PERAYAAN HARI RAYA TUHAN KITA YESUS KRISTUS RAJA SEMESTA ALAM DI PAROKI SANTO AGUSTINUS PAYA KUMANG

 

Foto RP. Vitalis Nggeal, CP

PERAYAAN HARI RAYA TUHAN KITA YESUS KRISTUS RAJA SEMESTA ALAM DI PAROKI SANTO AGUSTINUS PAYA KUMANG

Ketapang pada Sabtu sore, 22 November 2025, menjadi saksi atas sebuah perayaan iman yang penuh makna dan kegembiraan rohani bagi umat Katolik di Paroki Santo Agustinus Paya Kumang, Keuskupan Ketapang. Hari itu bertepatan dengan Hari Raya Tuhan Kita Yesus Kristus Raja Semesta Alam, sekaligus Hari Orang Muda Sedunia, serta peringatan Santo Klemens I Paus dan Martir dan Santo Kolumban Pengaku Iman. Dengan warna liturgi putih, Gereja menegaskan gambaran kemuliaan Kristus sebagai Raja semesta dan puncak seluruh sejarah manusia.

Sejak sore hari, umat mulai berdatangan ke Gereja Santo Agustinus Paya Kumang. Rindang pepohonan, suasana lingkungan gereja yang tertata rapi, serta sapaan hangat para petugas liturgi menciptakan atmosfer sakral dan penuh damai. Pada pukul 17.30 WIB, halaman gereja sudah dipenuhi oleh umat dari berbagai lingkungan yang datang untuk mengikuti perayaan Ekaristi. Mereka hadir dengan sikap hormat dan penuh syukur, menyadari bahwa perayaan hari itu adalah puncak dari seluruh rangkaian tahun liturgi Gereja Katolik.

Tepat pukul 18.00 WIB, lonceng gereja dibunyikan sebagai tanda dimulainya Misa Kudus. Perayaan ini dipimpin oleh RP. Vitalis Nggeal, CP, seorang imam Konggregasi Passionis yang telah lama melayani umat di Keuskupan Ketapang. Dengan jubah liturgis putih yang melambangkan kemenangan dan kemuliaan Kristus, beliau memimpin ibadat dengan penuh penghayatan, ketenangan, dan kesederhanaan khas seorang imam Passionis yang menekankan spiritualitas sengsara Yesus.

Pelayan Liturgi

Beberapa petugas liturgi turut ambil bagian dalam perayaan ini:

  • Lektor: Ibu Fransiska Mincu

  • Pemazmur: Ibu Anita Yulis Pranata

  • Dirigen: Ibu Maria Theresia Budi Supri Handini

  • Organis 2: Bapak Yulius Sudarisman

  • Organis 1: Ibu Martha Koleta Popyzesika

  • Paduan Suara: Koor Grup Inkulturasi Keroncong

Perpaduan suara khas keroncong yang lembut memberikan warna musikal yang unik dalam liturgi. Nuansa inkulturasi tersebut membawa umat memasuki suasana doa yang tenang dan meresap, menghadirkan pengalaman liturgi yang tidak hanya indah secara musikal, tetapi juga sarat makna budaya.











































































































































































PEMBUKAAN PERAYAAN: MENGGAPAI MAKNA KERAJAAN KRISTUS

Perayaan diawali dengan lagu pembuka bertema kemuliaan Kristus. Para umat berdiri, menyanyikan lagu dengan penuh semangat dan hormat. Dalam kata pengantar misa, RP. Vitalis menegaskan bahwa Hari Raya Kristus Raja adalah puncak tahun liturgi, saat Gereja kembali menyatakan bahwa Yesus adalah pusat waktu, pusat sejarah, dan pusat kehidupan iman orang beriman.

Beliau mengutip sabda Yesus dalam bacaan hari itu:

“Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus.”

Ayat ini menjadi benang merah dalam seluruh perayaan, terutama dalam homili yang disampaikan kemudian. Sabda ini bukan hanya janji untuk seorang penjahat yang bertobat, tetapi juga merupakan undangan bagi seluruh umat untuk menjadikan Kristus sebagai Raja dalam hidup mereka masing-masing.

HOMILI RP. VITALIS NGGEAL, CP:

“KITA DIPANGGIL MENJADIKAN KRISTUS SEBAGAI RAJA HIDUP KITA”**

Dalam homilinya yang panjang, mendalam, dan sangat reflektif, RP. Vitalis menegaskan bahwa perayaan Kristus Raja mengingatkan umat akan puncak penebusan Kristus. Beliau mengatakan bahwa inti dari seluruh sejarah keselamatan berada pada diri Yesus.

Menurut penjelasannya, Yesus adalah pusat seluruh peradaban dan perjalanan waktu manusia. Ia bukan hanya sekadar tokoh sejarah, melainkan Center of History pusat sejarah yang kehadiran-Nya mengubah arah peradaban dunia. Bahkan, menurut filsafat Yunani dan pemikiran para ilmuwan klasik, segala sesuatu yang berkaitan dengan makna hidup manusia selalu mengarah kepada satu figur yang menjadi pusat: Tuhan itu sendiri. Bagi umat Kristiani, pusat itu adalah Kristus.

RP. Vitalis kemudian menegaskan bahwa dalam perayaan Kristus Raja, Gereja ingin mengingatkan bahwa tidak ada satu pun makhluk di bumi yang tidak berada dalam genggaman kasih dan kuasa Yesus. Semua bangsa, umat, dan generasi akan mengakui bahwa Yesus adalah Tuhan. Perayaan Misa adalah gambaran kecil dari perjamuan surgawi, tempat semua umat Tuhan berkumpul dalam persaudaraan universal untuk berjumpa dengan Kristus sendiri.

YESUS, RAJA YANG TERSALIB

Dalam bagian lain homilinya, RP. Vitalis mengajak umat merenungkan gambaran paradoks dalam Injil: Yesus adalah Raja, tetapi bukan Raja yang duduk di atas takhta duniawi.

Justru keagungan-Nya tampak melalui:

  • Mahkota duri

  • Kayu salib

  • Penderitaan

  • Kerendahan hati

  • Pengorbanan diri

Inilah gambaran Raja yang bertolak belakang dengan konsep kerajaan duniawi. Kristus tidak menunjukkan kuasa-Nya dengan memerintah atau menaklukkan, tetapi dengan mengampuni, merendahkan diri, dan mengasihi sampai akhir. Sebagaimana dinyatakan dalam injil hari itu, para pemimpin Israel dan tentara Romawi mencemooh Dia. Namun, di balik cemoohan itu, justru kasih-Nya memuncak.

RP. Vitalis menegaskan:

Yesus tidak turun dari salib bukan karena Ia tidak mampu, tetapi karena kasih-Nya menahan-Nya untuk tetap tinggal di sana demi menebus umat manusia.

Dalam penderitaan-Nya, Kristus memperlihatkan bahwa Kerajaan Allah bukan soal kekuatan fisik, tetapi soal hati yang mencintai dan mengampuni.

PENJAHAT YANG BAIK: SIMBOL PENGHARAPAN SELURUH UMAT

RP. Vitalis menekankan kisah indah tentang salah satu penjahat di sisi Yesus, yang dikenal sebagai “penjahat yang baik”. Ketika semua orang mengejek Yesus, penjahat ini melihat sesuatu yang berbeda. Ia melihat bahwa Yesus adalah Raja, dan ia berseru:

“Yesus, ingatlah akan aku apabila Engkau datang sebagai Raja.”

Menurut RP. Vitalis, seruan sederhana ini adalah pengakuan iman yang luar biasa. Di tengah penderitaan, penjahat itu melihat harapan. Di tengah salib, ia melihat kerajaan. Dan kepada pengakuan iman itu, Yesus menjawab dengan lembut dan penuh kuasa:

“Hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus.”

Kalimat ini, menurut RP. Vitalis, menunjukkan bahwa pertobatan sejati:

  • tidak mengenal waktu,

  • tidak mengenal masa lalu,

  • tidak mengenal seberapa besar dosa seseorang.

Yang penting adalah hati yang kembali kepada Tuhan. Kristus Raja adalah Raja yang membuka pintu surga bagi siapa saja yang datang dengan hati hancur dan bertobat.

APAKAH YESUS SUDAH MENJADI RAJA DALAM HIDUP KITA?

Dalam bagian homili yang paling mengena, RP. Vitalis memberikan serangkaian pertanyaan reflektif kepada seluruh umat:

  • Apakah kita sudah menjadikan Kristus sebagai Raja hidup kita?

  • Atau masih ada kebencian, balas dendam, dan niat jahat dalam hati kita?

  • Apakah kita sudah menjadi suami yang dikuasai Kristus yang memberi rasa aman kepada keluarga?

  • Sebagai istri, apakah kita sudah menyerahkan hidup rumah tangga kita kepada Kristus?

  • Apakah keluarga kita sudah dikuasai oleh Kristus atau masih dikuasai oleh ego, kepentingan pribadi, atau gaya hidup duniawi?

  • Apakah kita hanya menghormati Kristus di altar, tetapi hidup tidak berubah di rumah, di tempat kerja, di lingkungan, atau dalam pergumulan hidup?

Menurut beliau, menjadi Katolik bukan sekadar hadir dalam misa atau menunjukkan kesalehan semu di rumah Tuhan. Tetapi bagaimana seseorang membawa Kristus ke dalam:

  • pekerjaan,

  • keluarga,

  • lingkungan,

  • persoalan sehari-hari,

  • dan seluruh keputusan hidup.

"Ketaatan semu tidak menyelamatkan," katanya dengan tegas.

Dengan mengutip Paus Fransiskus, RP. Vitalis menambahkan bahwa seorang Kristiani sejati adalah mereka yang menyalibkan ego, kesombongan, dan ambisi pribadi demi mengikuti kehendak Tuhan. Inilah bentuk nyata dari mengakui Kristus sebagai Raja.

Beliau mengingatkan bahwa Kerajaan Allah bukan kerajaan yang nyaman. Itu adalah kerajaan yang menuntut keadilan, kebenaran, perjuangan, dan pengorbanan. Menjadi murid Kristus berarti siap memikul salib bersama Guru.

KRISTUS RAJA SEMESTA ALAM: MAKNA BAGI UMAT MASA KINI

Dalam bagian penutup homilinya, RP. Vitalis memberikan tiga pesan penting bagi umat:

1. Kerajaan Allah hadir dalam kasih, bukan kuasa.

Kristus menjadi Raja bukan karena Ia menaklukkan musuh dengan pedang, tetapi karena Ia menaklukkan dosa dengan salib. Kerajaan Allah hadir bukan melalui kekuatan fisik, tetapi melalui kelembutan, pengampunan, dan kasih yang tidak berkesudahan.

2. Pertobatan tidak pernah terlambat.

Seperti penjahat di salib yang menerima janji keselamatan pada detik terakhir hidupnya, Tuhan selalu membuka tangan bagi mereka yang mau kembali. Tidak ada manusia yang terlalu berdosa atau terlalu terlambat untuk kembali kepada Allah.

3. Kita dipanggil menjadi saksi kasih Allah.

Mengakui Yesus sebagai Raja berarti menjadikan kasih-Nya sebagai hukum tertinggi dalam hidup kita. Hal itu harus tercermin dalam:

  • cara kita memperlakukan keluarga,

  • cara kita bekerja,

  • cara kita melayani di gereja,

  • cara kita bersikap terhadap sesama,

  • dan cara kita mengambil keputusan sehari-hari.                        

  • PERAYAAN EKARISTI: PUNCAK KASIH KRISTUS

Setelah homili, perayaan Ekaristi berlanjut dalam suasana hening dan penuh penghayatan. Ketika roti dan anggur dikonsekrir, umat diajak kembali merasakan kehadiran Kristus yang hidup di tengah-tengah mereka.

Dengan doa syukur yang mendalam, umat menyadari bahwa menerima Ekaristi berarti bukan hanya menerima tubuh dan darah Kristus, tetapi juga menerima misi untuk menjadi saksi-Nya di dunia.

Umat terlihat mengikuti perayaan dengan penuh khidmat. Beberapa terlihat meneteskan air mata, terutama saat menyanyikan lagu-lagu yang menggambarkan kemuliaan Kristus sang Raja. Suara lembut koor inkulturasi keroncong memberikan kedalaman emosional tersendiri.

PENUTUP: PERAYAAN IMAN YANG MEMPERBARUI HIDUP

Menjelang malam, perayaan misa ditutup dengan berkat penutup dari RP. Vitalis. Umat kemudian menyanyikan lagu penutup yang menggema dengan penuh sukacita.

Meski hari sudah gelap, suasana di halaman gereja tetap diramaikan oleh umat yang saling bercengkerama. Ada yang berbagi pengalaman doa, ada yang saling menanyakan kabar, dan tidak sedikit pula yang menyampaikan rasa syukur karena misa hari itu membawa mereka pada refleksi yang mendalam.

Bagi umat Paroki Santo Agustinus Paya Kumang, perayaan Kristus Raja tahun ini bukan sekadar penutup tahun liturgi, tetapi menjadi momen penting untuk memperbarui komitmen iman. Banyak umat menyadari bahwa menjadikan Yesus sebagai Raja hidup bukanlah slogan, tetapi keputusan nyata yang membawa perubahan dalam keluarga, pekerjaan, dan kehidupan sosial.

REFLEKSI IMAN: YESUS RAJA YANG HIDUP DI TENGAH UMAT

Hari Raya Kristus Raja mengingatkan bahwa dunia mungkin memiliki banyak raja, banyak penguasa, dan banyak kekuatan, tetapi hanya satu Raja yang memerintah dengan kasih: Yesus Kristus.

Dialah Raja yang:

  • datang bukan untuk dilayani, tetapi untuk melayani,

  • datang bukan untuk menaklukkan, tetapi untuk mengampuni,

  • datang bukan untuk berkuasa, tetapi untuk menyelamatkan.

Kristus adalah Raja yang tersalib. Mahkota-Nya bukan emas, tetapi duri. Takhta-Nya bukan singgasana, tetapi kayu salib. Namun melalui salib itulah Ia memperoleh kemenangan atas dosa dan maut.

Dengan demikian, Hari Raya Kristus Raja bukan hanya merayakan kemuliaan Kristus, tetapi juga mengajak seluruh umat untuk meneladan kerendahan hati dan kasih-Nya. Itulah inti iman Katolik: mengikuti Raja yang memerintah dengan pelayanan dan cinta.

PENUTUP UMUM

Perayaan Hari Raya Tuhan Kita Yesus Kristus Raja Semesta Alam di Paroki Santo Agustinus Paya Kumang pada Sabtu 22 November 2025 menjadi perayaan yang tidak hanya kaya akan liturgi, tetapi juga kaya akan makna spiritual. Dengan homili yang mendalam dari RP. Vitalis Nggeal, CP, umat diingatkan kembali untuk membiarkan Kristus memimpin hidup dan keluarga mereka.

Umat pulang dengan hati penuh damai, membawa pesan bahwa Kerajaan Allah tidak hadir melalui kekuatan duniawi, tetapi melalui kasih, pengampunan, dan kesediaan untuk hidup sesuai kehendak Tuhan.

Semoga perayaan iman ini sungguh menjadi sumber pembaruan dalam hidup setiap umat, agar Kristus benar-benar menjadi Raja atas segala aspek kehidupan mereka.

📍Paroki Santo Agustinus Paya Kumang

🕊️ Gembala Umat, Pelita Iman, Sahabat Jiwa

Ditulis oleh: Tim Redaksi Komunikasi Sosial (Komsos) Paroki Santo Agustinus Paya Kumang

Tanggal:   22  November  2025


About Gr.SAPRIYUN,S.ST.Pi

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.

0 comments:

Posting Komentar