Pimpin Ibadat
Ibadat Pendalaman Iman BKSN Lingkungan Santa Lusia Paroki Santo Agustinus Paya Kumang: Meneguhkan Kesetiaan dan Pembaruan Relasi dalam Keluarga
Ketapang, 24 September 2025.Suasana penuh kekhidmatan dan keakraban terpancar dari rumah keluarga Ibu Santi Mei, di kompleks Bumi Mas, samping Vera Vitnes, pada Selasa malam, 23 September 2025. Pukul 18.30 Wib.Puluhan umat Katolik Lingkungan Santa Lusia, Paroki Santo Agustinus Paya Kumang, berkumpul untuk mengikuti ibadat pendalaman iman dalam rangka Bulan Kitab Suci Nasional (BKSN) pertemuan ketiga. Dengan tema besar “Pembaruan Relasi dalam Keluarga” dan bacaan utama dari Kitab Maleakhi 2:10-16, pertemuan iman ini menjadi momentum refleksi bersama umat untuk semakin menghayati nilai kesetiaan dan cinta kasih dalam kehidupan berkeluarga.
Ibadat dipimpin oleh Ibu Angelina Norma Sanger, salah seorang tokoh umat yang dikenal penuh semangat dalam pelayanan iman. Lagu-lagu pujian dibawakan dengan iringan suara khas Suster Paula, OSA, yang memberi nuansa syahdu sekaligus menggugah hati para peserta. Pertemuan malam itu tidak hanya diwarnai doa, tetapi juga pendalaman Kitab Suci, diskusi iman, dan sharing pengalaman hidup nyata dari para keluarga, yang semuanya diarahkan pada pemaknaan yang lebih dalam tentang kesetiaan dan cinta kasih dalam kehidupan berumah tangga.
Acara ini juga dihadiri oleh Ketua Lingkungan Santa Lusia, Ibu Sutarti Rahayu, Ketua Dewan Pastoral Paroki (DPP) Santo Agustinus Paya Kumang, Bapak Jeno Leo, serta segenap umat lingkungan yang dengan antusias mengikuti jalannya ibadat dari awal hingga akhir.
Suasana Pembukaan: Kesetiaan sebagai Dasar Hidup Berkeluarga
Dalam bagian pembukaan, fasilitator menyampaikan deskripsi singkat mengenai tema malam itu. Dengan nada lembut namun penuh ketegasan, Ibu Angelina Norma Sanger mengingatkan bahwa perkawinan adalah ikatan suci yang dikehendaki Allah sendiri. Allah yang mempersatukan laki-laki dan perempuan dalam kasih, menuntut agar kasih itu diwujudkan dalam kesetiaan.
“Allah sangat menghargai kesetiaan karena Ia sendiri setia kepada umat-Nya, walaupun umat-Nya seringkali tidak setia,” tutur Ibu Angelina. Suami dan istri, lanjutnya, dipanggil untuk mencerminkan kesetiaan Allah itu dalam kehidupan sehari-hari, meski harus menghadapi berbagai tantangan.
Pembukaan ini disambut dengan keheningan penuh makna dari para umat. Mereka mendengarkan dengan saksama, seolah merenungkan kembali perjalanan rumah tangga masing-masing, yang tidak luput dari tantangan, cobaan, maupun pergulatan batin.
Pengantar Kitab Suci: Teguran Nabi Maleakhi
Pengantar bacaan disampaikan dengan menggugah. Nabi Maleakhi, menurut penjelasan fasilitator, diutus untuk menegur umat Israel yang mulai kehilangan kepedulian terhadap iman. Banyak suami Yahudi saat itu menceraikan istri mereka demi mengawini perempuan asing, yang kemudian menyeret mereka pada penyembahan berhala.
“Maleakhi menegaskan bahwa pengkhianatan dalam perkawinan bukan hanya dosa terhadap pasangan, tetapi juga dosa terhadap Allah,” jelas fasilitator.
Pesan Maleakhi ini menjadi dasar refleksi pertemuan: bagaimana umat Katolik masa kini tetap menjaga kesetiaan dalam keluarga, di tengah dunia modern yang penuh tantangan.
Pembacaan Kitab Suci: Maleakhi 2:10-16
Dua orang umat diminta membacakan ayat-ayat dari Kitab Maleakhi 2:10-16 secara bergantian. Bacaan ini menggambarkan kerasnya teguran Allah terhadap ketidaksetiaan umat Israel.
Ayat 10 menegaskan bahwa Allah adalah Bapa semua orang, sehingga mengkhianati pasangan sama artinya dengan mengkhianati Allah sendiri. Ayat 11-13 menyingkapkan betapa menjijikkannya perbuatan umat Israel yang menceraikan istri Yahudi mereka, demi menikahi perempuan asing. Sementara ayat 14-16 menegaskan bahwa perkawinan adalah perjanjian kudus yang diikat oleh Allah, dan perceraian adalah tindakan yang dibenci Allah.
Suasana pembacaan begitu hening. Umat menyimak dengan penuh perhatian, seolah merasakan teguran keras Maleakhi yang relevan dengan situasi keluarga zaman sekarang.
Pendalaman dan Penjelasan
Fasilitator mengajukan beberapa pertanyaan reflektif:
-
Mengapa orang Yahudi ditegur ketika berkhianat satu sama lain?
-
Apa perbuatan menjijikkan yang mereka lakukan?
-
Hukuman apa yang diberikan Allah kepada mereka?
-
Mengapa kesetiaan dalam perkawinan begitu penting?
Melalui tanya-jawab ini, umat diajak untuk lebih aktif merenungkan pesan Kitab Suci. Penjelasan kemudian diperdalam: perkawinan adalah ikatan kudus yang menyatukan pasangan suami istri menjadi satu daging. Allah sendiri yang mengikat perjanjian ini, sehingga perceraian berarti melawan kehendak Allah.
Fasilitator juga mengaitkan dengan ajaran Yesus dalam Injil Matius 19:5-6: “Apa yang dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia.” Dengan begitu, umat diajak untuk tidak hanya memahami secara intelektual, tetapi juga menghayati secara rohani dan praktis dalam kehidupan rumah tangga masing-masing.
Sharing dan Aksi Nyata: Kesaksian Hidup Umat
Sesi sharing menjadi bagian paling hidup dan menyentuh. Sejumlah umat memberikan kesaksian pribadi mengenai tantangan dan pengalaman hidup berkeluarga:
Ibu Klaudia Sri Pawanti berbicara tentang penyesuaian di awal pernikahan. “Tantangan terbesar adalah saling memaafkan. Rumput tetangga selalu tampak lebih hijau, tetapi kesetiaan pada Allah adalah kunci menjaga rumah tangga.”
Bapak Stepanus Kauti mengenang masa mudanya. “Saya dulu merasa kurang harmonis, tapi belajar dari Kitab Suci membuat saya sadar bahwa istri adalah anugerah terindah dari Tuhan. Kita harus saling mengerti dan belajar terus agar Roh Kudus menyertai keluarga kita.”
Ibu Efriana Pipin menekankan bahaya egoisme. “Jangan merasa benar sendiri. Harus saling melengkapi kekurangan. Kadang suami menegur dengan keras, tapi itu harus dilihat sebagai upaya saling memperbaiki.”
Pak Firdaus menyoroti tantangan ekonomi. “Kurang uang susah, kebanyakan uang juga bisa susah. Kesulitan ekonomi jangan sampai merusak keharmonisan. Yang penting adalah saling pengertian dan dialog, bukan sibuk dengan handphone.”
Ibu Angelina Norma Sanger sendiri mengingatkan, “Ego tidak bisa dihilangkan, tapi bisa diatur. Relasi dengan Tuhan harus diwujudkan dalam perbuatan. Dalam konflik keluarga, libatkan Tuhan agar tetap harmonis.”
Kesaksian-kesaksian ini membuat suasana menjadi hangat. Banyak umat mengangguk setuju, merasa bahwa pengalaman yang dibagikan begitu dekat dengan realitas hidup mereka sendiri.
Doa Umat dan Penutup
Setelah sharing, umat diajak berdoa memohon kekuatan Tuhan agar mampu menjaga kesetiaan dalam keluarga. Doa umat spontan mengalir, menyentuh sisi terdalam kehidupan rumah tangga. Ibadat ditutup dengan doa bersama dan berkat pengutusan.
“Allah Yang Maha Kuasa, kami telah merenungkan sabda-Mu. Bantulah kami untuk memperbarui relasi dalam keluarga, mengatasi kelemahan, dan tetap setia kepada-Mu,” demikian doa penutup yang dipimpin fasilitator, dan disambut umat dengan serentak, “Amin.”
Kehadiran Tokoh dan Makna Pertemuan
Pertemuan ketiga BKSN ini dihadiri oleh Ketua Lingkungan, Ibu Sutarti Rahayu, serta Ketua DPP Paroki Santo Agustinus Paya Kumang, Bapak Jeno Leo, yang menyatakan dukungan penuh terhadap kegiatan pendalaman iman di lingkungan. Kehadiran mereka memberi semangat tersendiri bagi umat, bahwa Gereja sungguh hadir mendampingi keluarga-keluarga dalam perjuangan hidup sehari-hari.
Bagi umat Lingkungan Santa Lusia, pertemuan malam itu bukan sekadar rutinitas BKSN, melainkan pengalaman nyata merasakan kasih Allah melalui firman-Nya, doa bersama, dan kesaksian iman. Tema “Pembaruan Relasi dalam Keluarga” benar-benar menjadi bahan refleksi mendalam, terutama di tengah tantangan zaman yang kerap menggoyahkan nilai kesetiaan.
Peneguhan: Kesetiaan adalah Jalan Keselamatan
Ibadat malam itu meneguhkan kembali satu pesan utama: kesetiaan adalah fondasi utama keluarga, sekaligus cerminan kesetiaan Allah kepada umat-Nya. Melalui Kitab Maleakhi, umat diingatkan bahwa pengkhianatan dalam perkawinan bukan sekadar urusan pribadi, melainkan menyangkut relasi dengan Allah sendiri.
Kesetiaan kepada pasangan berarti kesetiaan kepada Allah. Sebaliknya, ketidaksetiaan merusak ikatan kasih yang suci, dan membawa konsekuensi rohani yang serius.
Pertemuan ini juga menyadarkan bahwa membangun keluarga yang harmonis bukan pekerjaan mudah. Dibutuhkan doa, kesabaran, saling pengertian, serta keterbukaan untuk selalu melibatkan Allah dalam setiap persoalan hidup rumah tangga.
Penutup
Dengan berakhirnya ibadat pada pukul 20.15 WIB, umat Lingkungan Santa Lusia meninggalkan rumah Ibu Santi Mei dengan hati yang penuh syukur. Mereka pulang membawa pesan penting untuk dipraktikkan: menjaga kesetiaan, memperbarui relasi, dan menjadikan keluarga sebagai tempat tumbuhnya cinta kasih sejati yang bersumber dari Allah.
Kehangatan kebersamaan malam itu menjadi bukti nyata bahwa iman Katolik tidak hanya dihidupi di gereja, tetapi juga dalam rumah dan keluarga, yang adalah Gereja kecil, Ecclesia domestica.
BKSN pertemuan ketiga ini bukan hanya momen doa, melainkan juga panggilan untuk menghidupi firman dalam realitas keluarga masing-masing, agar kesetiaan yang dikehendaki Allah sungguh terwujud dalam hidup umat sehari-hari.
📍Paroki Santo Agustinus Paya Kumang
🕊️ Gembala Umat, Pelita Iman, Sahabat Jiwa
Ditulis oleh: Tim Redaksi Komunikasi Sosial (Komsos) Paroki Santo Agustinus Paya Kumang
Tanggal: 24 September 2025
.jpeg)
.jpeg)
.jpeg)
.jpeg)
.jpeg)
.jpeg)
.jpeg)
.jpeg)
0 comments:
Posting Komentar