Dalam suasana dunia yang penuh kebisingan, kesibukan, dan tekanan hidup yang tak henti, pesan ini hadir sebagai ajakan kontemplatif yang mengingatkan kembali pada nilai keheningan dalam iman Kristiani. Yohanes Suprastha, melalui refleksi singkat ini, mengajak umat untuk masuk ke dalam keheningan yang bukan sekadar diam, tetapi menjadi ruang rohani untuk mendengarkan, merenungkan, dan pulih bersama Tuhan.
Tenang: Ruang untuk Mendengar Suara Tuhan
Dalam kitab 1 Raja-Raja 19:12, Nabi Elia mengalami Tuhan bukan melalui badai, gempa, atau api, melainkan lewat "suara sepoi-sepoi basa". Ini menjadi peneguhan bahwa suara Tuhan kerap hadir dalam kelembutan dan keheningan. Dalam keheningan hati, umat diajak untuk lebih peka, untuk membedakan mana kehendak Tuhan dan mana kehendak diri sendiri. Tenang bukan berarti lemah, tetapi justru kuat karena bersumber pada kedekatan dengan Sang Sabda.
Tenang untuk Berdoa: Saatnya Mengarahkan Hati
Surat 1 Petrus 4:7 mengingatkan bahwa "kesudahan segala sesuatu sudah dekat. Karena itu kuasailah dirimu dan jadilah tenang, supaya kamu dapat berdoa." Dalam ayat ini, doa tidak mungkin terjadi tanpa ketenangan batin. Doa sejati bukan hanya kata-kata, melainkan dialog hati yang hanya mungkin jika jiwa hening. Ketika dunia menawarkan kekhawatiran, iman justru menawarkan ketenangan agar doa menjadi jalan berserah dan sumber kekuatan baru.
Tenang: Ruang Pemulihan Jiwa
Mazmur 23:2-3 menggambarkan Tuhan sebagai Gembala yang menuntun umat ke padang rumput hijau dan air yang tenang simbol pemulihan, penyegaran, dan penghiburan. Dalam keheningan itu, Tuhan bekerja memulihkan luka, mengangkat beban, dan meneguhkan kembali semangat hidup. Ketenangan bukan sekadar jeda, tetapi proses penyembuhan jiwa.
Digitalisasi Pesan Iman
Di era digital, pesan-pesan rohani seperti ini memiliki kekuatan yang menjangkau lebih luas dari sekadar ruang liturgi. Seorang prodiakon seperti Yohanes Suprastha bukan hanya mewartakan melalui mimbar, tetapi juga melalui ruang-ruang maya yang kini menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan umat. Pesan iman yang dikemas singkat namun sarat makna ini menjadi oase rohani di tengah padang gurun digital.
Ajakan untuk Umat
Setiap umat Katolik diajak untuk merenungkan: Sudahkah aku menyediakan waktu untuk tenang dalam hari-hariku? Sudahkah aku mendengar suara Tuhan yang lembut? Atau, justru aku terlalu sibuk sehingga kehilangan arah dan damai?
Pesan ini mengajak kita semua untuk menyediakan waktu hening bukan karena tidak ada masalah, tetapi karena kita percaya bahwa dalam keheningan, Tuhan sedang bekerja. Di balik segala hiruk-pikuk hidup, suara Tuhan tetap berbicara… kepada siapa pun yang mau mendengarkan.
Semoga setiap kita menjadi pribadi yang tenang dalam iman, tekun dalam doa, dan pulih dalam kasih Tuhan yang tak berkesudahan.
.
Ditulis oleh: Tim Redaksi Komunikasi Sosial (Komsos) Paroki Santo Agustinus Paya Kumang
Tanggal: 16 Juni 2025
0 comments:
Posting Komentar