Pesan Rohani dari Ujung Senja: Prodiakon Ignasius Rinso Tigor Menyapa Jiwa dengan Renungan Kesederhanaan
Ketapang, 26 Juni 2025.Dalam ketenangan senja di kota Ketapang, tepat pukul 18.09 WIB, sebuah pesan rohani sederhana muncul di layar gawai umat Katolik yang mengenal sosok Prodiakon Ignasius Rinso Tigor, S.S. Ia bukan sedang berkhotbah di mimbar atau memimpin ibadat di altar, melainkan menaburkan sebutir benih renungan melalui status WhatsApp pribadinya. Tak panjang, namun sangat dalam:
"TEMUKAN KEBAHAGIAANMU DI TEMPAT YANG SEDERHANA DIMANA HATIMU MERASA TENANG DAN DAMAI.
Kebahagiaan sejati tak selalu hadir dari gemerlapnya dunia, akan tetapi dari ketulusan menerima dirimu apa adanya."
Tak ada tanggapan yang langsung terlihat di status tersebut. Sunyi. Namun dalam keheningan itu, ada sapaan Roh yang menyelinap ke dalam hati yang siap mendengar. Dalam terang iman Katolik, keheningan bukan berarti kekosongan, melainkan ladang subur bagi benih Sabda untuk bertumbuh.
Membaca Hati di Tengah Dunia yang Riuh
Renungan singkat itu berbicara banyak bagi mereka yang mampu diam sejenak untuk merenung. Dalam ajaran Gereja Katolik, kebahagiaan sejati beatitudo bukanlah perkara materi, tetapi berakar dalam kesatuan dengan Allah, seperti tertulis dalam Katekimus Gereja Katolik (KGK 1723): “Kebahagiaan sejati bukanlah di dunia ini, melainkan dalam persatuan dengan Allah.”
Bapak Ignasius tidak sedang menawarkan nasihat duniawi, tetapi mengajak umat menyelami kedalaman spiritualitas Kristiani: bahwa damai dan tenang bukan dicapai lewat pencapaian duniawi, melainkan ditemukan ketika hati terbuka pada penyelenggaraan Ilahi dan menerima diri sebagaimana adanya seperti Maria yang berserah dalam keheningan, seperti Yosef yang taat dalam kebisuan.
Kesederhanaan: Jalan Menuju Kebahagiaan Injili
Di dunia yang semakin dipenuhi pencitraan dan tuntutan untuk menjadi ‘lebih’ dari diri sendiri, pesan ini adalah panggilan untuk kembali kepada Injil. Dalam Sabda Bahagia, Yesus bersabda, "Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Surga." (Mat 5:3)
Kesederhanaan yang dimaksud dalam renungan itu bukan sekadar hidup pas-pasan, tetapi sikap batin yang tidak terikat pada hal-hal duniawi. Dalam spiritualitas Katolik, ini adalah bentuk kerendahan hati yang tulus, sebagaimana dicontohkan para kudus: Santo Fransiskus Asisi, Santa Teresa dari Kalkuta, dan banyak lagi.
Menerima Diri: Jalan Menuju Pertobatan dan Syukur
Kalimat terakhir dalam renungan"ketulusan menerima dirimu apa adanya"adalah inti dari pertobatan sejati. Gereja mengajarkan bahwa keselamatan bukan hanya soal iman kepada Kristus, tetapi juga keterbukaan untuk diubah oleh kasih-Nya. Menerima diri bukan berarti menyerah pada kelemahan, tetapi menyadari bahwa dalam segala kekurangan, Allah tetap bekerja (lih. 2 Kor 12:9).
Di zaman ketika banyak orang berlomba-lomba menjadi seperti orang lain, renungan ini menyentuh luka-luka batin umat yang tersembunyi: luka perbandingan, luka penolakan, luka kegagalan. Bapak Ignasius menghadirkan oase kecil yang membawa kembali umat kepada kebenaran mendasar iman: “Engkau berharga di mata-Ku dan Aku mengasihi engkau.” (Yesaya 43:4)
Penutup: Keheningan yang Berbuah
Walau tidak mendapat balasan secara kasat mata, pesan itu sesungguhnya telah menemukan tempatnya: di dalam hati mereka yang merenung. Sebuah status WhatsApp bisa menjadi saluran pewartaan Injil, jika disampaikan dengan niat murni dan kasih.
Mungkin itulah kekuatan dari pelayanan diam-diam seperti yang dilakukan Prodiakon Ignasius Rinso Tigor—menabur benih kecil, namun sarat makna ilahi. Sebuah status sederhana yang tidak menuntut perhatian, namun membawa pulang banyak jiwa kepada damai Kristus yang melampaui segala akal (Flp 4:7).
Mari kita temukan kebahagiaan itu di tempat yang sederhana, di hati yang tenang, dalam kesatuan dengan Dia yang adalah Sumber segala damai.
📍Paroki Santo Agustinus Paya Kumang
🕊️ Gembala Umat, Pelita Iman, Sahabat Jiwa
Ditulis oleh: Tim Redaksi Komunikasi Sosial (Komsos) Paroki Santo Agustinus Paya Kumang
Tanggal: 26 Juni 2025


0 comments:
Posting Komentar