Foto Bapak.Ignasius Rinso Tigor, S.S
Renungan Pagi Prodiakon Ignasius Rinso Tigor: Sapaan Sunyi yang Menyalakan Jiwa
Ketapang, 21 Juni 2025.Dalam keheningan subuh yang masih berselimut kabut doa, secercah pesan rohani sederhana hadir menyapa jiwa. Pukul 03.59 WIB, di sebuah unggahan status WhatsApp pribadi, Prodiakon Ignasius Rinso Tigor, S.S., dari Paroki Santo Agustinus Paya Kumang, Keuskupan Ketapang, membagikan serangkaian permenungan rohani yang singkat namun sarat makna, mengalir seperti mata air sejuk bagi umat Katolik yang mendamba keteduhan batin di tengah padatnya dunia.
Pesan demi pesan yang diunggah oleh beliau bukan sekadar kalimat bijak. Ia adalah cerminan dari jiwa yang hidup dalam keheningan doa, penghayatan iman, dan ketekunan dalam pelayanan. Tiap kata yang ditulis seolah berasal dari relung perjumpaan pribadi dengan Tuhan bukan hanya pengulangan kata-kata, melainkan buah dari pengalaman iman yang mendalam.
1. "Biarkan Kiranya Hanya Sekejap Engkau Menatap ke Arah Kedua Bola Mataku Ya Tuhan…" (03.59 WIB)
Renungan ini membawa kita pada kerinduan mendalam untuk memandang wajah Tuhan, sebagaimana yang diungkapkan oleh pemazmur: “Wajah-Mu kucari ya Tuhan, janganlah menyembunyikan wajah-Mu daripadaku” (Mzm 27:8-9). Ungkapan Prodiakon Ignasius Rinso Tigor, mengajak kita kembali pada hasrat purba manusia: ingin dilihat, dikenali, dan disapa oleh Tuhan. Sekejap tatapan dari Sang Ilahi sudah cukup untuk menyalakan kembali nyala iman yang mungkin mulai redup. Di tengah dunia yang penuh distraksi, umat Katolik diajak untuk mencari kedamaian yang hanya bisa ditemukan dalam tatapan kasih Allah.
2. "Jangan Kagum pada Orang yang Pandai Bicara tentang Tuhan…" (04.01 WIB)
Ungkapan ini menyentak sekaligus meneguhkan. Dunia hari ini dipenuhi suara motivator rohani, pengkhotbah, influencer Katolik tetapi kata-kata ini mengingatkan kita untuk tidak hanya mengagumi wacana, melainkan mengagumi keteladanan. Dalam terang Kitab Suci, Yesus berkata, “Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Surga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku” (Mat 7:21). Renungan ini adalah panggilan bagi umat Katolik untuk lebih menghayati iman dalam keheningan dan ketekunan, bukan hanya dalam perdebatan dan pengakuan verbal.
3. "Motivasi Diri: Sabar Itu Sulit, Tapi Hadiahnya Selangit…" (04.05 WIB)
Dalam bagian ini, Prodiakon Rinso memadukan spiritualitas praktis dan kebijaksanaan hidup. Sabar, ikhlas, dan keyakinan akan penyertaan Allah adalah fondasi kehidupan rohani yang sejati. Ia menyentuh nilai-nilai Katolik yang diajarkan Yesus sendiri, yakni: “Berbahagialah orang yang sabar, karena mereka akan memiliki tanah” (bdk. Mat 5:5). Dalam semangat ora et labora, Prodiakon mengajak umat untuk terus berjuang, berdoa, dan menyerahkan diri sepenuhnya kepada penyelenggaraan Ilahi. Kata-kata seperti “Allah selesaikan, Allah mudahkan, Allah kabulkan” adalah pengingat bahwa manusia hanya menabur, tetapi Allah-lah yang menumbuhkan dan menyempurnakan.
4. "Untuk Diri Sendiri: Tetap Kuat, Jaga Kesehatan…" (04.17 WIB)
Ini adalah ajakan untuk mencintai diri sendiri dalam terang iman. Umat Katolik sering kali diajarkan untuk menyangkal diri, namun bukan berarti mengabaikan diri. Menjadi kuat, menjaga kesehatan, tetap semangat meski tidak dipahami orang, adalah bentuk nyata dari caritas cinta kasih yang dimulai dari dalam. Santo Yohanes Paulus II pernah menegaskan bahwa “hanya orang yang mencintai dirinya secara benar, dapat mencintai sesamanya secara utuh.” Maka pesan ini bukan egoisme, melainkan penguatan diri sebagai ciptaan Allah yang berharga dan dipanggil untuk tetap bertahan dalam panggilan hidupnya.
Kesimpulan: Sebuah Sapaan Sunyi yang Menghidupkan
Unggahan singkat di waktu subuh ini bukan sekadar status WhatsApp. Ia adalah bentuk evangelisasi dalam era digital sederhana, hening, namun menggugah hati. Di tengah dunia yang bising dan penuh tuntutan, umat Katolik diajak untuk berhenti sejenak, menyimak suara sunyi Roh Kudus yang bisa hadir lewat media apa pun, termasuk gawai di tangan kita.
Prodiakon Ignasius Rinso Tigor telah memberikan teladan kecil namun bermakna: menjadi saksi iman bukan hanya lewat homili di altar, tapi juga lewat kalimat hening yang menyentuh hati umat. Semoga setiap dari kita pun terpanggil untuk menyebarkan kedamaian dan pengharapan, kapan pun dan di mana pun kita berada.
"Biarkan sekejap Engkau menatapku ya Tuhan, agar aku tetap tinggal damai dalam kasih-Mu…"
Sebuah doa yang terus bergema, bahkan setelah layar WhatsApp ditutup.
Disusun oleh Redaksi Komunikasi Sosial (Komsos) untuk Pembaca Umat Beriman, dalam semangat pewartaan dan permenungan yang hidup.
.
📍Paroki Santo Agustinus Paya Kumang
🕊️ Gembala Umat, Pelita Iman, Sahabat Jiwa
Ditulis oleh: Tim Redaksi Komunikasi Sosial (Komsos) Paroki Santo Agustinus Paya Kumang
Tanggal: 21 Juni 2025
About
Gr.SAPRIYUN,S.ST.Pi
This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
0 comments:
Posting Komentar