Foto Bapak.Ignasius Rinso Tigor, S.S
"Menyelami Kedalaman Jiwa: Pesan WhatsApp Prodiakon yang Menggema di Tengah Kesibukan Dunia"
Ketapang, 20 Juni 2025.Tepat pukul 15.16 WIB, sebuah pesan rohani sederhana hadir menyapa jiwa, membawa hembusan sejuk di tengah hiruk-pikuk dunia yang terus bergerak. Adalah Bapak Ignasius Rinso Tigor, S.S., seorang Prodiakon di Paroki Santo Agustinus Paya Kumang, Keuskupan Ketapang, yang mengunggah sebuah status WhatsApp. Sekilas tampak singkat, namun sarat makna yang menggugah batin:
“Jika ingin mengenal sifat asli manusia: lihatlah saat dia diperlakukan tidak adil. Jika dia hanya tersenyum dan berlalu, mungkin dia adalah LAUTAN yang mampu menelan BADAI.”
Pesan ini bukan sekadar kata-kata puitis, melainkan pancaran kearifan rohani yang lahir dari permenungan mendalam. Dalam terang iman Katolik, pesan ini menggambarkan kemurnian hati yang dibentuk oleh kasih Kristus kasih yang tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, tetapi memilih untuk mengampuni, memaafkan, dan menyerahkan segala ketidakadilan ke dalam tangan Tuhan yang Mahaadil.
Menjadi Lautan yang Menelan Badai
Ungkapan "lautan yang mampu menelan badai" merupakan gambaran kuat dari virtus Kristiani: kesabaran, kelembutan hati, dan pengendalian diri yang menjadi buah-buah Roh Kudus (lih. Galatia 5:22-23). Dalam realitas kehidupan yang tak luput dari konflik dan ketidakadilan, iman Katolik memanggil setiap umat untuk tidak tenggelam dalam amarah, tetapi menjadi pribadi yang mampu mengatasi badai dengan cinta.
Senyuman yang ditampilkan seseorang di tengah perlakuan tidak adil bukan tanda kelemahan, melainkan kekuatan rohani yang luar biasa sebuah kemenangan kasih atas luka, dan damai atas kekacauan. Inilah yang dikehendaki Yesus dalam Sabda Bahagia: "Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Surga" (Mat 5:10).
Renungan bagi Umat Katolik
Di tengah zaman yang mudah tersulut emosi dan reaktif terhadap perlakuan tidak adil, pesan Prodiakon Ignasius Rinso Tigor menjadi panggilan untuk refleksi dan pembaruan hidup. Apakah kita sudah menjadi pribadi yang mencerminkan Kristus dalam menanggapi ketidakadilan? Apakah kita telah menjadi “lautan” yang menerima badai dunia, namun tetap tenang karena bersandar pada Tuhan?
Sebagai umat Katolik, kita diajak untuk menimba kekuatan dari doa, Ekaristi, dan Kitab Suci agar mampu hidup dalam semangat pengampunan. Menjadi “lautan” bukan berarti pasrah tanpa arah, tetapi menjadi tempat di mana badai kehilangan kuasanya karena hati telah dikuatkan oleh iman.
Penutup
Renungan singkat ini, walau hadir dalam bentuk status WhatsApp, menunjukkan bahwa pewartaan iman tidak harus melalui mimbar besar. Satu kalimat yang lahir dari kedalaman doa dan pengalaman iman, dapat menjadi nyala kecil yang menerangi hati banyak orang.
Kiranya kita semua umat Katolik di Paroki Santo Agustinus Paya Kumang dan di mana pun berada terus dibimbing untuk menjadi lautan yang luas: penuh kasih, sabar dalam penderitaan, dan teguh dalam menghadapi badai kehidupan. Sebab di dalam Kristus, tidak ada penderitaan yang sia-sia. Semuanya menjadi bagian dari salib yang menuntun pada kebangkitan.
📍Paroki Santo Agustinus Paya Kumang
🕊️ Gembala Umat, Pelita Iman, Sahabat Jiwa
Ditulis oleh: Tim Redaksi Komunikasi Sosial (Komsos) Paroki Santo Agustinus Paya Kumang
Tanggal: 20 Juni 2025
0 comments:
Posting Komentar