal sebagai pribadi enerjik, komunikatif, dan penggerak komunitas. Ia kerap menjadi inspirasi bagi banyak orang muda melalui pelatihan Pembudidaya Ikan.Ternak Ayam dan lain sebagainya, diskusi intelektual, dan pelayanan sosial.
Namun, malam itu, publik dikenalkan pada sisi lain dari sosok yang selama ini tampak kuat: sisi yang lelah, rapuh, dan sedang berjuang untuk tetap ‘waras’.
“Selama ini kami melihat Tigor, sebagai panutan. Tapi malam itu, kami melihat dia sebagai manusia biasa yang sedang butuh dipeluk dunia,” ungkap Ibu Vero, seorang sahabat dekat Tigor.
Viral dengan Cara yang Tak Biasa
Tidak ada emoji, tidak ada foto diri, tidak ada hashtag. Hanya kata. Namun justru dalam kesederhanaan itulah kekuatan pesan itu muncul. Status tersebut segera mendapat tanggapan luas dari rekan-rekan kerja, para alumni, aktivis muda, hingga para rohaniwan yang mengenal Tigor,secara pribadi.
“Ini bukan sekadar curhatan. Ini refleksi kolektif dari kita semua. Betapa banyak dari kita tersenyum di luar, tapi berjuang hebat di dalam,
Membuka Ruang Bicara yang Selama Ini Tertutup
Status Tigor,seakan membuka pintu yang lama tertutup dalam kesadaran publik tentang kesehatan mental, beban emosional, dan tekanan sosial yang dialami oleh banyak orang terutama mereka yang tampak ‘kuat’.
“Banyak orang berjalan sambil berdarah di dalam. Kita harus mulai belajar tidak menghakimi ekspresi luar seseorang,”
Diam yang Menyuarakan Lebih Keras dari Teriakan
Sampai berita ini dirilis, Ignasius Rinso belum memberikan pernyataan terbuka tentang statusnya tersebut. Namun pesan yang telah dikirimkannya ke dunia maya cukup menjadi bahan renungan: bahwa sering kali, orang yang paling banyak memberi semangat justru menyimpan luka yang terdalam.
Penutup: Sebuah Doa Diam untuk yang Terluka
Di zaman ketika orang dituntut selalu tersenyum, keberanian untuk mengakui kelelahan adalah sebuah revolusi. Status Ignasius Rinso Tigor adalah semacam doa. Doa bagi mereka yang sedang bertahan. Doa bagi mereka yang berusaha tetap waras, meski dihantam dari segala arah.
Dan di tengah dunia yang terus berlari, semoga status itu mengingatkan kita semua untuk sejenak berhenti menatap sekeliling dan bertanya: “Siapa yang sedang lelah di balik senyum itu?”
Penulis:Tim Komsos Paroki Santo Agustinus Paya Kumang
Tanggal: 22 Mei 2025
0 comments:
Posting Komentar