Ketapang, 23 Februari 2025.Dalam suasana penuh kasih dan penghiburan, umat Katolik di Keuskupan Ketapang merayakan Hari Orang Sakit Sedunia ke-33 pada Tahun Yubileum 2025. Misa syukur yang menjadi puncak perayaan ini dipimpin oleh Bapa Uskup Keuskupan Ketapang, Mgr. Pius Riana Prapdi, yang dalam homilinya menyampaikan pesan mendalam mengenai kedekatan Tuhan dengan mereka yang menderita.
Sebelumnya, pada Sabtu, 22 Februari 2025, Mgr. Pius Riana Prapdi juga memimpin Misa di Gereja Paroki Santo Agustinus Paya Kumang, Keuskupan Ketapang. Misa ini merupakan bagian dari rangkaian peringatan Hari Orang Sakit Sedunia. Dalam perayaan ini, Uskup Ketapang didampingi oleh Pastor Kepala ex officio RP. Vitalis Nggeal, CP., Pastor Vikaris ex officio RP. FX. Oscar Aris Sudarmadi, CP., serta Romo Simon Anjar Yogatama, Pr., Romo Yosef Kaju, Pr., Romo Frans Suandi, Pr., dan Romo Frans Mba'a, OSA.
Homili: Tuhan Itu Dekat dengan Orang-orang yang Patah Hati Karena Belas Kasih-Nya
Dalam homilinya, Bapa Uskup mengajak umat untuk merenungkan makna penderitaan dalam terang iman. Ia menegaskan bahwa pesan ini telah tertulis dalam Kitab Mazmur dan ditegaskan kembali oleh Paus. Mengapa orang sakit lebih dekat dengan Tuhan? Mgr. Pius menjelaskan bahwa penderitaan sering kali menjadi jalan bagi seseorang untuk semakin mengenal kasih dan penyertaan Tuhan dalam hidupnya.
Kesetiaan kepada Tuhan dalam Derita
Bapa Uskup mengisahkan bagaimana Daud, meskipun memiliki kesempatan untuk membunuh Saul, tetap memilih untuk setia kepada Allah. Saul yang dipenuhi ambisi kekuasaan tidak berhasil membunuh Daud, karena perlindungan Allah senantiasa menyertainya. Hal ini menjadi bukti bahwa kesetiaan kepada Allah jauh lebih besar daripada nafsu duniawi.
Sebagai orang yang telah dibaptis, kita menerima identitas surgawi. Baptisan menghapus dosa asal dan mengaktifkan "nomor HP Kekatolikan" kita, sebuah metafora yang menggambarkan koneksi spiritual kita dengan Tuhan. Oleh karena itu, kita dipanggil untuk menghidupi identitas ini dengan penuh kasih dan pengharapan.
Tiga Pesan Paus: Perjumpaan, Anugerah, dan Berbagi
Bapa Uskup menekankan tiga poin penting yang disampaikan oleh Paus dalam pesan Hari Orang Sakit Sedunia tahun ini:
-
Perjumpaan: Yesus mengutus murid-murid berdua-dua untuk mewartakan bahwa Kerajaan Allah sudah dekat. Dalam penderitaan, orang sakit memiliki kesempatan untuk berjumpa dengan Tuhan secara lebih mendalam. Rasa putus asa dan gelisah dapat menjadi momen untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Orang sakit adalah "tamu Ilahi" yang membawa kita pada perjumpaan dengan kasih Allah.
-
Anugerah: Sakit bukanlah sekadar penderitaan, tetapi dapat menjadi anugerah jika dipahami dalam iman. Pengharapan sejati hanya ada pada Allah. Dalam penderitaan, kita diajak untuk semakin menyerahkan diri kepada Tuhan, seperti para murid yang menerima berkat saat kembali dari perjalanan ke Emaus. Kita sering kali sibuk dengan obat dan berbagai pengobatan, tetapi momen sakit sebenarnya adalah saat di mana kita bisa merasakan kehadiran Tuhan dengan lebih nyata.
-
Berbagi: Semakin kita berdoa bagi orang sakit dan merawat mereka, semakin kita dikuatkan dalam iman. Kita dipanggil untuk menjadi "malaikat" bagi sesama, menghadirkan kasih Tuhan dalam tindakan nyata. Pelayanan kesehatan bukan sekadar profesi, tetapi panggilan untuk menghadirkan kemurahan hati dan belas kasih. Ketika kita merawat yang menderita, kita menghadirkan kehangatan kasih Allah dalam dunia ini.
Bapa Uskup mengakhiri homilinya dengan ajakan untuk selalu mengandalkan Tuhan dalam setiap penderitaan dan menjadikan pelayanan kepada orang sakit sebagai wujud nyata dari kasih Kristus. Ia juga mengajak seluruh umat untuk berdoa kepada Bunda Maria agar setiap orang yang sakit mendapatkan kekuatan dan penghiburan dalam iman.
Semoga perayaan Hari Orang Sakit Sedunia ini semakin menguatkan kita dalam menghidupi iman dan kasih kepada sesama. Amin.
0 comments:
Posting Komentar