Foto Bapak. Ignasius Rinso Tigor, S.S.
Pesan Rohani yang Menyapa Jiwa: Merenungkan Diri dalam Keheningan
Ketapang, 10 Juni 2025.Dalam balutan pagi yang masih senyap, tepat pukul 03.34 WIB, sebuah pesan rohani sederhana namun menggugah jiwa muncul di ruang status WhatsApp. Ungkapan ini datang dari Bapak Ignasius Rinso Tigor, S.S., seorang Prodiakon di Paroki Santo Agustinus Paya Kumang, Keuskupan Ketapang.
Pesan itu berbunyi:
"Dalam keheningan aku selalu meragukan kepantasanku di hadapan-Nya, sesadar nya apa-apa yg dihasilkan raga ini hanya, paku, mahkota duri dan tombak."
Status WhatsApp Bapak. Ignasius Rinso Tigor,S.S
Sekilas, kalimat ini tampak seperti renungan pribadi. Namun, di balik kesederhanaannya, pesan ini mengandung kedalaman spiritual yang mengajak umat untuk masuk dalam refleksi diri yang jujur dan penuh kerendahan hati.
Merenung di Tengah Dunia yang Riuh
Di zaman ketika banyak orang tenggelam dalam hiruk-pikuk kehidupan dan pencitraan lahiriah, pesan ini hadir seperti oase yang menyegarkan. Prodiakon Rinso Tigor mengajak kita menyelami keheningan batin, ruang terdalam di mana manusia berjumpa dengan Tuhan tanpa topeng dan tanpa kepura-puraan.
Pertanyaan tentang kepantasan diri bukanlah hal baru dalam perjalanan iman Katolik. Santo Petrus pun pernah berkata, “Tuhan, pergilah dari padaku, karena aku ini orang berdosa” (Luk 5:8). Di sana, kita melihat bahwa kesadaran akan dosa bukanlah akhir, melainkan awal dari pertobatan dan perjumpaan dengan kerahiman Allah.
Paku, Mahkota Duri, dan Tombak: Simbol Penebusan
Menarik bahwa Prodiakon Ignasius Rinso Tigor, S.S. menyebut tiga simbol penting dalam sengsara Kristus: paku, mahkota duri, dan tombak. Simbol-simbol ini bukan hanya bagian dari sejarah penyaliban, melainkan cermin yang memantulkan tindakan manusia yang menyakiti kasih Allah.
Namun justru melalui alat-alat penderitaan itulah Kristus menebus dunia. Maka, walaupun kita menyadari bahwa keberdosaan kita ikut ambil bagian dalam penderitaan-Nya, kita juga diajak untuk percaya bahwa kerahiman-Nya lebih besar dari dosa-dosa kita.
Pesan Harapan dan Pertobatan
Meskipun dimulai dari keraguan diri, pesan Prodiakon Ignasius Rinso Tigor, S.S. sejatinya mengarah pada undangan untuk bertobat dan kembali kepada kasih Allah. Dalam keheningan, kita diundang bukan untuk terus larut dalam rasa tidak layak, tetapi untuk membuka hati kepada Sang Penebus yang menanti kita dengan penuh kasih.
Sapaan Iman di Dunia Digital
Yang menarik, pesan ini disampaikan melalui media sosial, membuktikan bahwa ruang digital juga dapat menjadi ladang pewartaan. Sebuah status WhatsApp, bila diisi dengan pesan rohani, dapat menjadi titik temu antara Tuhan dan umat yang sedang gelisah, lelah, atau haus akan makna.
Penutup: Suara Tuhan dalam Hening
Umat Katolik diajak untuk tidak menutup telinga terhadap bisikan Tuhan yang hadir dalam hening. Pesan Prodiakon Ignasius Rinso Tigor, S.S. adalah pengingat bahwa refleksi batin, kerendahan hati, dan kesadaran akan kasih penebusan Kristus merupakan inti dari kehidupan rohani yang otentik.
Semoga pesan sederhana ini membuka hati banyak orang untuk merenung, bertobat, dan kembali memandang Salib bukan dengan rasa takut, tetapi dengan pengharapan dan iman.
Tuhan, meskipun yang kupersembahkan hanya luka dan duri, ajarlah aku percaya bahwa kasih-Mu tidak pernah berhenti menebusku.
.
📍Paroki Santo Agustinus Paya Kumang
🕊️ Gembala Umat, Pelita Iman, Sahabat Jiwa
Ditulis oleh: Tim Redaksi Komunikasi Sosial (Komsos) Paroki Santo Agustinus Paya Kumang
About
Gr.SAPRIYUN,S.ST.Pi
This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
0 comments:
Posting Komentar