Ketapang.Hari Selasa Biasa, 17 Juni 2025, yang bertepatan dengan peringatan Santo Gregorius Barbarigo Uskup dan Pengaku Iman dengan warna liturgi hijau, umat Katolik di Paroki Santo Agustinus Paya Kumang diajak merenungkan kedalaman kasih sejati melalui permenungan Injil Matius 5:43-48.
Renungan Harian yang disampaikan oleh RP. Vitalis Nggeal, CP., menekankan bahwa kasih dalam iman Kristiani menuntut sesuatu yang lebih daripada sekadar kebaikan sewajarnya: kasih yang meneladani kesempurnaan kasih Allah Bapa.
Pertobatan yang Terwujud dalam Kepedulian
Dalam renungannya, RP. Vitalis menegaskan bahwa pertobatan bukan semata-mata soal meninggalkan dosa atau memperbaiki moral pribadi. “Pertobatan sejati harus memancar dalam relasi sosial dan komunitas,” ujarnya. Pertobatan itu menjadi nyata ketika orang mulai memperhatikan dan peduli pada sesama, terlebih mereka yang berkekurangan dan menderita.
RP. Vitalis mengangkat teladan jemaat-jemaat Makedonia yang dikisahkan dalam surat Paulus. Meskipun hidup dalam kesulitan, mereka menunjukkan kemurahan hati dengan memberi melebihi kemampuan mereka demi membantu umat di Yerusalem. “Kemiskinan mereka tidak menjadi alasan untuk tidak menolong,” tegasnya.
Kasih Tidak Berhenti di Doa
Iman dan kasih kepada Kristus, lanjut RP. Vitalis, tidak cukup hanya diwujudkan dalam doa dan ibadah pribadi. “Kasih yang sejati menuntut tindakan nyata: memberi, menolong, dan menjadi saluran berkat,” katanya. Ia mengajak umat untuk memaknai pemberian bukan semata karena kelimpahan, tetapi demi terciptanya keseimbangan dan keadilan sosial dalam terang Injil.
Mazmur dan Allah yang Menyediakan Harapan
Mazmur hari ini menggambarkan Allah sebagai satu-satunya yang layak dipuji dan disembah karena kuasa-Nya yang menyelamatkan. Pemazmur menyatakan bahwa Allah berpihak pada yang tertindas: anak yatim, janda, orang asing semua yang tersingkir. RP. Vitalis menekankan bahwa penyelamatan Allah bersifat menyentuh dimensi lahir dan batin manusia, dan inilah yang menjadi dasar kita untuk meniru belas kasih-Nya.
Kasihilah Musuhmu: Standar Kesempurnaan Kasih
Menanggapi Injil hari ini, RP. Vitalis menyoroti ajaran Yesus yang revolusioner: “Kasihilah musuh-musuhmu.” Dunia mengajarkan pembalasan, tetapi Yesus mengajarkan berkat dan pengampunan. Yesus menuntut umat-Nya untuk hidup melampaui hukum Taurat, bahkan melampaui kebajikan umum masyarakat. “Yesus tidak hanya menuntut kita untuk tidak membalas kejahatan, tapi juga memberkati mereka yang menganiaya kita,” kata beliau.
Dalam penekanan yang kuat, ia menyampaikan dua alasan mendasar mengapa umat beriman harus mengasihi musuh:
-
Karena kita telah diampuni dan diberkati oleh Allah meski berdosa, sehingga tak pantas menyimpan dendam.
-
Karena Bapa memberikan berkat-Nya secara adil, baik kepada yang baik maupun yang jahat.
“Dengan mengasihi seperti Bapa, kita menjadi sempurna dalam kasih, sebagaimana Bapa kita di surga sempurna adanya,” tutup RP. Vitalis.
Menjadi Anak Terang di Tengah Dunia
Renungan ini menjadi panggilan konkret bagi umat Katolik untuk memperbaharui hidup mereka tidak hanya secara pribadi, tetapi juga dalam relasi sosial. Dalam dunia yang penuh persaingan dan kebencian, anak-anak Allah dipanggil untuk menjadi terang: menghadirkan kasih, keadilan, dan berkat bagi siapa pun, termasuk mereka yang menyakiti atau menganiaya.
“Kasih yang sempurna bukan hanya soal perasaan, tapi keberanian untuk bertindak seperti Bapa: adil, penuh rahmat, dan melimpah berkat bagi semua orang.”
Ditulis oleh: Tim Redaksi Komunikasi Sosial (Komsos) Paroki Santo Agustinus Paya Kumang
Tanggal: 17 Juni 2025
0 comments:
Posting Komentar