Paroki Santo Agustinus Paya Kumang, Ketapang, 19 Juni 2025
“Pesan Rohani Sederhana, Namun Menggetarkan Jiwa”
Ketapang, 19 Juni 2025.Tepat pukul 03.02 WIB pada Kamis dini hari, 19 Juni 2025, suasana sunyi malam disapa dengan sebuah pesan rohani yang lembut namun menembus relung hati. Bapak Ignasius Rinso Tigor, S.S., seorang Prodiakon aktif di Paroki Santo Agustinus Paya Kumang, Keuskupan Ketapang, mengunggah status WhatsApp yang sekilas tampak sederhana. Namun, di balik kalimat-kalimat yang ia tuliskan, tersembunyi kekayaan makna iman yang begitu dalam, yang menyentuh banyak hati umat yang membacanya.
Berikut isi pesan beliau:
“Kata-kata malam ini
Semua ada waktunya, tak perlu bertanya kapan.
Tidak semua yang kita inginkan langsung Allah berikan.
Cukup jalani semampu kita, dan bersyukur untuk semuanya.
Karena Allah akan memberikan apa yang kita doakan di waktu yang tepat, bukan di waktu yang cepat.”
Pesan ini menjadi refleksi batin yang sangat relevan bagi umat Katolik yang tengah menapaki pergumulan hidup, entah itu dalam pekerjaan, keluarga, pelayanan, maupun relasi personal dengan Tuhan. Dalam dunia yang bergerak serba cepat dan penuh tekanan, kita seringkali mendesak Tuhan untuk segera menjawab doa-doa kita. Namun pesan rohani dari Prodiakon Rinso ini mengingatkan kita pada satu kebenaran abadi dalam iman Katolik: bahwa waktu Tuhan adalah waktu yang paling sempurna.
Renungan dalam Terang Iman Katolik
Dalam Kitab Pengkhotbah 3:1 tertulis, “Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya.” Ayat ini seolah menjadi fondasi spiritual dari pesan yang diungkapkan oleh Prodiakon Rinso. Ia tidak mengutip ayat secara langsung, namun esensinya kuat: pengakuan bahwa Tuhan tidak berdiam diri, melainkan menata segala sesuatu dengan penuh hikmat dan kasih.
Sebagai umat beriman, kita diajak untuk menanggalkan sikap tergesa-gesa dan menggantinya dengan kepercayaan penuh kepada penyelenggaraan ilahi. Allah tidak pernah lalai. Ia mendengar doa-doa kita, tetapi menjawabnya sesuai dengan rencana keselamatan-Nya, bukan menurut keinginan manusiawi kita yang terbatas.
Sikap Bersyukur dalam Setiap Proses
Ungkapan “cukup jalani semampu kita, dan bersyukur untuk semuanya” juga merupakan ajakan yang kuat untuk menjalani spiritualitas syukur. Dalam Katekismus Gereja Katolik (KGK 2637), ditegaskan bahwa “Syukur adalah sikap dasar dari setiap orang yang telah menerima karunia-karunia dari Allah.” Bahkan ketika kita belum menerima apa yang kita doakan, sikap syukur sudah menjadi bentuk iman yang aktif, tanda bahwa kita percaya Allah tahu yang terbaik untuk kita.
Menjadi Saksi Harapan dalam Kesederhanaan
Apa yang dilakukan oleh Prodiakon Rinso juga merupakan bentuk nyata dari pewartaan Injil melalui sarana sederhana: sebuah status WhatsApp. Dalam dunia digital saat ini, kesaksian iman tidak hanya dilakukan dari mimbar atau altar, tetapi juga melalui teknologi komunikasi yang menjangkau lintas waktu dan ruang. Pesan sederhana yang ia bagikan menjadi nyala kecil pengharapan bagi siapa pun yang sedang dalam kegelapan pergumulan.
Penutup: Iman yang Menanti dengan Setia
Renungan ini mengajarkan kita untuk kembali menata hati: menanti dengan sabar, percaya pada waktu Tuhan, dan bersyukur dalam segala keadaan. Tidak semua yang kita inginkan akan segera hadir, tetapi semua yang Tuhan janjikan akan datang pada waktunya. Di situlah letak kedewasaan iman seorang Katolik mampu bertahan, tetap percaya, dan terus bersyukur.
Kiranya pesan singkat ini menjadi lentera malam bagi jiwa-jiwa yang sedang menanti jawaban Tuhan, serta menjadi sumber kekuatan bagi umat yang lelah dalam perjalanan hidup. Semoga kita pun belajar menjadi pewarta kasih Allah dalam setiap kesempatan, sekecil apa pun bentuknya.
📍Paroki Santo Agustinus Paya Kumang
🕊️ Gembala Umat, Pelita Iman, Sahabat Jiwa
Ditulis oleh: Tim Redaksi Komunikasi Sosial (Komsos) Paroki Santo Agustinus Paya Kumang
Tanggal: 19 Juni 2025


0 comments:
Posting Komentar