PERAYAAN HARI PANGAN SEDUNIA 2025 DI PAROKI SANTO AGUSTINUS PAYA KUMANG

 

Foto RD. Eduardus Banggut 

 didampingi oleh RP. FX. Oscar Aris Sudarmadi, CP

PERAYAAN HARI PANGAN SEDUNIA 2025 

DI PAROKI SANTO AGUSTINUS PAYA KUMANG

Ketapang, 12 Oktober 2025.Umat Katolik Paroki Santo Agustinus Paya Kumang mengikuti Perayaan Ekaristi Minggu Biasa XXVIII dengan penuh khidmat, yang sekaligus menjadi momentum pembacaan Surat Gembala Hari Pangan Sedunia (HPS) Tahun 2025 Keuskupan Ketapang. Perayaan Misa yang berlangsung pada hari Minggu, 12 Oktober 2025 ini dipimpin oleh RD. Eduardus Banggut, dan didampingi oleh RP. FX. Oscar Aris Sudarmadi, CP.

Kedua imam ini memiliki jejak sejarah panggilan yang istimewa. Tepat dua puluh dua tahun silam, pada tanggal 12 Oktober 2003, keduanya ditahbiskan menjadi imam oleh Mgr. Blasius Pujaraharja, MSF. Kenangan tahbisan tersebut menjadikan perayaan Ekaristi kali ini terasa lebih berkesan, bukan hanya bagi umat, tetapi juga bagi kedua imam yang memperingati ulang tahun tahbisan imamat mereka di tengah komunitas umat Paroki Paya Kumang.























































































































































































Liturgi dan Perayaan Ekaristi

Liturgi pada hari Minggu Biasa XXVIII ini juga bertepatan dengan Peringatan Santo Wilfridus, Uskup dan Pengaku Iman, dengan warna liturgi hijau sebagai simbol harapan dan pertumbuhan iman. Perayaan Ekaristi berjalan dengan tertib dan penuh suasana syukur.

Paduan suara SD Santa Monica dipercayakan sebagai pengisi koor misa. Mereka tampil di bawah arahan Ibu Beata Haryiantini, dengan Calisia Calista Damara sebagai dirigen dan Suster Fidelis, OSA sebagai organis. Tanggung jawab umum pelaksanaan liturgi dipercayakan kepada Bapak Yohanes Aliman. Adapun Vanya bertugas sebagai pemazmur, sementara Kenzi melayani sebagai lektor.

Keterlibatan anak-anak sekolah dasar dalam pelayanan liturgi memberi suasana segar dan penuh semangat muda, memperlihatkan bahwa iman dan kepedulian terhadap kehidupan rohani sudah ditanamkan sejak usia dini di lingkungan Paroki Santo Agustinus Paya Kumang.Surat Gembala: “Pertanian Modern dan Berkelanjutan”

Momen utama dalam perayaan Ekaristi ini adalah pembacaan Surat Gembala Hari Pangan Sedunia Tahun 2025 Keuskupan Ketapang yang disampaikan oleh RP. FX. Oscar Aris Sudarmadi, CP. Surat gembala ini dibacakan secara utuh sebagai pengganti homili, sesuai dengan arahan Keuskupan Ketapang yang menetapkan tanggal 11–12 Oktober 2025 sebagai waktu pembacaan serentak di seluruh paroki.

Surat yang ditulis oleh Uskup Keuskupan Ketapang, Mgr. Pius Riana Prapdi, mengangkat tema “Pertanian Modern dan Berkelanjutan”, dengan subjudul “Serviens in Caritate” (Melayani dalam Kasih). Tema ini dipilih untuk mengajak umat beriman menumbuhkan kesadaran akan pentingnya tanggung jawab bersama dalam memelihara bumi dan memperjuangkan ketahanan pangan yang ramah lingkungan.

Isi Pokok Surat Gembala

Dalam pengantarnya, Mgr. Pius Riana Prapdi menegaskan bahwa Hari Pangan Sedunia tahun ini memiliki makna istimewa, sebab bertepatan dengan Tahun Yubileum Gereja serta peringatan 10 tahun Ensiklik Laudato Si’. Dalam peringatan satu dekade ensiklik tersebut, Paus Leo XIV menerbitkan Dekret mengenai Misa demi Pemeliharaan Ciptaan, yang sebelumnya telah dirayakan pada tanggal 4–5 Oktober 2025.

Uskup mengutip pesan Paus Leo XIV yang berbunyi,

“Tahun kesepuluh Ensiklik Laudato Si’ telah menyertai Gereja Katolik dan banyak orang yang berkehendak baik. Semoga ia terus menginspirasi kita, dan semoga ekologi integral semakin diterima dan dihayati sebagai jalan yang hendak kita tempuh bersama. Dengan demikian, benih-benih harapan akan tumbuh dan berlipat ganda untuk senantiasa dijaga dan dibudidayakan melalui rahmat harapan kita yang agung dan tak pernah mengecewakan: Kristus yang Bangkit.”

Benih, Tanah, dan Harapan Baru

Dalam surat tersebut, Uskup Ketapang mengaitkan tema pertanian dengan ajaran Kitab Suci. Ia menyoroti bagaimana Yesus sering menggunakan perumpamaan benih untuk mewartakan Kerajaan Allah. Bahkan, menjelang sengsara-Nya, Yesus membandingkan diri-Nya dengan biji gandum yang harus mati agar dapat menghasilkan buah (Yoh 12:24).

“Benih yang jatuh di tanah akan menumbuhkan kehidupan baru,” tulis Mgr. Pius. “Kita juga adalah benih-benih pengharapan yang harus ditanam di dunia ini, agar damai dan sukacita Kristus terus bertumbuh.”

Beliau juga menyinggung kisah Naaman dalam Kitab Raja-Raja, yang mengalami kesembuhan setelah mandi di Sungai Yordan, dan membawa tanah dari negeri Israel sebagai tanda syukur. Simbol tanah, air, dan benih menurut Uskup menjadi gambaran konkret dari panggilan manusia untuk memelihara bumi, rumah bersama yang telah diberikan Allah.

Panggilan untuk Merawat Tanah dan Alam

Dalam bagian tengah surat, Mgr. Pius menyoroti tantangan besar pertanian masa kini, yaitu kondisi tanah yang semakin miskin nutrisi. Ia menegaskan bahwa pertanian modern tidak hanya soal teknologi, tetapi juga kesadaran ekologis untuk merawat tanah agar tetap hidup.

Beliau menulis:

“Tanah kita telah mati. Pupuk buatan hanya memberi makan tanaman, tetapi tidak memberi nutrisi bagi tanah. Kita memerlukan pupuk organik yang memberi kehidupan kembali pada tanah.”

Uskup mengajak umat untuk memanfaatkan bahan-bahan alami di sekitar seperti kotoran hewan, daun kering, air cucian beras, dan sisa makanan sebagai bahan pupuk organik. Inovasi sederhana ini, kata beliau, adalah wujud konkret dari pertanian modern dan berkelanjutan yang sejati—yakni yang menghormati ciptaan dan menjaga keseimbangannya.

Memelihara Taman Allah

Dalam refleksinya atas Kejadian 2:15, Mgr. Pius menulis:

“Tuhan Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya di taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu.”

Makna memelihara, lanjut beliau, adalah merawat, melindungi, mengawasi, dan melestarikan. Karena itu, umat beriman memiliki tanggung jawab moral untuk menjaga tanah, air, dan udara tiga unsur kehidupan yang menjadi dasar pertanian dan pangan.

Uskup juga mengajak seluruh paroki, sekolah, kelompok tani, dan lembaga sosial di wilayah Keuskupan Ketapang untuk menanam secara cerdas, yakni dengan memperhatikan kesuburan tanah, kejernihan air, dan kebersihan udara. “Pertanian modern dan berkelanjutan adalah pertanian yang merawat bumi agar bernutrisi, bersih, dan sehat,” tegasnya.

Gerakan Bulan Menanam

Sebagai wujud nyata dari komitmen ekologis Gereja, Keuskupan Ketapang akan kembali melaksanakan Bulan Menanam. Tahun ini, kegiatan tersebut akan dipusatkan di Paroki Sukaria, Kendawangan, pada 7 Desember 2025.

Mgr. Pius mengajak seluruh paroki, sekolah, dan kelompok tani untuk berpartisipasi aktif dengan menyiapkan tanaman pangan dan tanaman penyimpan air sejak dini. Selama bulan Desember, umat diharapkan turut menanam pohon di lingkungan masing-masing sebagai bentuk tindakan nyata menjaga bumi.

Ungkapan Syukur dan Apresiasi

Dalam bagian penutup suratnya, Uskup Pius menyampaikan rasa terima kasih kepada berbagai pihak yang telah menunjukkan kepedulian terhadap lingkungan.

“Saya mengucapkan terima kasih kepada keluarga-keluarga yang merawat halaman dengan tanaman, kepada pastoran yang menanami lingkungannya, kepada biara dan sekolah yang menjaga kebersihan serta keasrian lingkungan, juga kepada kelompok tani yang menggunakan pupuk organik serta instansi yang mengusahakan pelestarian alam,” tulis beliau.

Uskup berharap agar perayaan Hari Pangan Sedunia tidak berhenti pada seremoni, melainkan menumbuhkan kebiasaan hidup ekologis di tengah umat.

“Semoga perayaan HPS menjadikan kita mampu membudayakan pertanian modern dan berkelanjutan,” pungkasnya.

Surat Gembala tersebut ditandatangani di Ketapang pada 10 Oktober 2025, dan ditutup dengan salam serta berkat dari beliau:

“Tuhan memberkati.”

Mgr. Pius Riana Prapdi

Uskup Keuskupan Ketapang

Makna Perayaan bagi Paroki Santo Agustinus

Pembacaan Surat Gembala HPS secara utuh dalam Misa Minggu Biasa XXVIII menjadi momen penting bagi Paroki Santo Agustinus Paya Kumang. Melalui perayaan ini, umat diajak untuk merenungkan makna panggilan mereka sebagai penjaga ciptaan menyadari bahwa iman Kristen tidak terpisah dari tanggung jawab ekologis.

Perayaan liturgi yang berjalan tertib dan penuh kekhusyukan menunjukkan kesatuan hati seluruh umat dalam mendengarkan suara Gembala Keuskupan. Kehadiran dua imam yang merayakan ulang tahun tahbisan imamat menambah nuansa syukur dan kebersamaan dalam semangat pelayanan yang terus hidup.

Dengan demikian, Hari Pangan Sedunia 2025 di Paroki Santo Agustinus Paya Kumang tidak hanya menjadi perayaan iman, tetapi juga menjadi seruan nyata untuk bertindak bagi bumi dan masa depan generasi mendatang.

🕊️ SERVIENS IN CARITATE – Melayani dalam Kasih
📍 Paroki Santo Agustinus Paya Kumang, Keuskupan Ketapang
🗓️ Minggu, 12 Oktober 2025

📍Paroki Santo Agustinus Paya Kumang

🕊️ Gembala Umat, Pelita Iman, Sahabat Jiwa

Ditulis oleh: Tim Redaksi Komunikasi Sosial (Komsos) Paroki Santo Agustinus Paya Kumang

Tanggal:   12  Oktober   2025



About Gr.SAPRIYUN,S.ST.Pi

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.

0 comments:

Posting Komentar