Yesus Mengutus Kita dengan Kuasa-Nya: Sukacita dalam Perutusan di Tengah Dunia
Homili RP. FX. Oscar Aris Sudarmadi, CP
Bapak, Ibu, Saudara, Saudari, dan adik-adik terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering merasakan sukacita dari Allah. Namun, sukacita sejati itu tidak hanya hadir ketika keadaan baik dan nyaman, melainkan justru dalam kesulitan, penderitaan, dan pergumulan kita. Bacaan dari Kitab Yesaya hari ini menggambarkan sukacita itu seperti seorang ibu yang menyusui anaknya. Seorang ibu menunjukkan kasih sayang dan perhatian tanpa pamrih. Dari kasih sayang ibu, kita mengalami pertumbuhan dan kehidupan baru. Begitulah Tuhan mengasihi kita. Sukacita yang lahir dari kasih Allah inilah yang mengajak kita untuk selalu menyambut dan menghayati sukacita yang ditawarkan-Nya.
Dalam Bacaan Injil Lukas 10:1-12, 17-20, Yesus mengutus murid-murid-Nya berdua-dua mendahului-Nya ke setiap kota dan tempat yang hendak dikunjungi-Nya. Ia berkata, “Lihat, Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala.” Serigala selalu menanti domba untuk diterkam dan dimakan. Bahaya itu jelas dan nyata. Tetapi Yesus menegaskan, para murid tidak boleh membawa apa-apa untuk membuat mereka merasa nyaman dan aman dalam perjalanan perutusan itu.
Para murid diutus untuk menghadapi kenyataan hidup tanpa perlengkapan duniawi. Tentu mereka mengalami ketakutan dan kecemasan besar. Namun Yesus memberikan jaminan: kuasa-Nya akan menyertai mereka. Kuasa yang sanggup menyelamatkan, kuasa yang membuat mereka berani melangkah.
Mereka diutus ke dalam bahaya, namun justru ketika mereka taat dan mengandalkan nama Yesus, hasilnya luar biasa. Mereka berangkat dengan ketakutan, pulang dengan sukacita. Kecemasan mereka berubah menjadi kebahagiaan karena mereka melihat karya Allah sendiri dalam tugas perutusan itu.
Saudara-saudari terkasih, hari ini kita semua juga diutus oleh Yesus dalam tugas hidup sehari-hari. Menjadi pelajar yang jujur di sekolah, menjadi guru yang sabar, pegawai kantor yang setia dan bertanggung jawab, orang tua yang sabar mendidik anak, serta pewarta iman di lingkungan kita. Tugas perutusan ini tidak selalu mudah. Ada tantangan, kesulitan, dan penolakan. Namun kita diajak untuk tetap setia.
Seringkali kita lebih suka hal-hal yang indrawi, yang cepat dirasakan, dilihat, atau dipegang. Segala yang instan disukai. Tetapi Yesus mengingatkan kita bahwa proseslah yang membentuk kita. Orang tua kerap lupa bahwa anaknya perlu belajar bersusah payah, perlu belajar mengantri, perlu belajar menunggu dengan sabar. Tidak semua harus serba jalan pintas.
Hari ini Yesus mengajak kita menjadi manusia baru, manusia yang memiliki dasar sukacita perutusan dimanapun kita berada. Kita tidak berjalan sendirian, sebab Yesus menyertai langkah hidup kita. Mari kita jalani tugas dan panggilan kita masing-masing dengan sukacita sejati dalam nama-Nya.
Amin.
📍Paroki Santo Agustinus Paya Kumang
🕊️ Gembala Umat, Pelita Iman, Sahabat Jiwa
Ditulis oleh: Tim Redaksi Komunikasi Sosial (Komsos) Paroki Santo Agustinus Paya Kumang
Tanggal: 6 Juli 2025
0 comments:
Posting Komentar