Misa Syukur Atas Perutusan Dua Frater Warga Paroki St. Agustinus ke Malang


Senin, 22 Juli 2024 merupakan salah satu peristiwa penting bagi dua Frater: Fr. Fransesco Agnes Ranubaya dan Fr. Stefanus Rohid, yang merupakan warga Paroki St. Agustinus Paya Kumang, domisili Lingkungan St. Yosef. Misa ini dipimpin oleh Pastor Paroki St. Agustinus Paya Kumang RP. Vitalis Nggeal, CP yang datang bersama para pengurus inti DPP. Turut hadir pula Fr. Tomi, selaku Minister Seminari Menengah St. Laurensius Ketapang dengan membawa dua seminaris dari KPA 2. 



Misa ini sebagai salah satu dukungan bagi kedua Frater yang akan mengemban pendidikan S1 di Seminari Tinggi Interdiosesan San Giovanni XXIII Malang. Fr. Sesco yang memasuki tingkat 4 dan Fr. Rohid yang akan memasuki tingkat 3 bersama 3 Frater lainnya di tempat masing-masing juga mengadakan misa syukur. Misa ini dijadwalkan oleh Bapa Uskup Ketapang Mgr. Pius Riana Prapdi bersama Rektor Seminari Menengah: RD. Fransiscus Suandi dan diperuntukkan bagi para Frater Keuskupan Ketapang yang mengembang pendidikan S1 di STFT Widya Sasana Malang. Romo Ali mengatakan bahwa biaya pendidikan di Seminari sangat mahal dan itu belum termasuk biaya pendidikan. Dalam pengalaman beliau sebagai Dekan para Frater Pasionis, sehari pengeluaran untuk makan para Frater berkisar Rp 6 Juta. Beliau juga pernah membawa para Frater untuk menyetorkan dana sekitar Rp 700 juta untuk ditransfer ke STFT Widya Sasana Malang sebagai biaya pendidikan para Frater. Biaya-biaya ini begitu mahal oleh karena masa pendidikan calon imam memang terbilang cukup panjang, sekitar 11 tahun. Oleh karena itu, beliau memohon keterbukaan hati bagi para umat untuk bisa memberikan sumbangan untuk Seminari walau hanya sekedar buah-buahan, itu sangat membantu meringankan pengeluaran seminari dan juga sebagai bentuk dukungan bagi para calon imam.

Selain itu, Romo Ali juga menjelaskan bahwa tenaga imam di Keuskupan Ketapang masih sangat kurang. Maka dari itu, perlu adanya keterbukaan umat untuk menyediakan anak-anaknya sebagai calon imam. Beliau mengungkapkan bahwa kekurangan ini menyebabkan Keuskupan harus "mengimpor" imam dari Keuskupan lain. "Apabila ada umat yang bertanya, mengapa Pastornya impor dari sana sini terus? Ya itu, karena bapak ibu tidak menyediakan anak-anaknya untuk menjadi calon imam" ungkap Romo Ali. Maka dari itu, perlu juga adanya keterbukaan hati atau partisipasi umat untuk mengizinkan anaknya yang terpanggil sebagai calon imam, bruder, ataupun suster. 

Sebagaimana diungkapkan dalam Optatam Totius bahwa Seminari merupakan jantung Gereja, Romo Ali mengungkapkan bahwa dukungan terhadap Seminari itu sangat penting. "Bukan mau sombong, ini kenyataan, kalau ingin menghancurkan Gereja, bapak ibu tidak perlu takut dinista, dihina Gerejanya, hanya dengan menghentikan imamnya, maka Gereja saya pastikan akan hancur," ungkap Romo Ali. 

Setelah mendengar beberapa patah kata dari para Frater, dilanjutkan dengan santap malam bersama. (far)













About Paroki St. Agustinus Paya Kumang

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.

0 comments:

Posting Komentar