IMAN YANG MEMBARA DI TENGAH API: Paroki Santo Agustinus Peringati Martir Uganda Santo Karolus Lwanga

 

Foto Pastor Kepala ex officio RP. Vitalis Nggeal, CP, didamping Pastor Vikaris ex officio RP. FX. Oscar Aris Sudarmadi, CP.Pimpin Misa

IMAN YANG MEMBARA DI TENGAH API: Paroki Santo Agustinus Peringati Martir Uganda Santo Karolus Lwanga

Ketapang, 3 Juni 2025 .Umat Katolik Paroki Santo Agustinus Paya Kumang merayakan Hari Selasa Pekan VII Paskah yang juga merupakan Peringatan Wajib Santo Karolus Lwanga dan Para Martir Uganda, dalam Misa Kudus yang dipimpin oleh RP. Vitalis Nggeal, CP dan didampingi Pastor Vikaris ex officio RP. FX. Oscar Aris Sudarmadi, CP. Liturgi berlangsung khidmat dengan warna liturgi merah, simbol keberanian dan kesaksian para martir Kristus.

Perayaan ini juga merupakan bagian dari Novena Pentakosta Hari ke-5, dengan tema "Roh Kudus Mengarahkan Pada Kemuliaan Allah". Misa dimeriahkan oleh koor dari Lingkungan Kanak-kanak Yesus yang dipimpin oleh Ibu Maria Theresia Budi Supri Handini  sebagai dirigen .Ibu Sundari    sebagai lektor. Frater Fransiskus Tomi Sebagai Organis 


































































































Kesaksian Darah di Tanah Afrika

Dalam homilinya, RP. Vitalis Nggeal, CP menyampaikan perenungan mendalam tentang teladan hidup Santo Karolus Lwanga, seorang pelayan raja Muanga dari Uganda, yang bersama rekan-rekannya wafat sebagai martir pada 3 Juni 1886. Mereka dibakar hidup-hidup karena keberanian mempertahankan iman dan kesucian hidup di tengah penindasan, penyiksaan, dan gaya hidup amoral sang penguasa.

"Bapak Gereja menulis: 'Darah para martir adalah benih Kekristenan'. Karolus dan kawan-kawan, meski dibakar, justru menyalakan api iman di seluruh Afrika," tegas RP. Vitalis.

Latar Belakang Sejarah dan Kekejaman Raja Mwanga

Peringatan ini menjadi refleksi mendalam akan penderitaan umat Katolik Uganda yang menghadapi penganiayaan berat di masa lalu. Karolus Lwanga menggantikan Yosef Mukasa sebagai pemimpin iman di lingkungan istana, di mana raja Mwanga dikenal memaksakan pelecehan seksual terhadap para pelayan muda laki-laki. Karolus dengan berani melindungi anak-anak dari kehancuran moral tersebut.

Kebencian raja terhadap iman Kristen diperparah oleh hasutan para pedagang Arab yang menolak ajaran Injil. Ia pun memerintahkan penangkapan dan pembunuhan terhadap para pemuda Kristen. Beberapa bahkan dibunuh oleh keluarga mereka sendiri, seperti Santo Mbaga Tuzinde, yang dihukum mati oleh ayah kandungnya yang merupakan algojo kerajaan.

Darah yang Menyuburkan Gereja

Karolus Lwanga secara sembunyi-sembunyi membaptis para pelayan istana sebelum dibakar hidup-hidup. Salah satu dari mereka adalah St. Kizito, martir termuda yang baru berusia 13 tahun. Total ada 22 martir Katolik yang kemudian dikanonisasi oleh Paus Paulus VI pada 18 Oktober 1964, setelah sebelumnya dibeatifikasi oleh Paus Benediktus XV pada 6 Juni 1920.

"Mereka memilih mati daripada menyangkal iman. Pengorbanan mereka menjadi kesaksian yang membakar semangat iman hingga hari ini. Kita diajak untuk hidup jujur, berani berkata tidak pada dosa, dan memuliakan Allah dengan seluruh hidup kita," tutup RP. Vitalis dalam homilinya.

Kesimpulan dan Refleksi Umat

Misa yang berlangsung penuh khidmat ini menggugah hati umat untuk merefleksikan kembali makna kesetiaan pada iman di tengah gempuran dunia modern. Teladan hidup Santo Karolus Lwanga menjadi cermin keberanian iman dan panggilan untuk hidup kudus di masa kini.

Dalam suasana penuh syukur, umat diajak untuk tidak hanya mengenang perjuangan para martir, tetapi juga meneladan semangat mereka yang memilih kesetiaan pada Kristus di atas segalanya.

Ditulis oleh: Tim Redaksi Komunikasi Sosial (Komsos) Paroki Santo Agustinus Paya Kumang

Tanggal: 3 Juni 2025 

About Gr.SAPRIYUN,S.ST.Pi

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.

0 comments:

Posting Komentar