Gereja Hidup di Dalam Hati: Makna Pesta Pemberkatan Basilika Lateran di Paroki Santo Agustinus Paya Kumang

 

Foto RP. FX. Oscar Aris Sudarmadi, CP

Gereja Hidup di Dalam Hati: Makna Pesta Pemberkatan Basilika Lateran di Paroki Santo Agustinus Paya Kumang

Ketapang, 9 November 2025.Udara pagi yang sejuk menyelimuti kawasan Paroki Santo Agustinus Paya Kumang. Misa Kudus Minggu pagi pukul 07.00 WIB. Hari ini, Gereja Katolik di seluruh dunia merayakan Pesta Pemberkatan Gereja Basilika Lateran, yang juga bertepatan dengan peringatan Santo Teodorus Tiro, Martir, dengan warna liturgi putih sebagai lambang sukacita dan kemuliaan Tuhan.

Misa Kudus di Paroki Santo Agustinus dipimpin oleh RP. FX. Oscar Aris Sudarmadi, CP, seorang imam dari Kongregasi Pasionis yang dikenal dengan khotbahnya yang menyentuh hati, sarat makna rohani, dan penuh semangat kebersamaan dalam Kristus. Petugas liturgi yang bertugas pagi ini terdiri dari Saudara Fransisco Ronal sebagai lektor, Ibu Maria Theresia Budi Supri Handini sebagai dirigen koor, Bapak Yulius Sudarisman sebagai organis, dan Saudari Dianisia Patria Gita Astrie sebagai pemazmur. Koor dari Lingkungan Santo Paulus dari Salib mempersembahkan nyanyian liturgi dengan penuh penghayatan, mengiringi setiap bagian perayaan Ekaristi dengan harmoni suara yang menenangkan jiwa.

Pesta Pemberkatan Gereja Basilika Lateran: Makna Universal

Dalam kalender liturgi Gereja Katolik, Pesta Pemberkatan Gereja Basilika Lateran memiliki makna istimewa. Basilika Lateran di Roma bukan sekadar gedung gereja biasa, melainkan Gereja Katedral bagi Uskup Roma, yakni Paus sendiri. Basilika ini menjadi simbol persatuan seluruh Gereja Katolik di dunia  sebuah tanda bahwa meskipun umat tersebar di berbagai tempat, semuanya bersatu dalam satu tubuh, satu iman, dan satu baptisan di dalam Kristus.

Perayaan ini mengajak seluruh umat Katolik di dunia untuk kembali merenungkan arti sejati Gereja, bukan hanya sebagai bangunan fisik, tetapi sebagai Bait Allah yang hidup komunitas umat beriman yang menjadi tempat kediaman Roh Kudus.
































































































































Homili RP. FX. Oscar Aris Sudarmadi, CP: “Menjadi Lambang Persatuan Gereja untuk Membangun Kerja Sama Tubuh Kristus”

Homili yang disampaikan oleh RP. FX. Oscar Aris Sudarmadi, CP pada hari Minggu ini menjadi inti perayaan yang penuh makna. Dengan suara lembut namun tegas, ia mengajak umat untuk memandang lebih dalam hakikat Gereja sebagai rumah Allah yang sejati.

“Gereja bukan hanya bangunan yang tersusun dari batu-batu yang indah. Bukan sebatas itu. Gereja adalah rumah Allah yang hidup  dibangun atas dasar Kristus sendiri,” tutur RP. Oscar dalam pengantarnya yang disambut keheningan penuh perhatian dari umat.

Beliau menegaskan bahwa dalam pesta pemberkatan Basilika Lateran ini, umat diajak untuk melihat Gereja bukan hanya sebagai tempat ibadah, melainkan sebagai tubuh Kristus yang hidup. “Melalui pelayanan di bawah kepemimpinan Bapa Suci Paus, kita semua diajak memahami makna mendalam bahwa Gereja adalah sakramen kehadiran Allah di dunia,” lanjutnya.

1. Gereja sebagai Rumah Allah yang Hidup

RP. Oscar menjelaskan bahwa dalam bacaan pertama, digambarkan tentang bait suci yang mengalirkan air kehidupan, simbol rahmat Allah yang memberi kesegaran rohani bagi umat-Nya. Ia menekankan bahwa keluarga Kristen juga adalah “gereja mini”  tempat di mana rahmat Allah mengalir melalui sakramen-sakramen yang diterima: baptis, ekaristi, krisma, dan tobat.

“Keluarga yang hidup dalam kasih adalah sumber rahmat dan kehidupan baru. Air yang mengalir dari bait suci menggambarkan kasih Allah yang tak pernah berhenti menghidupkan. Begitulah Gereja, menjadi pusat rohani yang terus mengalirkan kesegaran bagi dunia,” ujar beliau.

Ia juga menambahkan bahwa Allah adalah pusat perhentian bagi umat manusia. Ketika umat berhenti di hadapan Tuhan, mereka menemukan kedamaian sejati, bukan dalam kesibukan dunia, tetapi dalam keheningan doa dan persatuan dengan Kristus.

2. Kristus: Dasar yang Kokoh

Mengutip ajaran Rasul Paulus, RP. Oscar menegaskan bahwa Kristus adalah dasar yang kokoh dari seluruh bangunan rohani. Tanpa Kristus, Gereja hanyalah dinding tanpa jiwa.

“Santo Paulus mengingatkan kita bahwa Kristus adalah batu penjuru. Hari raya pemberkatan Basilika Lateran ini sungguh tepat untuk mengingatkan kita semua bahwa kita pun adalah tempat kediaman Roh Allah. Kita bertanggung jawab menjaga kelangsungan hidup rohani itu,” katanya dengan nada penuh penegasan.

Beliau lalu mengajak umat untuk merefleksikan diri: apakah hati mereka masih menjadi rumah bagi Roh Kudus, atau sudah berubah menjadi pasar duniawi yang penuh transaksi kepentingan pribadi?

3. Bait Allah yang Dirobohkan dan Didirikan Kembali

Dalam pengembangan homilinya, RP. Oscar mengulas perikop Injil Yohanes (2:13-22) yang menceritakan Yesus mengusir para pedagang dari Bait Allah. Ia menjelaskan bahwa peristiwa itu bukanlah sekadar kemarahan manusiawi, melainkan tanda cinta Ilahi terhadap kesucian rumah Allah.

“Ketika Yesus berkata: ‘Rombaklah Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali,’ Ia tidak berbicara tentang gedung fisik, melainkan tentang diri-Nya sendiri  tubuh-Nya yang akan bangkit dalam kemuliaan,” jelasnya.

Peristiwa itu menjadi nubuat tentang kebangkitan Kristus, yang menandai bahwa Bait Allah sejati kini adalah Kristus sendiri. Maka, setiap orang yang bersatu dengan Kristus juga menjadi bagian dari bait suci yang hidup.

4. Dari Bangunan Menjadi Hati

RP. Oscar melanjutkan refleksi dengan mengajak umat untuk menatap ke dalam diri. “Bagi bangsa Israel, Bait Allah adalah pusat ibadah. Tetapi bagi kita sekarang, Tuhan hadir bukan di dalam bangunan, melainkan di dalam hati setiap orang beriman,” ujarnya.

Ia menegaskan bahwa setiap kali umat menyambut Ekaristi, Tuhan sungguh hadir di dalam diri mereka. Tubuh dan darah Kristus menjadi sumber kekuatan dan kehidupan baru.

“Hati kita kini adalah Bait Allah yang hidup. Namun, mari kita bertanya: apakah hati kita masih menjadi rumah doa, atau sudah berubah menjadi pasar duniawi yang penuh kebisingan dan kepentingan diri?”

Kata-kata ini menggema di seluruh gereja. Umat terdiam, merenung, dan mungkin di dalam hati masing-masing mulai bertanya: apakah aku sudah membiarkan Yesus tinggal di hatiku, atau aku malah menyingkirkan-Nya dengan kesibukan dan egoisme?

5. Bait Allah yang Penuh Suara Dunia

Zaman modern, kata RP. Oscar, telah membuat hati manusia semakin bising. Banyak orang kehilangan keheningan batin karena tenggelam dalam ambisi, teknologi, dan pencitraan diri. Dunia digital menciptakan ilusi koneksi, namun seringkali justru menjauhkan manusia dari Tuhan.

“Kita sering membiarkan banyak hal berdagang di dalam hati kita  menukar kedamaian rohani dengan kebisingan duniawi. Yesus ingin membalikkan semua meja itu,” katanya dengan penuh makna.

Ia melanjutkan bahwa Yesus tidak datang untuk menghancurkan manusia, tetapi untuk membersihkan dosa yang menghancurkan manusia. Ia ingin mengusir segala bentuk kelekatan duniawi, kemunafikan, dan kesombongan yang membuat hati manusia kering dari kasih.

6. Panggilan untuk Membersihkan Bait Allah Setiap Hari

RP. Oscar menegaskan bahwa pertobatan bukanlah peristiwa sekali jadi. “Pertobatan adalah proses harian,” ujarnya. Setiap hari manusia bergulat dengan dosa dan kelemahan. Karena itu, setiap hari pula Yesus datang untuk membersihkan hati manusia.

“Mungkin hari ini hati kita penuh rasa iri, besok kesombongan, lusa kekhawatiran. Tapi setiap kali itu terjadi, Tuhan datang dan berkata: ‘Singkirkan semua ini dari sini.’ Ia tidak marah karena benci, tetapi karena cinta,” katanya lembut.

Dengan nada pastoral yang penuh kasih, beliau mengingatkan bahwa Tuhan ingin agar hati manusia kembali murni  menjadi tempat tinggal Roh Kudus yang sejati.

7. Tiga Hari yang Mengubah Dunia

Menjelaskan bagian Injil lebih dalam, RP. Oscar mengaitkan perkataan Yesus dengan misteri Paskah. “Ketika Ia berkata, ‘Rombaklah Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali,’ Ia sedang berbicara tentang kebangkitan. Salib yang tampak sebagai kehancuran justru menjadi fondasi kehidupan baru,” jelasnya.

Bait Allah sejati tidak bisa dihancurkan karena kehadiran Allah kini hidup dalam kasih yang tak terpadamkan. “Kebangkitan Kristus membuktikan bahwa kasih Allah lebih kuat daripada kematian,” tegasnya.

8. Menjadi Gereja yang Hidup

Homili RP. Oscar semakin menyentuh ketika ia berbicara tentang panggilan setiap orang Katolik. “Kita sering berpikir bahwa iman berarti pergi ke gereja. Tetapi Yesus mengingatkan: iman sejati berarti menjadi gereja itu sendiri,” katanya.

Setiap perkataan dan tindakan, lanjutnya, menjadi batu hidup yang membangun Gereja. “Apakah rumah hatiku memuliakan Allah, atau justru menjadi tempat transaksi duniawi?” pertanyaan itu menjadi penutup refleksi yang mengundang permenungan mendalam.

9. Membersihkan dengan Kasih

RP. Oscar menekankan bahwa tindakan Yesus di Bait Allah bukanlah ekspresi kebencian, melainkan tindakan kasih yang membebaskan. Ia ingin menegakkan kebenaran, tetapi dengan kasih yang memulihkan, bukan menghukum.

“Yesus mengusir pedagang bukan karena Ia membenci manusia, melainkan karena Ia mencintai manusia dan ingin agar mereka kembali ke jalan yang benar,” ujarnya.

Dengan penuh kehangatan, beliau menegaskan bahwa kita pun dipanggil untuk menegakkan kebenaran dengan cara yang sama penuh kasih, tanpa kekerasan.

10. Refleksi Penutup: Apa yang Harus Dikeluarkan dari Hatiku?

Menutup homilinya, RP. Oscar mengajak seluruh umat untuk berdoa dalam keheningan batin. Ia berkata perlahan:

“Tuhan Yesus, Engkau datang untuk membersihkan Bait Allah dari segala yang kotor. Bersihkan juga hatiku, rumah tempat Engkau tinggal. Hancurkan semua kelekatan yang menjauhkan aku dari kasih-Mu, dan jadikan aku bait suci-Mu yang hidup.”

Doa itu menggema di hati setiap orang yang hadir. Gereja menjadi sunyi. Tak ada suara lain selain desahan doa pribadi yang naik ke surga bersama aroma dupa yang perlahan memenuhi ruang kudus.

Perayaan Ekaristi yang Menghidupkan Iman

Setelah homili, perayaan Ekaristi dilanjutkan dengan Doa Umat dan Liturgi Ekaristi. Setiap bagian misa dihayati dengan khidmat. Koor dari Lingkungan Santo Paulus dari Salib mempersembahkan lagu-lagu liturgi dengan harmoni yang menenangkan, membantu umat semakin masuk dalam suasana doa.

Ketika komuni kudus dibagikan, umat maju dengan tertib, menundukkan kepala, dan menerima tubuh Kristus dengan penuh hormat. Momen itu menjadi puncak perjumpaan pribadi dengan Tuhan yang berdiam di dalam diri setiap orang — sebagaimana tema homili hari itu: Gereja hidup di dalam hati manusia.

Makna Rohani bagi Umat Paroki

Perayaan ini menjadi pengingat mendalam bagi umat Paroki Santo Agustinus Paya Kumang bahwa mereka dipanggil untuk menjadi Gereja yang hidup. Tidak cukup hanya membangun gedung megah, tetapi juga membangun hati yang kudus, keluarga yang beriman, dan komunitas yang saling mengasihi.

Gereja bukan sekadar tempat, tetapi persekutuan. Gereja bukan sekadar tembok, tetapi tubuh Kristus yang berdenyut dengan kasih. Dan setiap umat adalah batu hidup yang menopang bangunan rohani itu.

Penutup

Misa Minggu Pesta Pemberkatan Gereja Basilika Lateran di Paroki Santo Agustinus Paya Kumang berakhir sekitar pukul 08.30 WIB. Umat pulang dengan wajah damai, membawa pesan rohani yang kuat: membersihkan hati agar menjadi tempat kediaman Allah yang sejati.

Melalui homili RP. FX. Oscar Aris Sudarmadi, CP, umat diingatkan bahwa setiap orang Katolik adalah bagian dari Gereja universal  tubuh Kristus yang hidup. Gereja bukan hanya bangunan, melainkan hati yang dipenuhi kasih, iman, dan pengharapan.

Bait Allah tidak lagi berdiri di atas batu, melainkan di atas kasih Kristus yang tak tergoyahkan.

“Rombaklah Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali.”
Sabda ini kini bergema di dalam diri setiap umat  bahwa di tengah dunia yang bising, Tuhan tetap membangun Gereja-Nya di hati yang bersih dan penuh kasih.

📍Paroki Santo Agustinus Paya Kumang

🕊️ Gembala Umat, Pelita Iman, Sahabat Jiwa

Ditulis oleh: Tim Redaksi Komunikasi Sosial (Komsos) Paroki Santo Agustinus Paya Kumang

Tanggal:   9  November  2025

About Gr.SAPRIYUN,S.ST.Pi

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.

0 comments:

Posting Komentar