Foto. Ignatius Joseph Kasimo Hendrowahyono: Pahlawan Nasional dan Pejuang Katolik
*Ketapang, 1 September 2024* — Ignatius Joseph Kasimo Hendrowahyono, yang lebih dikenal sebagai IJ Kasimo, adalah salah satu tokoh penting dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Sebagai seorang pejuang kemerdekaan dan politisi dari golongan Katolik, ia memiliki kontribusi yang besar dalam memperjuangkan hak-hak rakyat Indonesia dan pembangunan bangsa setelah merdeka. Kasimo dikenal luas sebagai pencetus "Kasimo Plan," sebuah program ekonomi yang dirancang untuk mengatasi masalah pangan di Indonesia pasca-kemerdekaan.
**Awal Kehidupan dan Pendidikan**
Kasimo lahir di Yogyakarta pada 10 April 1900. Ia merupakan putra dari Ronosentiko dan Dalikem, seorang priayi yang bekerja di Keraton Kesultanan Yogyakarta. Meski tumbuh dalam tradisi keraton yang sangat kental, Kasimo sejak dini menunjukkan keberanian untuk menjajaki hal-hal baru di luar dunia kepriayian. Ia mengejar pendidikan di Bumi Putra Gading, kemudian melanjutkan studi di Muntilan, di sekolah yang didirikan oleh Romo van Lith.
Pendidikan di Muntilan menjadi titik awal ketertarikan Kasimo terhadap agama Katolik. Pada April 1913, ia dibaptis dan menerima nama baptis Ignatius Joseph. Keputusannya untuk memeluk agama Katolik menjadi awal dari perjalanan panjangnya sebagai seorang tokoh Katolik yang berpengaruh di Indonesia.
Pada tahun 1918, Kasimo melanjutkan pendidikannya di Middelbare Landbouw School, Bogor, tempat ia mulai aktif dalam organisasi Jong Java. Keterlibatannya dalam organisasi ini memperkuat pandangannya tentang pentingnya persatuan nasional di tengah keberagaman budaya dan etnis di Indonesia.
**Peran dalam Politik dan Pendirian Partai Katolik**
Pada tahun 1923, Kasimo menjadi salah satu pendiri Pakempalan Politik Katolik Djawi (PPKD), yang kemudian berkembang menjadi Perkoempoelan Politiek Katholiek di Djawa dan akhirnya menjadi Partai Politik Katolik Indonesia (PPKI) pada tahun 1933. Dalam posisinya sebagai ketua, Kasimo berkomitmen untuk menjadikan partai ini sebagai wadah perjuangan politik bagi kaum Katolik yang berbasis pada nilai-nilai kebangsaan Indonesia.
Selama periode 1931-1942, Kasimo terpilih sebagai anggota Volksraad atau Dewan Rakyat pada masa kolonial Hindia Belanda. Dalam posisinya ini, ia menjadi salah satu suara yang lantang mendukung kemerdekaan Indonesia. Salah satu pidatonya yang terkenal di Volksraad pada 19 Juli 1932 menyerukan kemerdekaan penuh bagi bangsa Indonesia. Kasimo juga menjadi salah satu penandatangan Petisi Sutardjo, yang menuntut otonomi dan kemerdekaan bagi Hindia Belanda dari pemerintah kolonial Belanda.
**Peran dalam Pemerintahan Indonesia dan Kasimo Plan**
Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, Kasimo dipercaya untuk mengisi berbagai posisi penting dalam pemerintahan. Ia menjabat sebagai Menteri Muda Kemakmuran dalam Kabinet Amir Sjarifuddin I dan II, kemudian sebagai Menteri Persediaan Makanan Rakyat dalam Kabinet Hatta I. Pada masa jabatannya sebagai Menteri Persediaan Makanan Rakyat (1948-1949), Kasimo mencetuskan sebuah program ekonomi yang dikenal dengan nama "Kasimo Plan."
Kasimo Plan adalah sebuah inisiatif untuk mengatasi masalah pangan yang melanda Indonesia pasca-kemerdekaan. Program ini berfokus pada intensifikasi dan ekstensifikasi pertanian, serta menyusun rencana produksi pangan tiga tahunan (1948-1950). Tujuan utama Kasimo Plan adalah untuk meningkatkan produksi pangan nasional, mengurangi ketergantungan pada impor, dan memperkuat ketahanan pangan Indonesia yang kala itu tengah mengalami krisis.
Kasimo Plan mulai menunjukkan hasil yang positif dalam meningkatkan produksi pangan dan memperbaiki kondisi ekonomi nasional. Program ini diakui sebagai salah satu upaya awal untuk membangun kemandirian ekonomi Indonesia di bidang pertanian.
**Dedikasi sebagai Anggota Dewan Pertimbangan Agung**
Pada masa pemerintahan Orde Baru, Kasimo diangkat menjadi anggota Dewan Pertimbangan Agung Republik Indonesia. Meski tidak lagi aktif di kancah politik, ia terus memberikan sumbangsih pemikirannya untuk pembangunan bangsa. Kontribusi dan dedikasinya terhadap Indonesia diakui oleh banyak kalangan, termasuk komunitas Katolik internasional. Paus Yohanes Paulus II menganugerahkan Bintang Santo Gregorius Agung kepada Kasimo sebagai penghargaan atas jasanya.
**Akhir Kehidupan dan Warisan**
IJ Kasimo meninggal dunia pada 1 Agustus 1986 di Jakarta, dalam usia 86 tahun. Ia dikenang sebagai tokoh yang gigih memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, serta seorang pemimpin Katolik yang berintegritas tinggi dan memiliki komitmen kuat terhadap prinsip-prinsip keadilan sosial. Atas jasanya, IJ Kasimo dianugerahi gelar Pahlawan Nasional Indonesia.
Nama Kasimo tetap abadi dalam sejarah perjuangan bangsa, terutama sebagai contoh teladan seorang tokoh Katolik yang tanpa lelah berjuang demi kemerdekaan dan kesejahteraan rakyat Indonesia. Dedikasi dan perjuangannya menjadikannya salah satu sosok inspiratif yang dihormati hingga hari ini.
**Referensi:**
- Pringgodigdo, A. K. (1986). *Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia*. Jakarta: Dian Rakyat.
- Sudarmanto, J. B. (2011). *Politik Bermartabat: Biografi I.J. Kasimo*. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.
Tim Komsos Paroki Santo Agustinus Paya Kumang Ketapang
.jpg)
0 comments:
Posting Komentar