Ketapang, 9 Mei 2025.Dunia Katolik menorehkan sejarah baru pada Kamis, 8 Mei 2025. Kardinal Robert Francis Prevost, seorang imam dan uskup asal Amerika Serikat, resmi terpilih sebagai Paus ke-267 Gereja Katolik setelah konklaf yang berlangsung di Kapel Sistina, Vatikan, memasuki hari kedua. Mengambil nama kepausan Leo XIV, beliau menjadi Paus pertama yang berasal dari Amerika Utara, sekaligus membawa nuansa dan harapan baru dalam dinamika kepemimpinan spiritual umat Katolik yang kini mencapai lebih dari 1,4 miliar jiwa di seluruh dunia.
Latar Belakang dan Jejak Spiritualitas
Lahir di Chicago pada tahun 1955 dari keluarga keturunan Prancis, Robert Francis Prevost tumbuh dalam tradisi iman yang kuat. Ia merupakan anggota dari Ordo Santo Agustinus (OSA), sebuah komunitas religius yang menekankan pada kehidupan bersama, kasih persaudaraan, dan pelayanan kepada umat. Jejak karyanya tidak hanya terbatas di tanah kelahirannya, tetapi juga meluas hingga ke Amerika Latin, terutama Peru, di mana ia mengabdikan diri melayani komunitas-komunitas termiskin dan paling terpinggirkan.
Prevost dikenal luas sebagai sosok yang rendah hati, komunikatif, dan memiliki komitmen kuat terhadap keadilan sosial. Ia fasih dalam beberapa bahasa, termasuk Spanyol, Portugis, Italia, dan Prancis, yang semakin menegaskan jangkauan pastoral dan globalitas pengabdiannya. Kedekatannya dengan umat migran serta komunitas adat selama misinya di Peru menunjukkan keterlibatannya dalam semangat misioner yang inklusif, sebagaimana yang dihidupi juga oleh mendiang Paus Fransiskus, yang dikenal sangat memperjuangkan suara-suara yang sering terabaikan dalam masyarakat.
Perjalanan Menuju Takhta Santo Petrus
Sebelum terpilih sebagai Paus, Prevost telah menempati beberapa posisi penting di Kuria Roma. Pada tahun 2023, ia diangkat menjadi kardinal oleh Paus Fransiskus dan kemudian dipercaya sebagai Prefek Dikasteri untuk Para Uskup, sebuah posisi strategis dalam mengatur penunjukan dan formasi para uskup di seluruh dunia. Selain itu, ia juga menjabat sebagai Presiden Komisi Kepausan untuk Amerika Latin, di mana ia terus menegaskan perhatian pastoral terhadap realitas sosial, politik, dan spiritual wilayah tersebut.
Pemilihannya sebagai Paus, dalam konklaf yang digelar setelah wafatnya Paus Fransiskus, mencerminkan kesinambungan semangat reformasi dan belarasa yang telah digaungkan pendahulunya. Pilihan nama Leo XIV pun menarik perhatian banyak kalangan. Nama ini seakan menjadi penghormatan terhadap Paus Leo XIII, tokoh besar abad ke-19 yang dikenal karena ensiklik Rerum Novarum, dokumen penting dalam ajaran sosial Gereja.
Harapan dan Tantangan Baru
Sebagai pemimpin baru umat Katolik global, Paus Leo XIV akan dihadapkan pada berbagai tantangan besar Gereja masa kini: krisis iman di berbagai belahan dunia, skandal internal, perpecahan teologis dan ideologis, serta tekanan global terhadap ajaran moral Gereja. Namun, dengan rekam jejak pastoralnya yang luas, kepekaan sosial, serta pendekatan dialogis yang mengakar pada pengalaman misionernya, banyak yang berharap Leo XIV dapat menjadi jembatan rekonsiliasi sekaligus pembaru rohani di tengah zaman yang penuh dinamika ini.
Umat Katolik di seluruh dunia, termasuk di Keuskupan Ketapang dan seluruh wilayah Kalimantan Barat, menyambut penuh syukur dan doa atas terpilihnya pemimpin baru ini. Dalam pesan doa umat yang dibacakan pada Misa Jumat pagi di Paroki Santo Agustinus Paya Kumang, Ketapang, umat menyerukan: “Semoga Roh Kudus senantiasa membimbing Paus Leo XIV dalam menggembalakan Gereja Kudus dengan kasih, hikmat, dan keberanian yang berasal dari Kristus sendiri.”
Sumber: Vatican Media | Disarikan dan ditulis oleh Redaksi Tim Komsos Paroki Santo Agustinus Paya Kumang
Penulis:Tim Komsos Paroki Santo Agustinus Paya Kumang
Tanggal: 9 Mei 2025
0 comments:
Posting Komentar