Meresapi Misteri Tritunggal Mahakudus: Iman, Kasih, dan Pelayanan Tanpa Pamrih dalam Kehidupan Sehari-hari
Ketapang, 15 Juni 2025 .Umat Katolik Paroki Santo Agustinus Paya Kumang hari ini merayakan Hari Raya Tritunggal Mahakudus dalam suasana penuh khidmat dan kekhusyukan. Perayaan Ekaristi Kudus dipimpin oleh RP. Vitalis Nggeal, CP, yang dalam homilinya menekankan pentingnya mengimani misteri Tritunggal Mahakudus bukan semata-mata dengan akal budi, tetapi dengan kerendahan hati dan kesaksian hidup sehari-hari.
Hari Minggu ini tidak hanya merupakan peringatan atas satu misteri iman yang terdalam dalam Gereja Katolik, yakni Tritunggal Mahakudus, tetapi juga hari peringatan sejumlah orang kudus: Santo Vitus, Modestus dan Santa Kresensia, para martir; Santa Germana Cousin, perawan kudus; Beata Paola Gambara Costa, pengaku iman; dan Santo Vladimir, pengaku iman. Warna liturgi putih yang dikenakan oleh pelayan altar dan imam mencerminkan sukacita dan kemuliaan ilahi yang dihayati oleh Gereja dalam perayaan iman ini.
Tritunggal Mahakudus: Misteri yang Diimani dan Diwujudkan dalam Kasih
Dalam homilinya yang dalam namun sederhana, RP. Vitalis menyampaikan bahwa Tritunggal Mahakudus adalah misteri iman yang tidak dapat dijangkau hanya dengan nalar manusia, melainkan harus diterima dalam kerendahan hati dan iman yang hidup. Ia menekankan bahwa misteri ini telah dikisahkan dalam sejarah panjang keselamatan umat manusia yang tertulis dalam Kitab Suci.
“Allah yang adalah Kasih, hadir sebagai Bapa, menciptakan dan menopang hidup. Ia mengutus Putra-Nya, Yesus Kristus, yang menjadi manusia, serupa dengan kita dalam segala hal kecuali dalam hal dosa. Setelah Yesus naik ke surga, Allah tidak meninggalkan kita, tetapi hadir dalam Roh Kudus, yang membimbing, menghibur, dan memampukan kita untuk menjadi saksi Kristus,” tutur RP. Vitalis.
Ia mengajak umat untuk tidak sekadar memahami ajaran Tritunggal Mahakudus secara intelektual, tetapi lebih penting dari itu: menghidupi misteri kasih ini dalam relasi dengan sesama dan dalam pelayanan di lingkungan hidup masing-masing.
Gereja: Cerminan Tritunggal dalam Kebersamaan dan Pelayanan
RP. Vitalis menyampaikan bahwa Gereja yang adalah tubuh mistik Kristus, dipanggil untuk menjadi cerminan hidup dari relasi kasih dalam Tritunggal Mahakudus. Dalam keluarga, lingkungan kerja, komunitas umat, dan dalam pelayanan sehari-hari, umat Katolik diajak untuk menghadirkan kesatuan dalam keberagaman, kasih dalam pengorbanan, dan kesetiaan dalam pelayanan tanpa pamrih.
“Saat kita saling mengampuni, bukan saling membenci, saat kita melayani tanpa pamrih, bukan mencari pujian, maka kita mencerminkan cinta kasih yang mengalir dari Tritunggal Mahakudus,” tegas RP. Vitalis.
Mengasihi Bukan dengan Teori, tetapi dengan Kesaksian Hidup
Lebih lanjut, imam dari Kongregasi Pasionis ini mengajak umat untuk tidak terjebak dalam rutinitas beragama yang kering. Iman akan Tritunggal Mahakudus harus membuahkan buah-buah kasih nyata, terutama kepada mereka yang miskin, tersisih, dan terlupakan.
“Kita mengasihi Allah bukan dengan teori, bukan hanya lewat mulut, tetapi lewat kesaksian hidup. Ketika kita hidup dalam kebenaran, keadilan, dan belas kasih, saat itulah kita hidup dalam terang Tritunggal,” katanya.
RP. Vitalis juga mengingatkan umat bahwa Tritunggal Mahakudus adalah teladan utama dari kesatuan dalam perbedaan, sebuah panggilan untuk membangun kehidupan bersama yang harmonis, bukan saling menjatuhkan, bukan pula memperbesar perbedaan.
Ajaran Tritunggal dalam Liturgi dan Kitab Suci
Dalam pengajaran teologis yang disampaikan secara pastoral, RP. Vitalis menjelaskan bahwa meskipun istilah "Tritunggal" tidak disebut secara eksplisit dalam Kitab Suci, tetapi dasar iman ini sangat jelas terungkap dalam banyak bagian Perjanjian Baru. Misalnya, dalam perintah Yesus untuk membaptis "dalam nama Bapa, Putra, dan Roh Kudus" (Mat 28:19), dan dalam berkat dari Surat Paulus yang mengatakan: “Kasih karunia Tuhan Yesus Kristus, kasih Allah, dan persekutuan Roh Kudus menyertai kamu semua” (2Kor 13:13).
Liturgi Gereja pun sarat dengan rumusan Trinitaris, baik dalam doa-doa, berkat penutup, maupun dalam litani dan pengakuan iman.
Menghidupi Tritunggal di Tengah Dunia
Perayaan Tritunggal Mahakudus menjadi pengingat sekaligus panggilan bagi seluruh umat Katolik untuk menghidupi spiritualitas kasih yang mengalir dari relasi antara Bapa, Putra, dan Roh Kudus.
Dalam dunia yang semakin individualistis dan sarat perpecahan, umat Katolik dipanggil untuk menjadi tanda kasih dan kesatuan, menghadirkan damai dan pengharapan di tengah dunia. RP. Vitalis menekankan bahwa iman kepada Tritunggal Mahakudus adalah kekuatan untuk mengubah hidup dan masyarakat, apabila dijalani dengan sungguh-sungguh.
Kesimpulan Homili: Tritunggal Mahakudus sebagai Gaya Hidup
Dalam penutup homilinya, RP. Vitalis menyampaikan pesan mendalam:
“Allah Tritunggal hadir dalam hidup kita. Ketika kita saling mengasihi di dalam keluarga, mengampuni sesama, dan memberikan diri dalam pelayanan, kita sedang menjadi saksi Tritunggal Mahakudus di dunia ini. Itulah iman yang hidup. Iman yang menyelamatkan.”
Doa dan Harapan Umat
Usai perayaan Ekaristi, banyak umat menyampaikan rasa syukur atas homili yang meneguhkan dan menantang tersebut. Beberapa umat mengungkapkan refleksi pribadi mereka.
Maria Yuliani, seorang ibu rumah tangga dari lingkungan St. Theresia, mengatakan, “Saya tersentuh saat Romo mengajak kita untuk tidak hanya memahami Tritunggal, tapi menghidupi kasih-Nya. Saya jadi ingin lebih sabar menghadapi suami dan anak-anak.”
Sementara itu, Andreas Tanu, seorang guru Katolik, mengatakan, “Tritunggal Mahakudus saya lihat nyata dalam kerja sama kami di sekolah. Kami semua beda latar belakang, tapi bersatu untuk mendidik murid dengan kasih. Itu jadi bentuk pelayanan tanpa pamrih.”
Penutup: Tritunggal Mahakudus, Sumber Segala Kasih
Hari Raya Tritunggal Mahakudus tahun ini menjadi momentum pembaruan iman bagi umat Paroki Santo Agustinus Paya Kumang. Melalui Ekaristi yang khusyuk, homili yang membumi dan inspiratif, serta suasana doa yang hangat, umat diajak untuk merenungkan kembali bahwa Allah yang adalah kasih, telah menyatakan diri-Nya dalam Bapa, Putra, dan Roh Kudus, dan kita dipanggil untuk menjadi saksi kasih itu dalam dunia.
Semoga umat Katolik di seluruh dunia, khususnya di Keuskupan Ketapang, semakin setia menghidupi misteri Tritunggal Mahakudus dalam semangat pengampunan, pelayanan, dan kesaksian hidup yang nyata.
Ditulis oleh: Tim Redaksi Komunikasi Sosial (Komsos) Paroki Santo Agustinus Paya Kumang
Tanggal: 15 Juni 2025
0 comments:
Posting Komentar