Foto Pastor. Philip Patrick Stephen Mulryne,OP
Ketapang, 24 November 2024 – Philip Patrick Stephen Mulryne, mantan gelandang Manchester United dan tim nasional Irlandia Utara, kini menjalani kehidupan yang sangat berbeda sebagai seorang imam Katolik Roma di bawah Ordo Dominikan. Lahir pada 1 Januari 1978 di Belfast, perjalanan hidupnya penuh dengan perubahan besar, dari ketenaran di lapangan sepak bola hingga kesederhanaan hidup religius.
Karier Sepak Bola yang Gemilang
Mulryne memulai kariernya di Manchester United sebagai bagian dari tim muda pada tahun 1994. Ia merupakan anggota tim yang memenangkan Piala FA Youth 1995 dan mencatat debut internasional bersama Irlandia Utara pada Februari 1997, sebelum debutnya di tim utama Manchester United pada Oktober tahun yang sama. Namun, persaingan ketat di lini tengah yang dihuni nama-nama besar seperti David Beckham, Paul Scholes, dan Nicky Butt membatasi peluangnya di Old Trafford.
Satu-satunya penampilan liga Mulryne untuk Manchester United terjadi pada hari terakhir musim 1997-1998, ketika ia bermain penuh melawan Barnsley. Pada Maret 1999, Mulryne pindah ke Norwich City dengan nilai transfer £500.000 untuk mendapatkan lebih banyak waktu bermain. Di Norwich, ia menjadi sosok penting, mencetak 18 gol dalam 161 pertandingan.
Puncak kariernya di Norwich adalah saat membantu klub memenangkan promosi ke Liga Premier Inggris sebagai juara Divisi Satu pada 2004. Sayangnya, mereka terdegradasi kembali setelah hanya satu musim, dan Mulryne meninggalkan klub pada 2005. Setelah itu, ia sempat bermain untuk Cardiff City, Leyton Orient, dan beberapa klub kecil lainnya sebelum pensiun pada tahun 2008.
Di level internasional, Mulryne tampil dalam 27 pertandingan untuk tim nasional Irlandia Utara, mencetak 3 gol. Salah satu momen terbaiknya adalah mencetak gol penyama kedudukan melawan Denmark pada 2001.

Foto Pastor. Philip Patrick Stephen Mulryne,OP
Panggilan untuk Mengabdi pada Tuhan
Setelah pensiun dari sepak bola, kehidupan Mulryne mengalami perubahan besar. Pada usia 31 tahun, ia memutuskan untuk mengejar panggilan sebagai imam Katolik. Didorong oleh Uskup Down dan Connor, Noël Treanor, Mulryne memulai perjalanan religiusnya dengan masuk ke Seminari Saint Malachy di Belfast.
Ia belajar filsafat di Universitas Queen Belfast dan Institut Maryvale, kemudian melanjutkan studi teologi di Universitas Kepausan Gregorian di Roma. Selama masa studinya, ia merasakan panggilan untuk kehidupan religius dan masuk ke novisiat Ordo Dominikan di St Mary’s Priory, Cork, pada 2012.
Pada 11 September 2016, Mulryne mengucapkan kaul religiusnya sebagai biarawan Dominikan. Ia ditahbiskan sebagai diakon pada 29 Oktober 2016 oleh Uskup Agung Dublin, Diarmuid Martin, dan akhirnya ditahbiskan sebagai imam pada 8 Juli 2017 di St Saviour's Priory, Dublin, oleh Uskup Agung Joseph Augustine Di Noia.
Kehidupan sebagai Imam
Saat ini, Pastor Philip Mulryne bertugas di Gereja St Mary’s Priory, Cork, Irlandia. Ia juga berperan sebagai pemimpin novis, membantu membimbing mereka yang sedang memulai perjalanan religius dalam Ordo Dominikan.
Dalam wawancara, Mulryne mengungkapkan bahwa transisinya dari sepak bola ke kehidupan religius bukanlah keputusan mudah, tetapi ia merasa panggilan Tuhan memberikan tujuan hidup yang baru.
“Di sepak bola, saya mencari kemenangan dan piala. Sekarang, saya mencari Tuhan,” ungkapnya.
Meski kehidupannya kini sangat berbeda, Mulryne merasa ada kesamaan antara sepak bola dan kehidupan religius, terutama dalam semangat komunitas dan tujuan bersama.
“Di komunitas religius, kami mengejar tujuan yang sama, seperti dalam sebuah tim sepak bola. Tetapi, tujuannya kali ini adalah Tuhan,” tambahnya.
Pengaruh dan Inspirasi
Kisah hidup Philip Mulryne menjadi inspirasi bagi banyak orang, membuktikan bahwa ketenaran dan kesuksesan duniawi tidak selalu memberikan kebahagiaan sejati. Ia telah meninggalkan gemerlap dunia sepak bola untuk melayani Tuhan dan umat-Nya.
Mulryne tidak hanya dikenang sebagai pemain berbakat di lapangan, tetapi juga sebagai sosok yang berani mengikuti panggilan hidup yang lebih tinggi. Kini, ia tidak lagi mencari kemenangan di stadion, melainkan kedamaian dalam pelayanan dan doa.
.jpg)
0 comments:
Posting Komentar