Jejak Kesederhanaan dan Kepedulian Paus Leo XIV terhadap Orang Pedalaman Papua
Ketapang, 10 Mei 2025 . Terpilihnya Robert Francis Prevost menjadi Paus ke-267 dengan nama Paus Leo XIV menjadi tonggak sejarah penting dalam Gereja Katolik. Uskup Agung asal Amerika Serikat ini dikenal luas sebagai figur yang rendah hati, humanis, dan memiliki perhatian mendalam terhadap kaum terpinggirkan, termasuk masyarakat adat dan umat Katolik di wilayah-wilayah pedalaman seperti Papua. Bagi Gereja Katolik di Indonesia, khususnya Provinsi Papua dan Papua Barat Daya, nama Paus Leo XIV bukanlah sosok asing. Ia pernah hadir, tinggal, dan menjalin relasi yang hangat bersama umat di pedalaman Papua jauh sebelum menjabat sebagai Paus.
Kunjungan Sejarah ke Tanah Papua, Tahun 2003
Pada tahun 2003, Robert Francis Prevost, yang saat itu menjabat sebagai Prior General Ordo Santo Agustinus (OSA), melakukan kunjungan pastoral ke Papua dalam rangka peringatan 50 Tahun Karya OSA di Indonesia. Salah satu titik utama kunjungannya adalah di Biara Tagaste, Sorong, Papua Barat Daya,biara tempat para novis OSA menjalani formasi awal.
Kehadirannya di Sorong saat itu tidak hanya bersifat seremonial. Ia terlibat langsung dalam dinamika komunitas biara dan sekolah. Ia bahkan berbagi meja makan bersama para novis muda, sebuah gestur yang dikenang mendalam oleh Pater Markus Malar, OSA, yang saat itu adalah seorang novis.
"Sebagai novis, kami duduk dan makan bersama Pater Robert. Beliau sangat humanis, sederhana, dan penuh kasih. Saya terkesan dengan kerendahan hatinya meski waktu itu beliau adalah pemimpin tertinggi OSA di seluruh dunia," kenang Pater Markus dalam wawancara khusus.
Robert Prevost juga mengisi seminar sehari di SMA Santo Agustinus Sorong, yang kala itu menjadi sekolah binaan OSA. Dalam kesempatan itu, ia membagikan wawasan tentang spiritualitas Agustinian dan pentingnya pendidikan sebagai jalan menuju pembebasan manusia, terutama bagi masyarakat adat.
Menembus Pedalaman: Ayawasi dan Senopi
Dalam lawatannya yang penuh kesan itu, Robert Prevost juga mengunjungi dua paroki terpencil, yaitu Paroki Santo Yosep Ayawasi di Kabupaten Maybrat dan Paroki Santo Yosep Senopi di Kabupaten Tambrauw. Akses menuju kedua wilayah ini tidak mudah, bahkan hingga kini masih memerlukan perjuangan fisik dan logistik.
Namun, kesederhanaan dan semangat pastoral Robert Prevost membawanya tinggal dan berbaur dengan umat di wilayah tersebut. Ia menginap di rumah pastoran sederhana, menyapa umat satu per satu, mengikuti misa di kapela kayu, dan berjalan kaki menelusuri kampung bersama para bruder dan pastor.
“Beliau menyatu dengan alam Papua dan umatnya. Tak ada jarak. Ia benar-benar membawa semangat Injil ke tengah umat kecil,” tutur Pater Markus.
Kehadirannya menjadi kesaksian nyata atas semangat misioner dan pastoral yang melampaui batas administratif dan geografis.
Dukungan Pendidikan Bagi Orang Kecil
Salah satu misi Robert Prevost sebagai Prior General OSA yang terus dikenang adalah komitmennya terhadap pendidikan orang kecil,terutama mereka yang tinggal di pedalaman atau wilayah yang termarjinalkan. Di bawah kepemimpinannya, beberapa putra Papua yang tergabung dalam OSA mendapat kesempatan studi ke luar negeri, termasuk ke Roma.

Pater Floridus Angelus Naja, OSA, imam Papua yang kini mengajar di Sekolah Tinggi Filsafat Teologi (STFT) Fajar Timur, Jayapura, menjadi salah satu yang merasakan langsung buah perhatian Robert Prevost.
"Saya dan dua saudara Papua lainnya dikirim ke Roma, ke Universitas Kepausan Lateran dan Urbaniana. Kami tinggal satu kompleks dengan beliau di Roma. Ia tidak hanya pemimpin, tetapi juga sahabat dan pembimbing," ungkap Floridus.
Floridus menceritakan bagaimana setelah kembali dari kunjungan ke Papua, Robert Prevost mengadakan pertemuan dengan para frater dan imam Papua di Roma. Ia membagikan rasa kagumnya atas keramahan umat Papua dan kekayaan alamnya, namun juga menunjukkan keprihatinan mendalam atas keterbatasan akses pendidikan dan kesehatan di daerah pedalaman.
“Beliau menyebut bahwa orang Papua, terutama dari kampung-kampung di pegunungan dan hutan, layak mendapat kesempatan pendidikan yang sama seperti anak-anak di kota besar,” tambah Floridus.
Berkat Bagi Gereja Papua: Lahirnya Uskup Baru
Komitmen Paus Leo XIV terhadap Papua tak hanya berhenti dalam memori masa lalu. Tahun ini, buah dari perhatian dan kebijakan pastoralnya kembali terasa dengan diumumkannya Pater Bernardus Bofitwos, OSA, sebagai Uskup baru Keuskupan Timika.

Bernardus adalah putra asli Papua yang lahir di Desa Suswa, Distrik Mare, Kabupaten Maybrat, pada 22 Agustus 1969. Ia merupakan salah satu dari tiga imam Papua yang mendapat kesempatan studi di Universitas Kepausan Urbaniana, Roma, selama masa kepemimpinan Prevost sebagai Prior General. Pengumuman tahbisannya sebagai Uskup Timika disampaikan oleh Takhta Suci pada 8 Maret 2025, dan penahbisan akan dilaksanakan pada 14 Mei 2025.
“Ini momen bersejarah. Uskup Timika yang baru adalah murid dari seorang pemimpin yang kini menjadi Paus. Hubungan ini menjadi simbol kontinuitas iman dan pelayanan,” ujar Pater Floridus dengan haru.
Harapan Papua Menanti Lawatan Paus Leo XIV
Bagi umat Katolik di Papua, Robert Prevost bukan hanya Paus dari Vatikan, tetapi Paus yang pernah tinggal bersama mereka, berjalan bersama mereka, dan merasakan aroma hutan dan debu jalanan kampung Papua. Kini, sebagai Paus Leo XIV, harapan umat Papua kembali menyala.
“Kami sangat menantikan lawatan resmi Paus Leo XIV ke Papua. Bukan sekadar kunjungan seremonial, tapi sebagai bentuk penyambung kasih dan kepedulian dari pemimpin Gereja universal kepada anak-anak Allah di ujung timur Indonesia,” kata Pater Markus mewakili suara banyak umat.
Simbol Kesederhanaan dan Perdamaian Global
Sebagai pemimpin baru Gereja Katolik dunia, Paus Leo XIV telah menyampaikan dalam homili pelantikannya bahwa ia akan meneruskan semangat option for the poor (pilihan bagi kaum miskin), perdamaian, dan dialog antarbangsa. Jejak hidupnya yang akrab dengan umat di Peru, Papua, hingga pelosok Asia dan Afrika memperkuat kredibilitas dan arah kebijakannya.
“Gereja bukanlah menara gading, tapi rumah bagi semua, terutama bagi mereka yang paling kecil,” demikian kutipan Paus Leo XIV dalam pidato perdananya di Lapangan Santo Petrus, Vatikan, awal April lalu.
Kini dunia menyambut babak baru. Gereja Katolik menyambut gembala baru yang membawa terang harapan, dan Papua tak sabar menyambut seorang Paus yang pernah menjadi sahabat dan pelayan di tanah mereka.
Penulis:Tim Komsos Paroki Santo Agustinus Paya Kumang
Tanggal: 10 Mei 2025
0 comments:
Posting Komentar