Susunan
Fungsionaris Konferensi Waligereja Indonesia (2025–2028)
KWI Meneguhkan Kepemimpinan Baru dalam Semangat Sinodalitas Gereja
Ketapang, 14
November 2025.Dalam semangat berjalan bersama sebagai Gereja sinodal, para
uskup Indonesia yang berkumpul dalam Sidang Sinodal Konferensi Waligereja
Indonesia (KWI) kembali memperbaharui kepemimpinannya untuk masa bakti
2025–2028. Sidang yang berlangsung selama enam hari, yakni sejak Sabtu, 8
November hingga Kamis, 13 November 2025, di Gedung KWI, Jakarta, berlangsung
dalam suasana penuh persaudaraan, keteduhan rohani, dan dialog mendalam.
Momentum tahunan ini kembali menjadi panggung refleksi bersama para uskup untuk
meneguhkan arah Gereja Katolik Indonesia, khususnya dalam menjawab berbagai
dinamika sosial, budaya, dan spiritual masyarakat Indonesia.
Sidang Sinodal
KWI tahun ini bukan sekadar ajang pemilihan fungsionaris, tetapi juga menjadi
refleksi mendalam mengenai arah pastoral Gereja ke depan. Dengan suasana
kebersamaan yang kuat, para uskup menimbang berbagai tantangan zaman, mulai
dari isu kemanusiaan, pendidikan, kesehatan, media digital, hingga gerakan
ekologis. Semua dibahas untuk menjaga agar Gereja Katolik Indonesia tetap
relevan, adaptif, dan dekat dengan kehidupan umat.
Rangkaian
sidang yang diikuti oleh para uskup dari seluruh keuskupan di Indonesia
menghasilkan keputusan penting, yaitu menetapkan kembali Mgr. Antonius
Subianto Bunjamin, OSC, Uskup Bandung, sebagai Ketua KWI untuk masa jabatan
kedua. Keputusan ini menjadi tanda kuat bahwa para uskup menilai adanya
kesinambungan kepemimpinan yang diperlukan untuk mengarahkan Gereja Katolik
Indonesia di tengah berbagai tantangan pastoral.
Sebagai
pendamping utama dalam kepemimpinan KWI, para uskup mempercayakan tugas
Sekretaris Jenderal kepada Mgr. Adrianus Sunarko, OFM, Uskup
Pangkalpinang. Beliau menjadi figur
penting dalam mengoordinasikan berbagai komisi, menjalin komunikasi
antarkeuskupan, serta menjalankan administrasi dan dinamika internal KWI.
Pemilihan keduanya mencerminkan kolaborasi kepemimpinan yang sinergis, berakar
pada nilai-nilai pelayanan dan semangat persaudaraan episkopal.
Seluruh keputusan dalam sidang ini menegaskan bahwa Gereja Katolik Indonesia semakin memperkuat pondasi sinodalitas—yakni berjalan bersama, mendengarkan bersama, dan mengambil keputusan bersama. Dalam konteks Indonesia yang plural, Gereja dipanggil untuk menjadi pelita yang menghadirkan harapan, keadilan sosial, dan solidaritas yang lebih luas.
I. Struktur Lengkap Fungsionaris KWI
2025–2028
Berikut adalah susunan lengkap fungsionaris KWI yang ditetapkan secara resmi dan tercantum dalam dokumen publikasi KWI.
A. PRESIDIUM
Anggota:
- Mgr. Kornelius Sipayung, OFMCap
- Mgr. Robertus Rubiyatmoko
- Mgr. Petrus Budiman
- Mgr. Benediktus Rolly Untu, MSC
- Mgr. Silvester San
- Mgr. Hieronymus Bajasoko
B.
KETUA-KETUA KOMISI
- Komisi Hubungan Antaragama dan Kepercayaan:– Mgr. Christophorus Tri Harsono
- Komisi Kateketik:– Mgr. Makarius Yingu
- Komisi Kepemudaan:– Mgr. Robertus Rubiyatmoko
- Komisi Kerasulan Awam:– Mgr. Yohanes Harun Yuwono
- Komisi Kerawam:– Mgr. Adrianus Sunarko, OFM
- Komisi Liturgi:– Mgr. Antonius Subianto Bunjamin
- Komisi Seminari:– Mgr. Agustinus Teja Edi Chusni
- Komisi Kitab Suci:– Mgr. Yohanes Harun Yuwono, SCJ
- Komisi Keadilan dan Perdamaian serta Pastoral Migran Perantau:– Mgr. Petrus Turang
- Komisi Teologi:– Mgr. Paskalis Bruno Syukur, OFMCap
- Komisi Pengembangan Sosial Ekonomi:– Mgr. Aloysius Sudarso, SCJ
- Komisi Pemberdayaan Sosial Ekonomi:– Mgr. Benediktus Estephanus Rolly Untu, MSC
- Komisi Pendidikan:– Mgr. Vitus Rubianto Solichin, SX
- Komisi Kesehatan:– Mgr. Valentinus Saeng, CP
C. DEWAN
MONETER
Anggota:
- Mgr. Vitus Rubianto Solichin
- Mgr. Sylvester San
D. DELEGATUS
E. DELEGATUS
FABIC (Jakarta 2020)
- Mgr. Paskalis Bruno Syukur, SVD
- Mgr. Robertus Rubiyatmoko
- Mgr. Yohanes Harun Yuwono, O Carm
- Mgr. Valentinus Saeng, CP
F.
KEORGANISASIAN
G. DAFTAR
SINGKATAN
Gereja yang
Terus Bergerak Bersama
Keputusan yang
dicapai dalam Sidang Sinodal KWI bukan sekadar proses administratif. Ia merupakan perwujudan paling konkret
dari Gereja yang terus bergerak bersama. Dalam kehidupan Gereja Katolik,
sinodalitas bukanlah konsep baru; ia merupakan cara hidup Gereja sejak awal
lahirnya komunitas para murid. Namun, dalam konteks zaman modern, sinodalitas
dipanggil untuk diterjemahkan dalam dinamika pastoral yang lebih inklusif,
partisipatif, dan kolaboratif.
Pemilihan fungsionaris KWI 2025–2028 menunjukkan
bahwa Gereja Indonesia menempatkan alasan moral, integritas pribadi, pengalaman
pastoral, serta kapasitas kepemimpinan sebagai pertimbangan utama. Para uskup
memilih bukan berdasarkan preferensi personal semata, tetapi melalui proses
discernment kolektif yang melibatkan doa, kontemplasi, dan dialog.
Keputusan mempercayakan kembali tampuk
kepemimpinan kepada Mgr. Antonius Subianto Bunjamin, OSC adalah sinyal
kepercayaan yang kuat dari para uskup. Sosok yang selama ini dikenal rendah
hati, komunikatif, dan dekat dengan persoalan masyarakat kecil, dianggap mampu
menjaga kesinambungan program dan arah pastoral Gereja Indonesia. Dalam periode
sebelumnya, beliau berhasil membangun budaya komunikasi terbuka
antar-keuskupan, memperkuat relasi dengan pemerintah, serta meningkatkan kerja
sama antar komisi di tingkat nasional.
Demikian pula dengan penunjukan Mgr. Adrianus
Sunarko, OFM sebagai Sekretaris Jenderal, yang dikenal sebagai uskup yang
tekun, teliti, dan memiliki kemampuan administrasi yang kuat. Beliau selama ini
aktif dalam berbagai komisi dan forum lintas agama, sehingga kontribusinya
diharapkan mampu memperkuat jembatan komunikasi antara Gereja dan berbagai
elemen bangsa.
Membangun Sinergi Antar-Komisi demi
Pelayanan Gereja yang Lebih Efektif
Kepemimpinan KWI tidak dapat dilepaskan dari peran
komisi-komisi yang bekerja di bawahnya. Setiap komisi memiliki mandat pastoral
yang luas, mulai dari pendidikan, liturgi, kesehatan, pemuda, hingga hubungan
antaragama. Dalam masa bakti 2025–2028, seluruh komisi diminta untuk memperkuat
kolaborasi lintas bidang agar pelayanan Gereja tidak terkotak-kotak.
Komisi-komisi dalam KWI berfungsi sebagai
perpanjangan tangan konferensi episkopal untuk menjawab kebutuhan umat Katolik
di Indonesia. Mereka bukan hanya menyusun pedoman, tetapi juga mengembangkan
program nasional, melakukan pendampingan keuskupan, serta menjalin kerja sama
dengan kementerian, lembaga internasional, dan organisasi lintas iman. Dengan
demikian, struktur komisi KWI bukan sekadar daftar nama, tetapi mencerminkan
struktur pelayanan Gereja yang utuh.
Salah satu isu
yang menjadi perhatian adalah meningkatnya tantangan pastoral di era digital. Komisi Komsos (Komunikasi Sosial),
misalnya, mengemban peran vital dalam membentuk literasi digital umat. Maraknya
pesatnya arus media sosial, informasi palsu, dan propaganda digital memerlukan
pendekatan pastoral yang bukan hanya responsif, tetapi juga edukatif. Gereja
tidak boleh ketinggalan zaman, dan peran komisi ini akan sangat krusial dalam
membangun ekosistem digital yang sehat dan etis.
Demikian pula halnya dengan Komisi Kepemudaan yang
berhadapan langsung dengan generasi mudagenerasi yang tumbuh dalam era
internet cepat dan budaya visual. Gereja berharap agar para pemimpin muda
Katolik dapat didampingi untuk menjadi pribadi yang tangguh, kritis, mampu
membuat keputusan yang baik, serta aktif dalam kehidupan Gereja.
Gereja dan
Tantangan Sosial di Indonesia
Selain dinamika
internal, Gereja Katolik Indonesia memiliki tanggung jawab moral terhadap
persoalan sosial yang muncul di tengah masyarakat. Isu kemiskinan,
ketidakadilan, lingkungan hidup, pendidikan, kesehatan, dan relasi antaragama
merupakan fokus utama yang dimandatkan kepada para ketua komisi baru.
1. Isu
Kemiskinan dan Keadilan Sosial
Indonesia masih
berhadapan dengan kesenjangan ekonomi dan sosial. Gereja melalui Komisi PSE
(Pengembangan Sosial Ekonomi) diharapkan dapat menghadirkan program-program
pemberdayaan yang lebih sistematis. Saat ini, banyak umat di wilayah pedalaman,
perbatasan, dan kepulauan kecil masih hidup dalam keterbatasan akses.
KWI memandang
bahwa pelayanan terhadap mereka yang kecil dan hina bukan sekadar tugas sosial,
tetapi juga panggilan iman. Gereja perlu hadir memberikan harapan,
pendampingan, dan pemberdayaan yang berkesinambungan.
2.
Pelestarian Lingkungan dan Ekologi Integral
Dalam beberapa
tahun terakhir, isu perubahan iklim dan bencana ekologis menjadi perhatian
penting Gereja universal. Seruan Paus Fransiskus dalam Laudato Si’
menggema kuat di Indonesia, negara dengan keanekaragaman hayati terbesar kedua
di dunia namun juga rentan terhadap eksploitasi alam.
Para uskup
Indonesia sepakat menjadikan isu lingkungan sebagai prioritas bersama. Gereja
perlu memperkuat pendidikan ekologis, terutama di sekolah-sekolah Katolik dan
komunitas basis, serta mempromosikan pola hidup ramah lingkungan.
3. Dialog
Antaragama dan Persaudaraan Sosial
Indonesia
adalah negara dengan keragaman agama yang sangat tinggi. Oleh karena itu,
Komisi Hubungan Antaragama dan Kepercayaan memegang peran strategis dalam
meningkatkan persaudaraan, toleransi, dan rasa saling menghormati antarumat
beragama.
Selama ini,
banyak keuskupan telah membangun kerja sama dengan forum lintas agama, tokoh
masyarakat, dan pemerintah untuk mencegah konflik horizontal. Kepengurusan baru
KWI diharapkan mampu memperluas jangkauan dialog dan kerja sama ini, terutama
di wilayah rawan tensi sosial.
Sinodalitas
sebagai Jalan Pelayanan Gereja di Indonesia
Sinodalitas
adalah kata kunci dari seluruh Sidang Sinodal KWI tahun 2025. Paus Fransiskus mengajak seluruh Gereja universal
untuk menjadikan sinodalitas sebagai paradigma hidup Gereja. Di Indonesia,
semangat sinodalitas ini telah dipraktikkan dalam berbagai bentuk, seperti
musyawarah pastoral, dialog umat, kunjungan pastoral, dan rapat lintas komisi.
Dalam konteks ini, Sidang KWI menjadi wujud nyata
Gereja yang berjalan bersama. Para uskup tidak lagi bekerja secara terpisah
dalam lingkup keuskupan masing-masing, tetapi saling mendukung dan mendengarkan
satu sama lain.
Sinodalitas
menuntut:
- partisipasi
seluruh umat (klerus, awam, religius),
- keterlibatan
aktif dalam kehidupan Gereja,
- integritas dalam pengambilan keputusan,
- kemampuan
untuk mendengarkan dengan hati terbuka,
- kerendahan
hati untuk terus belajar.
Dengan kepemimpinan baru yang ditetapkan, Gereja Katolik Indonesia mengokohkan fondasi sinodalnya demi pelayanan yang semakin inklusif dan transformatif.
Peran Komsos KWI dalam Transformasi
Digital Gereja
Dalam struktur organisasi KWI, Komsos memiliki
posisi strategis, terlebih pada era di mana digitalisasi merambah seluruh aspek
kehidupan. Komsos KWI telah lama menjadi motor penggerak publikasi Gereja:
menyediakan informasi akurat, menciptakan konten edukatif, serta menjadi mitra
pastoral bagi keuskupan-keuskupan.
Mereka membantu
para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang:
- beriman,
- menghayati nilai-nilai universal,
- melek media,
- mampu
menggunakan teknologi secara bertanggung jawab,
- serta
menciptakan ruang komunikasi yang sehat demi persaudaraan sejati.
Peran ini
semakin ditingkatkan dalam masa bakti 2025–2028 seiring kebutuhan umat akan
pendampingan digital yang semakin kompleks. Melawan berita palsu, mengedukasi tentang etika bermedia, dan menghadirkan
konten rohani yang mendalam menjadi fokus strategis Komsos ke depan.
Tabel Struktur
Fungsionaris KWI 2025–2028
Tabel berikut menyajikan
ringkasan struktur fungsionaris KWI sebagai bagian integral dari naskah berita.
TABEL 1. SUSUNAN FUNGSIONARIS KWI 2025–2028
|
Kategori |
Jabatan /
Komisi |
Nama |
|
Presidium |
Ketua |
Mgr. Antonius
Subianto Bunjamin, OSC |
|
Wakil Ketua I |
Mgr. Paskalis Bruno Syukur, OFMCap |
|
|
Wakil Ketua
II |
Mgr.
Benediktus Estephanus Rolly Untu, MSC |
|
|
Sekretaris
Jenderal |
Mgr. Adrianus
Sunarko, OFM |
|
|
Bendahara |
Mgr.
Dominikus Saku |
|
|
Anggota |
6 Uskup (daftar lengkap di naskah utama) |
|
|
Komisi |
Hubungan
Antaragama |
Mgr.
Christophorus Tri Harsono |
|
Kateketik |
Mgr. Makarius
Yingu |
|
|
Kepemudaan |
Mgr. Robertus
Rubiyatmoko |
|
|
Kerasulan
Awam |
Mgr. Yohanes
Harun Yuwono |
|
|
Kerawam |
Mgr. Adrianus
Sunarko, OFM |
|
|
Liturgi |
Mgr. Antonius
Subianto Bunjamin |
|
|
Seminari |
Mgr.
Agustinus Teja Edi Chusni |
|
|
Kitab Suci |
Mgr. Yohanes
Harun Yuwono, SCJ |
|
|
Keadilan
& Perdamaian |
Mgr. Petrus
Turang |
|
|
Teologi |
Mgr. Paskalis
Bruno Syukur |
|
|
PSE |
Mgr. Aloysius
Sudarso, SCJ |
|
|
Pemberdayaan
Sosial Ekonomi |
Mgr. Rolly
Untu |
|
|
Pendidikan |
Mgr. Vitus
Rubianto Solichin |
|
|
Kesehatan |
Mgr.
Valentinus Saeng |
|
|
Delegatus
& Dewan |
Delegatus
Kesetiaan |
Mgr.
Dominikus Saku |
|
Delegatus
Iman |
Mgr.
Silvester San |
|
|
Dewan Moneter |
3 Uskup (tercantum dalam naskah utama) |
Dengan
ketetapan struktur fungsionaris untuk masa bakti 2025–2028, Konferensi
Waligereja Indonesia meneguhkan kembali komitmennya untuk menghadirkan Gereja
yang relevan, bersuara profetis, dan berpihak pada mereka yang lemah. Semangat
sinodalitas menjadi pemandu langkah agar Gereja Indonesia selalu mampu
mendengarkan, berdialog, dan mengambil keputusan bersama.
Harapannya, melalui kepemimpinan kolektif ini, Gereja Katolik Indonesia semakin mampu menghadirkan wajah Kristus yang murah hati, inklusif, dan penuh belas kasih di tengah masyarakat yang majemuk.
Sumber Berita: mirifica.net
📍Paroki Santo Agustinus Paya Kumang
🕊️ Gembala Umat, Pelita Iman, Sahabat Jiwa
Ditulis oleh: Tim Redaksi Komunikasi Sosial (Komsos) Paroki Santo Agustinus Paya Kumang
Tanggal: 14 November 2025

0 comments:
Posting Komentar