DOA YANG TAK TERUCAP, CINTA YANG TAK TERBATAS: SEBUAH RENUNGAN KATOLIK DARI SEORANG NENEK UNTUK CUCU TERCINTA


Foto  Ibu Maria Theresia Budi Supri Handini.

 DOA YANG TAK TERUCAP, CINTA YANG TAK TERBATAS: SEBUAH RENUNGAN KATOLIK DARI SEORANG NENEK UNTUK CUCU TERCINTA

Ketapang, 24 Juni 2025.Tepat pukul 08.18 WIB, dalam kesunyian pagi yang hening dan penuh rahmat, sebuah pesan rohani sederhana hadir menyapa jiwa umat Katolik di Ketapang. Ungkapan kasih yang diam-diam tetapi kuat, datang dari seorang pribadi yang telah lama setia melayani Tuhan melalui tugas kegembalaan sebagai Prodiakon di Paroki Santo Agustinus Paya Kumang, Keuskupan Ketapang: Ibu Maria Theresia Budi Supri Handini.

Melalui status WhatsApp pribadinya, beliau menulis kalimat yang singkat namun sarat makna dan berakar dalam semangat Kristiani:

“Capai cita-citamu ..Nona Chetta.. Doa kami selalu..” n

Status WhatsApp Ibu Maria Theresia Budi Supri Handini.

Sepintas, kata-kata ini tampak sebagai bentuk dukungan biasa dari seorang nenek kepada cucunya. Namun bagi umat Katolik yang peka akan suara Roh, ini bukan hanya kalimat motivasi melainkan perwujudan nyata dari kasih Kristus yang hidup melalui doa dan pengharapan yang diberikan kepada generasi muda.

Doa, Warisan Iman yang Hidup

Dalam tradisi iman Katolik, doa seorang nenek atau kakek memiliki kekuatan spiritual yang istimewa. Santo Paus Fransiskus dalam berbagai kesempatan telah menekankan pentingnya kehadiran para lansia dalam kehidupan iman keluarga. Mereka bukan hanya pewaris budaya, tetapi juga "penjaga memori kasih Allah."

Ketika seorang nenek seperti Ibu Maria Theresia menuliskan kalimat “Doa kami selalu”, hal itu bukanlah basa-basi. Itu adalah tindakan pengorbanan batin yang tulus, menyerahkan cucunya ke dalam tangan Tuhan, memohon penyertaan Roh Kudus agar membimbing setiap langkah sang cucu, dalam hal ini “Nona Chetta”, untuk mencapai panggilan hidupnya.

Doa dalam diam seperti ini adalah bentuk pelayanan tersembunyi namun sangat kuat. Tak perlu dilihat orang, tak perlu mendapat tepuk tangan. Ia cukup menjadi dupa harum di hadapan Allah, seperti tertulis dalam Mazmur 141:2:

“Biarlah doaku seperti ukupan di hadapan-Mu, dan tanganku yang terangkat seperti korban pada waktu petang.”

Iman yang Menjangkau Generasi

Pesan ini juga menyingkap suatu nilai rohani yang dalam: iman yang menurun, bukan hanya secara biologis, tetapi juga secara spiritual. Nenek yang beriman, yang menanamkan semangat Kristiani melalui doa dan teladan hidup, sedang membentuk masa depan Gereja.

Saat banyak orang sibuk dengan komentar-komentar di media sosial, Ibu Maria Theresia justru memilih menjadi saksi diam yang menyemai harapan dalam sunyi. Tidak ada tanggapan atau balasan dari siapapun—dan justru di situlah letak kekuatan pesan ini. Sebab doa sejati tidak menuntut balasan, hanya berserah pada kasih Tuhan yang bekerja dalam keheningan.

Cinta yang Tak Pernah Usang

Dalam dunia yang cepat berubah, penuh kegaduhan dan pencapaian material, pesan sederhana ini menjadi oase yang menyegarkan. Bagi umat Katolik, ini adalah ajakan untuk kembali pada nilai-nilai Injil: cinta tanpa pamrih, doa yang setia, dan kepercayaan pada rencana Tuhan yang selalu baik.

Cinta seorang nenek kepada cucunya bukanlah hanya perasaan ia adalah tindakan iman, pengharapan yang tak putus, dan kasih yang menyalurkan rahmat Allah secara nyata. Mungkin cucunya akan membaca pesan itu di kemudian hari, mungkin tidak. Tetapi Tuhan sudah mencatatnya, dan kasih itu telah bekerja.

Penutup: Doa Umat dan Kesaksian Hidup

Kiranya pesan ini menjadi pengingat bagi kita semua: bahwa setiap hari adalah kesempatan untuk mendoakan orang yang kita kasihi. Kita mungkin tak bisa memberikan warisan harta, tetapi kita bisa memberikan warisan doa dan iman yang kokoh.

Semoga Tuhan memberkati Ibu Maria Theresia dan semua orang tua dan kakek-nenek yang setia mendoakan anak cucunya dalam kesunyian. Karena seperti sabda Tuhan dalam Yesaya 55:11:

“Demikianlah firman-Ku yang keluar dari mulut-Ku: ia tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kukehendaki...”

Dan bagi Nona Chetta: capailah cita-citamu, seperti yang didoakan oleh nenekmu. Tuhan telah menyertaimu, bahkan sebelum kamu melangkah.

Amin.

📍Paroki Santo Agustinus Paya Kumang

🕊️ Gembala Umat, Pelita Iman, Sahabat Jiwa

Ditulis oleh: Tim Redaksi Komunikasi Sosial (Komsos) Paroki Santo Agustinus Paya Kumang

Tanggal:  24 Juni 2025

About Gr.SAPRIYUN,S.ST.Pi

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.

0 comments:

Posting Komentar