SALIB DAN PATUNG DI GEREJA PAROKI SANTO AGUSTINUS PAYA KUMANG DITUTUPI KAIN UNGU, UMAT DIAJAK MASUK DALAM PERENUNGAN MENDALAM MENYAMBUT JUMAT AGUNG
Ketapang, 12 April 2025 — Dalam suasana pekan suci yang penuh kekhusyukan, Gereja Paroki Santo Agustinus Paya Kumang, Keuskupan Ketapang, menampilkan suasana liturgis yang berbeda dan sarat makna rohani. Salib Yesus di altar utama dan patung-patung kudus di dalam gereja tampak ditutupi kain ungu polos, menyampaikan pesan simbolik yang mendalam kepada umat Katolik yang datang berdoa dan mengikuti rangkaian ibadat menjelang Tri Hari Suci.
Kain ungu yang menutupi salib dan berbagai patung kudus bukan sekadar ornamen liturgis. Dalam tradisi Gereja Katolik, tindakan ini merupakan simbol dari masa berkabung dan penyesalan atas dosa manusia yang menjadi penyebab penderitaan Yesus Kristus. Ungu adalah warna liturgi masa Prapaskah, yang menandakan masa tobat, puasa, dan pertobatan. Gereja secara simbolis “menyembunyikan” tanda-tanda kemuliaan Kristus untuk mengajak umat memasuki suasana hati yang hening, bertobat, dan berbelarasa terhadap penderitaan Yesus.
Pastor Paroki Santo Agustinus, dalam homilinya pada Misa Minggu Sengsara (Minggu Palma) menyampaikan bahwa penutupan salib dan patung-patung ini adalah ajakan bagi umat untuk merenungkan kasih Allah yang begitu besar dalam sengsara Putra-Nya. "Ketika patung-patung dan salib ditutupi, kita diajak untuk lebih fokus pada misteri pengurbanan Kristus. Ini bukan saatnya untuk melihat ke luar, melainkan masuk ke dalam batin kita dan melihat bagaimana kita telah turut menyebabkan penderitaan-Nya melalui dosa-dosa kita," tutur beliau.
Gambar-gambar Jalan Salib menjadi satu-satunya visual yang tetap terlihat. Hal ini memiliki makna khusus karena devosi Jalan Salib menjadi salah satu bentuk doa paling mendalam selama masa Prapaskah. Melalui refleksi atas 14 perhentian Jalan Salib, umat diajak untuk menyatu dalam penderitaan Kristus dan memahami betapa besar cinta Tuhan yang rela menanggung salib demi keselamatan umat manusia.
Tidak sedikit umat yang datang secara pribadi ke gereja untuk berdoa dan mengikuti Ibadat Jalan Salib. Beberapa orang tampak berlutut dalam keheningan, merenungi perjalanan Yesus yang penuh luka, derita, dan pengkhianatan. Tangisan pelan dan suasana khidmat menjadi gambaran nyata bahwa simbol-simbol liturgis seperti kain ungu ini bukanlah ritual kosong, melainkan sarana untuk menyentuh hati dan menggugah pertobatan sejati.
Menurut keterangan tim liturgi paroki, kain-kain ungu ini akan tetap menutupi salib dan patung hingga Sabtu Suci, tepatnya saat lagu “Kemuliaan bagi Allah di Surga” atau Gloria dinyanyikan dalam perayaan Vigili Paskah. Pada saat itulah, semua kain akan dibuka sebagai simbol bahwa Yesus telah bangkit dan mengalahkan maut. Cahaya Paskah menghapuskan kegelapan dan mengembalikan kemuliaan-Nya yang sempat disembunyikan selama masa penderitaan.
Pekan Suci ini merupakan saat yang sangat istimewa bagi umat Katolik di seluruh dunia, termasuk umat di Paroki Santo Agustinus. Dalam keheningan dan keteduhan gereja yang dihiasi kain ungu, umat diajak untuk tidak hanya mengenang penderitaan Kristus sebagai sebuah kisah masa lalu, tetapi sebagai realitas cinta Allah yang hidup dan terus bekerja dalam hidup manusia saat ini.
Semoga suasana syahdu dan penuh makna ini dapat membuka hati setiap umat untuk memperbaharui hidup, bertobat dari dosa, dan menyambut Paskah dengan jiwa yang baru.
Tanggal: 12 April 2025
0 comments:
Posting Komentar