BINA IMAN REMAJA PAROKI SANTO AGUSTINUS PAYA KUMANG PERDALAM PEMAHAMAN TAHUN LITURGI DAN SIMBOL-SIMBOL GEREJANI
Dalam pertemuan kali ini, pendamping BIR mengangkat tema besar mengenai Tahun Liturgi, warna liturgi, serta pengenalan benda-benda suci yang digunakan dalam perayaan Ekaristi. Materi utama disampaikan oleh Ketua Bidang Pewartaan Paroki Santo Agustinus Paya Kumang, Bapak Hendrikus Hendri, S.S., yang hadir secara khusus dalam kegiatan ini sebagai bagian dari komitmen Paroki untuk memperkuat kualitas pewartaan dan pendampingan iman bagi kaum muda.
Kegiatan diorganisir oleh Koordinator Pendamping BIR, Ibu Angelina Norma Sanger, bersama anggota pendamping, Ibu Fransiska Romana Sri Wijati, yang selama ini setia mendampingi remaja dalam berbagai pertemuan pembinaan iman. Dukungan struktural Gereja melalui Ketua Bidang Persekutuan dan Tata Organisasi turut memastikan seluruh rangkaian kegiatan berjalan dengan tertib, nyaman, dan sesuai dengan arahan pastoral Keuskupan Ketapang.
RANGKAIAN KEGIATAN DIMULAI DENGAN DOA DAN RENUNGAN
Kegiatan Bina Iman Remaja dibuka dengan doa yang dipimpin oleh pendamping. Doa pembuka tidak hanya menjadi awal kegiatan, tetapi juga menjadi ungkapan syukur atas kesempatan yang diberikan Tuhan bagi para remaja untuk bertemu, belajar, dan bertumbuh dalam iman. Para remaja diajak untuk mengawali pertemuan dengan sikap hati yang terbuka terhadap karya Roh Kudus yang senantiasa membimbing siapa saja yang rindu akan kebenaran.
Setelah doa pembuka, dilanjutkan dengan renungan singkat mengenai peran remaja Katolik dalam kehidupan sehari-hari. Renungan ini menekankan bahwa remaja adalah bagian penting dari Gereja yang hidup. Mereka bukan sekadar penerus Gereja di masa depan, tetapi sudah menjadi bagian aktif dari tubuh Gereja pada masa sekarang. Para remaja diajak untuk menyadari bahwa sikap, perkataan, kehadiran, dan tindakan mereka dapat menjadi kesaksian iman yang kuat di sekolah, di rumah, maupun dalam lingkungan sosial yang lebih luas.
Renungan ini juga mengajak mereka merenungkan identitas sebagai anak-anak Allah yang dipanggil menjadi garam dan terang dunia. Remaja Katolik didorong untuk membangun relasi yang personal dengan Yesus Kristus melalui doa, keterlibatan dalam liturgi, dan kehidupan komunitas. Dengan demikian, BIR bukan sekadar pertemuan formal, tetapi menjadi ruang aktual untuk mengalami Tuhan dalam kebersamaan, dalam diskusi iman, dan dalam aktivitas kreatif yang membangun.
PEMAPARAN MENDALAM TENTANG TAHUN LITURGI GEREJA KATOLIK
Bagian utama kegiatan dilanjutkan dengan pemaparan dari Bapak Hendrikus Hendri, S.S., mengenai Tahun Liturgi Gereja Katolik. Dalam penyampaiannya, ia menekankan bahwa memahami Tahun Liturgi merupakan bagian penting dari kehidupan iman seorang Katolik, sebab seluruh perjalanan Gereja mengacu pada misteri hidup, sengsara, wafat, dan kebangkitan Kristus.
Ia menjelaskan bahwa Tahun Liturgi terdiri dari enam musim besar yang berulang setiap tahun, yaitu:
-
Masa Adven, sebagai masa penantian penuh harapan akan kelahiran Yesus.
-
Masa Natal, saat Gereja merayakan sukacita kelahiran Kristus sang Juru Selamat.
-
Masa Prapaskah, yang menjadi masa tobat menuju puncak misteri iman.
-
Triduum Paskah Suci, tiga hari suci yang mengenangkan sengsara, wafat, dan kebangkitan Tuhan.
-
Masa Paskah, masa sukacita selama lima puluh hari untuk merayakan kemenangan hidup atas maut.
-
Masa Biasa, masa yang mengajak umat mendalami ajaran dan pelayanan Yesus sepanjang hidup-Nya di dunia.
Pemaparan mengenai Siklus Bacaan Liturgi A, B, dan C juga mendapat perhatian khusus. Bapak Hendrikus menjelaskan bahwa siklus bacaan ini memungkinkan Gereja membacakan hampir seluruh isi Kitab Suci dalam tiga tahun liturgi secara seimbang.
-
Tahun A berfokus pada Injil Matius,
-
Tahun B pada Injil Markus,
-
Tahun C pada Injil Lukas,
dengan Injil Yohanes disisipkan pada masa-masa liturgi tertentu, terutama selama masa Paskah.
Penjelasan mengenai pembagian tahun ganjil dan genap untuk bacaan hari kerja turut memperkaya pemahaman para remaja. Siklus bacaan hari kerja memperluas kesempatan umat Katolik untuk mendalami firman Tuhan secara lebih menyeluruh, bahkan di luar hari Minggu.
Pemaparan ini sangat membantu para remaja untuk memahami alasan di balik perubahan warna liturgi, tema bacaan, dan suasana misa dari minggu ke minggu. Materi disampaikan dengan pendekatan komunikatif sehingga mudah dipahami, bahkan oleh remaja yang baru pertama kali mengikuti formasi mendalam mengenai liturgi.
PENGENALAN TERPERINCI TENTANG PAKAIAN LITURGI DAN BENDA-BENDA SUCI DI GEREJA
Selain Tahun Liturgi, para remaja juga mendapatkan penjelasan lengkap tentang pakaian liturgi serta benda-benda suci yang umum digunakan dalam perayaan Ekaristi.
Materi ini meliputi:
1. Vestimen atau Busana Liturgi
2. Piala atau Kaliks
Piala emas yang digunakan saat konsekrasi dijelaskan sebagai simbol keluhuran misteri Darah Kristus.
3. Paten dan Sibori
Benda untuk menampung hosti dijelaskan sebagai wadah suci yang harus dihormati karena digunakan dalam perayaan Ekaristi.
4. Altar
Altar diperkenalkan sebagai pusat liturgi, lambang Kristus sendiri, tempat kurban syukur dipersembahkan.
5. Aspergillum dan Aspersorium
Alat pemberkatan air suci yang digunakan saat ritus khusus dijelaskan maknanya secara sederhana.
6. Tempat Air dan Lavabo
Remaja diberi pemahaman bahwa ritus cuci tangan imam bukan sekadar bentuk kesopanan, melainkan simbol pemurnian.
Melalui pengenalan ini, para remaja menyadari bahwa setiap benda dalam Gereja memiliki makna teologis dan nilai simbolis yang kaya, sehingga seluruh umat diajak untuk menghargai serta memahami fungsi-fungsinya secara benar.
ANTUSIASME PESERTA DALAM DISKUSI, PERMAINAN EDUKATIF, DAN SHARING IMAN
Suasana pembelajaran tidak disampaikan secara satu arah. Pendamping BIR memadukan pemaparan materi dengan sesi diskusi kelompok, permainan edukatif bertema liturgi, serta sharing pengalaman iman.
Metode interaktif ini membuat para remaja lebih mudah memahami materi dan mendorong partisipasi aktif. Sebagian remaja menceritakan pengalaman mereka mengenai misa mingguan, peran mereka di lingkungan gereja, dan bagaimana mereka mencoba hidup sesuai ajaran Kristus di sekolah dan lingkungan pergaulan.
Permainan liturgi membuat suasana semakin hidup. Kuis cepat tentang warna liturgi, nama benda-benda suci, dan urutan masa liturgi menjadi momen seru karena para peserta berusaha menjawab dengan cepat dan tepat. Kegiatan ini bukan sekadar hiburan, tetapi juga memperkuat pemahaman remaja tentang liturgi Gereja.
ARAHAN PASTORAL BAGI REMAJA KATOLIK DI ERA DIGITAL
Di tengah berbagai tantangan zaman, pendamping memberikan arahan bagaimana remaja Katolik dapat tetap bertahan dalam iman. Fokus pembinaan bukan hanya pada pengetahuan, tetapi juga pada pembentukan karakter dan moral.
Para remaja diajak untuk:
-
menggunakan media sosial secara bijak,
-
menjadi pembawa berita baik di mana pun mereka berada,
-
mengutamakan kasih dalam pergaulan,
-
dan membiasakan doa harian sebagai kekuatan rohani.
Arahannya menekankan bahwa menjadi remaja Katolik bukan berarti harus sempurna, tetapi selalu mau berproses menuju kedewasaan iman.
PENUTUP: DOA SYUKUR DAN HARAPAN UNTUK PERTEMUAN BERIKUTNYA
Kegiatan BIR ditutup dengan doa syukur bersama. Para remaja memanjatkan ucapan terima kasih atas penyelenggaraan kegiatan yang membawa banyak wawasan baru tentang liturgi dan kehidupan Gereja.
Doa penutup juga menjadi momen hening bagi setiap peserta untuk memohon kekuatan dari Tuhan agar mampu menjadi saksi Kristus dalam keluarga, sekolah, dan komunitas mereka.
Para pendamping berharap kegiatan berikutnya dapat terus menjadi ruang pertumbuhan iman yang hangat, inklusif, dan membangun semangat persaudaraan dalam tubuh Gereja.
Melalui kegiatan Bina Iman Remaja ini, Paroki Santo Agustinus Paya Kumang menegaskan kembali komitmennya dalam mendampingi kaum muda sebagai bagian penting dari misi Gereja untuk menghadirkan Kerajaan Allah di tengah dunia.
📍Paroki Santo Agustinus Paya Kumang
🕊️ Gembala Umat, Pelita Iman, Sahabat Jiwa
Ditulis oleh: Tim Redaksi Komunikasi Sosial (Komsos) Paroki Santo Agustinus Paya Kumang
Tanggal: 23 November 2025
0 comments:
Posting Komentar