Perayaan Hari Raya Tuhan Kita Yesus Kristus Raja Semesta Alam di Paroki Santo Agustinus Paya Kumang Mengajak Umat Menjadikan Kristus sebagai Raja Kehidupan
Ketapang, 23 November 2025 .Suasana penuh kekhidmatan mewarnai Gereja Paroki Santo Agustinus Paya Kumang, Keuskupan Ketapang, pada Minggu pagi ketika umat berkumpul untuk merayakan Hari Raya Tuhan Kita Yesus Kristus Raja Semesta Alam, sekaligus memperingati Hari Orang Muda Sedunia, serta mengenang Santo Klemens I, Paus dan Martir, dan Santo Kolumban, Pengaku Iman. Menggunakan warna liturgi putih, perayaan ini berlangsung dengan penuh keagungan iman sebagai penutup Tahun Liturgi Gereja Katolik.
Perayaan Ekaristi dimulai tepat pukul 07.00 WIB, dipimpin oleh RP. Vitalis Nggeal, CP. Liturgi turut dilayani oleh para petugas: Lektor Saudari Maria Parahita Leandra, Pemazmur Saudari Abigail Valerie, dengan Dirigen Ibu Fransiska Romana Sri Wijati, Organis oleh Cintia, serta paduan suara gabungan dari beberapa lingkungan yang mempersembahkan pujian syukur secara meriah namun tetap penuh kekhidmatan.
Bacaan Injil yang diwartakan pada hari raya ini menampilkan dialog penuh belas kasih antara Kristus dan seorang penjahat yang disalibkan bersama-Nya, ketika Yesus berkata: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus.” Kutipan ini menjadi inti pewartaan keselamatan dan juga menjadi salah satu pintu masuk dalam homili yang disampaikan oleh RP. Vitalis.
Konteks Liturgi: Hari Raya Kristus Raja dan Penutup Tahun Liturgi
Dalam Gereja Katolik, Hari Raya Kristus Raja Semesta Alam memiliki tempat khusus karena dirayakan pada Minggu terakhir sebelum memasuki masa Adven. Hari raya ini bukan sekadar penanda penutupan tahun liturgi, tetapi juga puncak dari seluruh perjalanan Gereja sepanjang satu tahun, dalam mengikuti karya keselamatan Yesus Kristus.
RP. Vitalis menegaskan bahwa makna hari raya ini harus dipahami sebagai suatu ajakan untuk kembali melihat perjalanan hidup umat dalam terang Kristus Sang Raja. Ia menekankan bahwa seluruh peradaban, waktu, dan sejarah umat manusia berpuncak pada Yesus. “Semua perjalanan waktu dimulai dari Kristus,” ungkapnya. “Para pemikir Yunani dan para ilmuwan dunia pun menempatkan Yesus sebagai pusat sejarah.”
Dari awal hingga akhir, seluruh kehidupan Gereja mengarahkan umat kepada misteri keselamatan Kristus. Karena itu, RP. Vitalis menjelaskan secara mendalam struktur tahun liturgi yang menuntun umat untuk berjalan bersama Gereja dalam siklus iman:
Musim dalam Tahun Liturgi:
-
Adven – masa empat minggu untuk mempersiapkan kelahiran Yesus.
-
Natal – mengenang kelahiran Kristus Sang Juru Selamat.
-
Prapaskah – masa pertobatan menuju Paskah.
-
Triduum Paskah Suci – puncak iman: sengsara, wafat, dan kebangkitan Yesus.
-
Paskah – 50 hari sukacita atas kebangkitan Kristus.
-
Masa Biasa – waktu belajar mengenal ajaran dan karya Yesus dalam kehidupan sehari-hari.
Siklus Bacaan Tahun A-B-C:
-
Tahun A: Injil Matius
-
Tahun B: Injil Markus
-
Tahun C: Injil Lukas
RP. Vitalis menerangkan bahwa siklus pembacaan Kitab Suci ini bukan semata-mata pembagian teknis liturgi, tetapi suatu cara Gereja untuk memastikan seluruh umat mendalami pewartaan keselamatan dengan teratur dan menyeluruh. “Setiap tahun kita disajikan kekayaan Injil yang berbeda,” katanya, “supaya kita terus bertumbuh dalam pengenalan akan Kristus.”
Dengan demikian, Hari Raya Kristus Raja bukan hanya sekadar akhir, tetapi menjadi pintu menuju awal yang baru—karena Minggu berikutnya umat akan memasuki masa Adven, masa penantian penuh pengharapan.
FOKUS HOMILI: Menjadikan Kristus Raja dalam Seluruh Aspek Kehidupan
Homili hari itu menjadi bagian inti yang memperdalam makna perayaan. RP. Vitalis membawakan homili dengan gaya reflektif, tegas, namun tetap pastoral. Ia mengajak umat untuk melihat kembali makna kerajaan Kristus bukan sebagai kerajaan duniawi, melainkan kerajaan rohani yang berakar pada kasih, ketaatan, dan pengorbanan.
Kristus di Salib: Puncak Penebusan
Berangkat dari kutipan Injil, imam menggambarkan bagaimana salib menjadi tanda kemenangan Kristus atas dosa dan kematian. “Perjalanan dunia terarah pada Dia yang tergantung di kayu salib,” tegasnya. “Puncak penebusan terjadi ketika Yesus menyerahkan hidup-Nya demi keselamatan kita.”
Ia menambahkan bahwa melalui perayaan ini Gereja mengingatkan umat bahwa tidak ada satu pun makhluk di bumi yang tidak dicakup oleh kasih Kristus, Raja yang mengorbankan diri. Semua bangsa, tutur RP. Vitalis, pada akhirnya akan mengakui bahwa Yesus adalah Tuhan.
Liturgi sebagai Keterlibatan Seumur Hidup
Dalam homilinya, RP. Vitalis juga menekankan bahwa liturgi bukan hanya rangkaian ritus atau kebiasaan, tetapi keterlibatan hidup bersama Kristus. “Selama kurang lebih satu tahun, kita telah berjalan bersama Gereja dalam liturgi,” ujarnya. “Liturgi membentuk kita, mengajar kita, dan membawa kita kembali pada inti iman: Yesus adalah pusat hidup kita.”
Pertanyaan Reflektif untuk Hidup Beriman
Imam mengajukan serangkaian pertanyaan mendalam, yang bukan bertujuan untuk menghakimi, tetapi menggugah hati umat:
-
Apakah masih ada kebencian dalam hati kita?
-
Apakah masih ada niat balas dendam atau keinginan merencanakan kejahatan?
-
Apakah kita telah menjadi suami yang dikuasai oleh Kristus sehingga membawa rasa aman bagi keluarga?
-
Sebagai ibu rumah tangga, apakah hidup sudah dipimpin oleh Kristus atau justru sebaliknya?
-
Apakah kita memperlakukan orang-orang di lingkungan kita menurut cara Kristus memandang mereka?
-
Apakah keluarga kita sungguh-sungguh telah dirajai oleh Kristus?
RP. Vitalis menekankan bahwa banyak orang menghargai Kristus di altar, tetapi belum tentu membiarkan Kristus memimpin seluruh aspek kehidupan. “Ada ketaatan yang semu,” katanya. “Ketaatan yang hanya berhenti di gereja, tetapi tidak dibawa ke tempat kerja, ke pergumulan hidup, atau ke rumah.”
Ia menegaskan bahwa menjadi murid Kristus berarti menjadikan Kristus benar-benar pusat dalam segala hal: dalam keputusan, cara berpikir, cara mengasihi, dan cara bekerja.
Kerajaan Allah: Menyalibkan Ego dan Memperjuangkan Keadilan
Dalam bagian lain homili, RP. Vitalis menggarisbawahi bahwa hidup dalam kerajaan Allah berarti berjuang untuk keadilan, mengikis kesombongan, dan menyalibkan ego. Kerajaan Kristus adalah kerajaan kasih dan pelayanan, sehingga umat dipanggil untuk mengikuti pola hidup Kristus.
Ia mengutip ajaran Paus Fransiskus, yang menegaskan bahwa mereka yang setia pada Sabda Tuhan akan dimuliakan oleh Allah. “Pertanyaannya,” kata RP. Vitalis, “apakah kita sudah dikuasai oleh Yesus? Jika belum, inilah saatnya untuk memperbarui iman kita.”
Imam mengingatkan bahwa hidup menjadi murid Kristus tidak hanya dituntut dari pastor, ketua lingkungan, atau prodiakon, tetapi dari setiap umat beriman tanpa terkecuali. “Biarlah Tuhan yang menguasai kita,” ujarnya, “karena hanya dengan mengikuti Kristus, kita mengalami hidup yang sejati.”
Sakramen Komuni Pertama: 17 Umat Menerima Tubuh Kristus
Perayaan Minggu ini mendapat makna tambahan karena dilaksanakan juga upacara Komuni Pertama bagi 17 umat, terdiri dari anak-anak dan orang dewasa. Komuni Pertama merupakan salah satu momen paling sakral dalam Gereja Katolik, sebagai penerimaan Tubuh dan Darah Kristus untuk pertama kalinya setelah menjalani masa persiapan rohani dan pembinaan iman.
Dalam konteks ini, disampaikan bahwa persiapan Komuni Pertama mencakup pengajaran agama, kelas pembinaan selama beberapa bulan, dan pemenuhan administrasi Gereja. Komuni Pertama menandai kedewasaan rohani awal seorang Katolik dan menjadi langkah penting dalam hidup menggereja.
Daftar Peserta Komuni Pertama
| No. | Nama | Lingkungan |
|---|---|---|
| 1 | Anastasia Avilia Brigita Crisy | St. Vinsensius Maria Strambi |
| 2 | Patricia Agus Sevenka | St. Paulus dari Salib |
| 3 | Leonardus Sumido | St. Gabriel Possenti |
| 4 | Veronika Michelle Dysan | St. Simon |
| 5 | Maria Stela So’Ares | St. Philipus |
| 6 | Margaretha Ranita Sisilia Sona | St. Philipus |
| 7 | Yohanes Emmanuel Efrain Elkana | St. Philipus |
| 8 | Gaudensius Dulio Sempan | St. Philipus |
| 9 | Alena Junilian Pratiwi | St. Sisilia |
| 10 | Gregorius Semiyanto | St. Sisilia |
| 11 | Rafael Felix Gunawan | St. Sisilia |
| 12 | Ignasius Rayndra Tandra | St. Sisilia |
| 13 | Antonius Irvan | St. Yosef |
| 14 | Veronica Marsidah | St. Yosef |
| 15 | Agatha Novika Indah Permata Sari | St. Yosef |
| 16 | Anastasia Cantika Dwi Melati | St. Yosef |
| 17 | Natalia Indriani Putri | St. Yosef |
-
Ketua Bidang Pewartaan: Bapak Hendrikus Hendri, S.S.
-
Koordinator: Ibu Angelina Norma Sanger
-
Ketua Bidang Persekutuan dan Tata Organisasi
-
Anggota: Ibu Herklana Haini
Keberadaan mereka menjadi bagian penting dalam memastikan umat yang menerima Komuni Pertama memahami makna sakramen secara mendalam dan bersiap dengan penuh hormat.
Hari Orang Muda Sedunia: Pesan Paus Leo XIV dan Keterlibatan OMK
Dalam pesannya, Paus menyerukan beberapa hal penting:
1. Menjadi saksi Kristus yang bersahabat dan pembawa damai
Kaum muda diajak untuk menjadi pribadi yang berani mewartakan Kristus melalui persahabatan, kerendahan hati, dan ajakan damai, tidak hanya dalam komunitas Gereja tetapi juga dalam kehidupan sosial.
2. Menggunakan kecerdasan buatan secara bertanggung jawab
Paus menegaskan agar kaum muda tidak menggunakan AI untuk mengerjakan PR, tetapi memanfaatkannya untuk bertumbuh secara positif. Ia menekankan pentingnya integritas di tengah perkembangan teknologi.
3. Membangun dunia yang lebih manusiawi dan adil
Kaum muda diminta untuk peka terhadap kaum miskin dan tersingkir, serta berperan aktif dalam menciptakan masyarakat yang lebih adil, penuh cinta kasih, dan jauh dari kekerasan.
4. Tidak terjebak dalam budaya popularitas digital
Paus memperingatkan kaum muda agar tidak menjadikan selfie dan pencarian popularitas sebagai tujuan utama hidup. Kesaksian sejati justru ditunjukkan melalui kerendahan hati.
5. Keluar dari zona nyaman dan menjadi pelayan
Ia menegaskan bahwa setiap pemuda Katolik harus berani melangkah melampaui batas kemapanan diri demi mewartakan Injil kepada siapa saja yang membutuhkan penghiburan dan kasih.
6. Undangan menuju WYD 2027 di Seoul
Sebagai bagian perjalanan iman kaum muda sedunia, Paus kembali mengundang seluruh OMK dunia untuk hadir dalam World Youth Day 2027 di Seoul, Korea.
Penutup Perayaan: Menghidupi Kristus sebagai Raja dalam Kehidupan Sehari-hari
Perayaan Ekaristi ditutup dengan berkat penutup dan nyanyian meriah dari paduan suara. Melalui homili dan seluruh rangkaian liturgi hari raya ini, Gereja menegaskan kembali panggilan umat untuk menempatkan Kristus sebagai Raja dalam seluruh aspek kehidupan: dalam keluarga, pekerjaan, relasi sosial, pelayanan gereja, dan dalam setiap pergumulan pribadi.
Kristus Raja bukanlah gelar simbolis, melainkan panggilan konkret untuk hidup dalam kasih, keadilan, pengampunan, dan kerendahan hati. Melalui perayaan ini, umat di Paroki Santo Agustinus Paya Kumang disegarkan kembali untuk memasuki masa baru dalam tahun liturgi dengan hati yang diperbarui dan iman yang teguh.
📍Paroki Santo Agustinus Paya Kumang
🕊️ Gembala Umat, Pelita Iman, Sahabat Jiwa
Ditulis oleh: Tim Redaksi Komunikasi Sosial (Komsos) Paroki Santo Agustinus Paya Kumang
Tanggal: 23 November 2025
0 comments:
Posting Komentar