Kerendahan Hati dan Belas Kasih: Liturgi Minggu XXX di Paroki Santo Agustinus Paya Kumang, Ketapang.
Ketapang, 26 Oktober 2025. Pada hari Minggu biasa XXX, yang bertepatan dengan Peringatan Para Martir Tanpa Mahkota Santo Lucianus dan Santo Marcianus, umat Katolik di wilayah Keuskupan Ketapang berkumpul dalam suasana khidmat di lingkungan Paroki Santo Agustinus Paya Kumang. Liturgi dengan warna hijau ini dipimpin oleh Pastor Paroki RP. Vitalis Nggeal, CP, bersama seluruh komunitas rohani yang turut mendukung jalannya misa dengan penuh antusias.
Pembukaan dan Suasana Liturgi
Pukul pagi hari, jemaat mulai berdatangan ke gereja yang berlokasi di Desa Paya Kumang, Kecamatan Delta Pawan, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat. Suasana pagi yang lembut dipenuhi dengan sapaan hangat antarumat, senyum dan salam damai yang menjadi pembuka persiapan menuju perayaan Ekaristi.Perayaan ini juga dihadiri oleh Ketua Bidang Pewartaan Bapak Hendrikus Hendri, S.S., bersama sejumlah tim pastoral paroki yang turut mendukung pelaksanaan pelayanan iman di Paroki Santo Agustinus Paya Kumang. Kehadiran beliau menandakan dukungan dan perhatian nyata dari bidang pewartaan dalam memperkuat spiritualitas umat melalui pendampingan dan kegiatan pastoral yang terarah.
Dirigen Ibu Fransiska Romana Sri Wijati memimpin dengan penuh semangat, sementara saudara Gabriel Riyandi bertugas sebagai lektor memproklamasikan Sabda Tuhan. Pemazmur, saudari Genoveva Sonia, mengisi momen mazmur dengan nyanyian yang menggetarkan, sementara organis, saudari Yessica, bersama koor dari PGTK PL Santa Maria menghidupkan nyanyian pujian dan respons umat.
Suasana sungguh khusyuk. Keriuhan dunia luar perlahan ditinggalkan, digantikan oleh kesungguhan hadir di hadapan Allah. Ketika Pastor Vitalis memasuki altar, umat berdiri dengan penuh hormat.
Homili: Inti Pesan dan Empat Poin Utama
Dalam homilinya, Pastor Vitalis mengangkat bacaan Injil hari ini yang mengisahkan perumpamaan dari Yesus Kristus tentang dua orang yang pergi berdoa ke Bait Allah: seorang Farisi dan seorang pemungut cukai (Lukas 18:9-14). Dari kisah ini, beliau menegaskan bahwa inti kehidupan rohani bukanlah sekadar aktivitas ritual, tetapi soal kondisi hati manusia di hadapan Allah. Homili beliau dipetakan menjadi empat poin penting yang dapat diambil oleh setiap umat.
Poin Pertama: Bahaya Kesombongan dalam Doa
Pastor Vitalis mengingatkan bahwa seseorang yang gemar berdoa dan aktif dalam aktivitas gereja justru “jika tidak hati-hati maka akan menjadi kesombongan rohani”. Aktivitas rohani, kehadiran rutin di gereja, keterlibatan di lingkungan, semua itu bukan jaminan kerendahan hati. Seorang Farisi dalam Injil berkata: “Aku tidak seperti pemungut cukai itu.” Doanya terdengar seperti pameran spiritual menonjolkan diri lebih baik dari orang lain.
Poin Kedua: Hindari Memamerkan Status Pribadi atau Membandingkan Diri
Lebih jauh, Pastor Vitalis menegaskan bahwa orang Farisi berdoa supaya dilihat orang, menunjukkan ketaatannya, mengangkat dirinya di atas orang lain. Sedangkan pemungut cukai berdiri jauh, tak berani menengadah, memukul dirinya, berkata: “Ya Allah, kasihanilah aku, orang berdosa ini.” Ini menggambarkan bahwa kita tidak mencari pembenaran diri atau membandingkan diri dengan sesama, melainkan hadir dengan kesadaran akan kebutuhan akan rahmat Allah.
Poin Ketiga: Kerendahan Hati yang Ditinggikan
Homili menegaskan bahwa hanya kerendahan hati yang sejati yang diangkat oleh Allah. Pemungut cukai yang penuh dosa namun tulus mengakui kelemahannya, menjadi teladan. Pastor Vitalis mengutip anjuran dari Paus Fransiskus: bahwa Gereja memerlukan “kumpulan orang-orang berdosa yang memerlukan rahmat Tuhan”. Bila kita merasa telah suci, tak butuh Tuhan, maka kita jauh dari kebenaran Injil. Dengan merendahkan hati, kita membuka diri agar Tuhan mengangkat kita.
Poin Keempat: Doa, Kerendahan Hati, dan Perjumpaan Jujur dengan Tuhan
Poin terakhir ialah bahwa semakin sering kita berdoa bukan untuk menunjuk-nunjuk tetapi semakin nyata kita sadari bahwa kehadiran Tuhan selalu ada. Kerendahan hati, kesadaran akan kehadiran Tuhan, menjadi pintu rahmat. “Rahmat Tuhan hanya tumbuh dalam hati yang rendah,” demikian Pastor Vitalis menegaskan. Doa bukan sekadar ritual tapi menjadi perjumpaan jujur dengan Allah. Hanya orang yang rendah hati yang bisa diluluhkan oleh hati Allah.
Refleksi Umat yang Hadir
Seluruh umat tampak larut dalam kesunyian refleksi ketika Pastor Vitalis mengajak mereka merenungkan pertanyaan: “Apakah doa saya tulus mencari Allah, atau sekadar ingin tampak saleh?” Di antara jemaat hadir berbagai usia: anak-anak, remaja OMK, dewasa hingga lansia. Dengan khusyuk mereka mengikuti, sesekali terdengar isakan halus dan tetesan air mata kesadaran.
Usai homili, suasana semakin hening ketika umat memasuki Masa Persembahan. Persembahan dalam rupa uang, roti dan anggur, diserahkan dengan sederhana; namun tampak jelas bahwa tiap persembahan tidak hanya material tetapi juga simbol kerendahan hati dan kepercayaan bahwa Allah akan mengubah hati kita.
Rangkaian Liturgi hingga Penutup
Misa berlanjut dengan Doa Syukur Agung, Komuni, dan akhirnya Doa Penutup. Dalam suasana penuh rasa syukur, umat berdiri menyanyikan lagu penutup yang dipimpin oleh koor PGTK PL Santa Maria. Setelah diberkati oleh Pastor Vitalis, umat keluar dari gereja sambil membawa pesan bahwa iman bukan sekadar ritual, tetapi transformasi hati.
Kesimpulan
Minggu ini di Paroki Santo Agustinus Paya Kumang bukan sekadar perayaan misa rutin; namun menjadi momen mendalam untuk introspeksi batin. Empat poin homili pastor menghadirkan tantangan sekaligus harapan: tantangan untuk menyingkirkan kesombongan spiritual, harapan bahwa kerendahan hati membuka pintu rahmat. Umat diingatkan bahwa doa yang tulus bukan yang penuh gaya tetapi yang datang dari kesadaran akan diri sendiri sebagai makhluk yang membutuhkan kasih Allah.
Dengan liturgi yang dipimpin oleh Pastor Vitalis bersama seluruh tim liturgi dirigen, lektor, pemazmur, organis, koor umat dipandu untuk mendekat kepada Tuhan dengan hati rendah dan jujur. Semoga perayaan ini membawa buah bagi kehidupan iman mereka sehari-hari, di lingkungan, dalam karya, dan dalam keterlibatan para umat di Paroki Santo Agustinus Paya Kumang.
📍Paroki Santo Agustinus Paya Kumang
🕊️ Gembala Umat, Pelita Iman, Sahabat Jiwa
Ditulis oleh: Tim Redaksi Komunikasi Sosial (Komsos) Paroki Santo Agustinus Paya Kumang
Tanggal: 26 Oktober 2025
0 comments:
Posting Komentar