Bertekun Dalam Doa, Percaya pada Allah yang Setia
Misa Hari Minggu Biasa XXIX – Hari Minggu Misi Sedunia di Paroki Santo Agustinus Paya Kumang, Keuskupan Ketapang
Ketapang, 19 Oktober 2025.Liturgi Hari Minggu, 19 Oktober 2025, di Gereja Paroki Santo Agustinus Paya Kumang, Keuskupan Ketapang, berlangsung khidmat dan penuh makna iman. Perayaan Ekaristi yang dipimpin oleh RP. Vitalis Nggeal, CP, ini menjadi momen istimewa bagi seluruh umat yang hadir karena bertepatan dengan Hari Minggu Biasa XXIX yang juga dirayakan sebagai Hari Minggu Misi Sedunia, serta peringatan Pesta Kedelapan Martir Kanada, Santo Paulus dari Salib, Pengaku Iman, dan Santo Petrus dari Alkantara, Pengaku Iman.
Warna liturgi hijau yang digunakan pada hari itu melambangkan harapan dan pertumbuhan iman. Sejak awal misa, suasana gereja yang sederhana diwarnai dengan rasa syukur dan semangat misioner. Umat berdatangan dari berbagai lingkungan di wilayah Paroki Santo Agustinus untuk mengambil bagian dalam perayaan iman yang mengingatkan kembali panggilan setiap orang beriman untuk menjadi saksi Kristus melalui doa dan ketekunan.
Petugas liturgi pada perayaan tersebut terdiri dari dirigen Ibu Maria Elfrida Deke, lektor Saudari Vanessa Christine, pemazmur Saudari Theresia Suriawati Hui Zhen, dan organis Ibu Martha Koleta Popyzesika. Sementara itu, koor dari Lingkungan Santa Sisilia mempersembahkan lagu-lagu liturgi dengan penghayatan mendalam, mengantar umat memasuki suasana doa yang hening, khusyuk, dan penuh devosi.
Konteks Liturgi dan Semangat Misi Gereja
Hari Minggu Misi merupakan momentum tahunan di mana Gereja universal mengingatkan seluruh umat akan tanggung jawab perutusan untuk mewartakan Injil ke seluruh dunia. Di tengah dinamika zaman modern yang penuh tantangan, Gereja tetap dipanggil untuk menjadi tanda kasih Allah di tengah dunia.
Dalam pesan misinya, Paus Fransiskus sering menekankan bahwa misi bukan sekadar pergi jauh untuk mewartakan Injil, melainkan juga hidup dengan semangat kasih di tempat kita berada. Misi adalah bentuk kesaksian hidup. Hal inilah yang menjadi dasar renungan umat Paroki Santo Agustinus Paya Kumang pada perayaan kali ini—bagaimana tetap tekun dalam doa, setia dalam iman, dan berani menjadi saksi Kristus di tengah dunia yang semakin sibuk dan individualistis.
Kisah Injil: Ketekunan Janda yang Memohon Keadilan
Bacaan Injil hari Minggu ini diambil dari Lukas 18:1–8, yang menceritakan perumpamaan tentang janda miskin dan hakim yang lalim. Yesus menggunakan kisah sederhana ini untuk menyampaikan pesan rohani yang mendalam: pentingnya bertekun dalam doa dan percaya kepada kesetiaan Allah.
Janda dalam perumpamaan itu melambangkan umat kecil yang terus berharap pada Tuhan di tengah ketidakadilan dunia. Meskipun ia ditolak berulang kali oleh hakim yang lalim—yang tidak takut akan Allah dan tidak peduli pada sesama—namun ia tidak menyerah. Dengan ketekunan dan iman, ia terus datang dan memohon keadilan. Akhirnya, hakim itu luluh dan mengabulkan permohonannya.
Homili RP. Vitalis Nggeal, CP: Dua Poin Penting dalam Ketekunan Doa
Dalam homilinya yang mendalam, RP. Vitalis Nggeal, CP mengajak umat untuk merenungkan dua hal penting yang terkandung dalam kisah janda miskin tersebut.
“Pertama, ketekunan yang lahir dari iman,” tutur beliau. “Ketekunan bukan berarti memaksa Tuhan untuk menuruti keinginan kita, melainkan tetap berharap walau belum melihat hasilnya. Kadang kita sudah lama berdoa untuk pekerjaan, perdamaian keluarga, atau kesembuhan seseorang, namun belum ada jawaban. Tetapi Tuhan mendengar dan menjawab seruan kita pada waktu-Nya. Allah adalah Bapa yang penuh kasih. Ia tidak pernah menutup telinga bagi doa yang tulus.”
Lebih lanjut, beliau menekankan bahwa iman yang matang bukanlah iman yang hanya muncul ketika doa dikabulkan, melainkan iman yang tetap setia walau belum melihat jawaban. “Kita dipanggil untuk terus berdoa, bukan hanya ketika keadaan baik, tetapi juga saat gelap dan tidak pasti,” tambah RP. Vitalis.
“Kedua, teruslah berdoa. Yesus tidak sekadar mencari orang yang tahu berdoa, tetapi orang yang setia dalam doa. Tuhan mencari hati yang tetap percaya walau belum ada tanda-tanda jawaban. Doa adalah tanda iman dan ketergantungan kita kepada Tuhan. Maka, meskipun doa kita tampak belum dikabulkan, jangan berhenti. Setialah dalam doa karena melalui doa, kita belajar percaya dan berserah.”
RP. Vitalis juga menegaskan bahwa doa adalah arah dari setiap perutusan. Gereja memperingati Hari Minggu Misi bukan hanya untuk mengenang para misionaris yang pergi jauh, tetapi juga untuk mengingatkan kita bahwa setiap orang beriman adalah misionaris dalam lingkungannya masing-masing. “Misi bukan soal seberapa cepat orang bertobat, tetapi seberapa setia kita menjadi saksi kasih Allah di dunia ini,” tuturnya.
Beliau kemudian mengajak umat berdoa untuk para misionaris, baik imam, biarawan-biarawati, maupun misionaris awam yang dengan setia melayani di tempat-tempat sulit. “Mari kita dukung mereka dengan doa, semangat, dan hidup kita yang tekun dalam iman,” tutupnya.
Makna Teologis: Doa yang Tekun dan Iman yang Hidup
Perumpamaan tentang janda miskin dan hakim lalim mengandung dimensi spiritual yang sangat dalam. Melalui kisah itu, Yesus ingin menanamkan kesadaran bahwa doa bukan sekadar formalitas, tetapi relasi yang hidup antara manusia dan Allah.
Doa bukan hanya soal permintaan, tetapi juga bentuk komunikasi kasih. Dalam doa, kita belajar untuk tidak menyerah, untuk mengakui bahwa ada hal-hal di luar kuasa manusia, dan untuk mempercayakan hidup sepenuhnya kepada Tuhan.
Banyak umat dalam kehidupan sehari-hari mengalami pergumulan serupa: doa yang terasa tidak dijawab, harapan yang seolah tak kunjung tiba. Namun melalui Injil hari ini, kita diajak untuk percaya bahwa Allah bekerja dengan cara dan waktu-Nya sendiri. Ia tidak pernah lalai menepati janji-Nya.
RP. Vitalis menekankan bahwa ketekunan dalam doa adalah wujud iman yang matang. Ketika seseorang terus berdoa di tengah ketidakpastian, itulah tanda bahwa hatinya sudah berakar pada kepercayaan sejati kepada Tuhan.
Kehadiran Umat dan Peran Liturgi
Sejak pukul 06.30 pagi, umat sudah berdatangan ke gereja Paroki Santo Agustinus Paya Kumang. Beberapa di antaranya datang bersama keluarga, sementara yang lain berjalan kaki dari lingkungan terdekat. Suasana pagi yang sejuk dan udara segar pedesaan Ketapang menambah kedamaian suasana perayaan.
Ketika lonceng gereja berbunyi, tanda misa akan segera dimulai, umat berdiri dan menyambut perarakan imam dan para petugas liturgi dengan lagu pembuka yang dinyanyikan penuh semangat oleh Koor Lingkungan Santa Sisilia. Dirigen Ibu Maria Elfrida Deke memimpin koor dengan gerak tangan yang lembut namun penuh energi, mengatur harmoni yang indah bersama iringan organ yang dimainkan Ibu Martha Koleta Popyzesika.
Saudari Vanessa Christine tampil sebagai lektor membacakan sabda Tuhan dengan suara yang jelas dan penuh penghayatan. Sementara pemazmur, Saudari Theresia Suriawati Hui Zhen, membawakan mazmur tanggapan dengan intonasi yang lembut dan doa yang mendalam.
Keterlibatan para petugas liturgi yang penuh semangat menjadi wujud nyata dari semangat pelayanan dalam Gereja. Semua berperan bukan sekadar menjalankan tugas, tetapi memberikan diri sepenuhnya demi kemuliaan Tuhan.
Refleksi Hari Minggu Misi Sedunia: Misi Berawal dari Doa
Hari Minggu Misi Sedunia yang dirayakan setiap tahun oleh Gereja Katolik memiliki makna universal. Tema besar tahun ini mengajak seluruh umat beriman untuk “Berjalan Bersama dalam Doa dan Kesaksian.”
Doa menjadi pusat dari segala kegiatan misioner. Tanpa doa, misi kehilangan arah dan kekuatan rohaninya. Doa memberi daya bagi pewartaan Injil, menguatkan para pewarta, dan membuka hati mereka yang mendengarkan.
Dalam konteks kehidupan umat Paroki Santo Agustinus Paya Kumang, semangat misi diwujudkan dalam pelayanan sederhana: mendampingi kaum muda, membantu sesama yang membutuhkan, dan menjaga kerukunan antarumat beragama di sekitar Ketapang. Semua bentuk pelayanan itu bersumber dari semangat doa dan iman.
Doa sebagai Sumber Kekuatan dalam Kehidupan Modern
Dalam homilinya, RP. Vitalis juga menyinggung realitas dunia modern yang sering membuat manusia lupa akan kekuatan doa. “Sekarang semuanya serba cepat, serba instan,” katanya. “Tetapi tidak ada jalan pintas untuk membangun relasi dengan Tuhan. Doa membutuhkan waktu, kesetiaan, dan kesabaran.”
Beliau mengingatkan umat agar tidak terjebak dalam gaya hidup modern yang sibuk namun kehilangan kedalaman rohani. “Kadang kita lebih sering memegang gawai daripada menyentuh rosario. Kita lebih lama berbicara di dunia maya daripada berlutut di hadapan Tuhan,” ujarnya dengan nada lembut namun penuh makna.
Pesan ini menyentuh banyak hati umat yang hadir. Melalui doa yang tekun, setiap pribadi diajak untuk kembali membangun hubungan yang intim dengan Allah—sebuah relasi yang memberi kedamaian sejati di tengah hiruk pikuk dunia.
Akhir Perayaan: Berkat dan Pengutusan
Setelah doa penutup, perayaan Ekaristi diakhiri dengan berkat perutusan yang diberikan oleh RP. Vitalis Nggeal, CP. Beliau menegaskan bahwa setiap umat yang hadir adalah misionaris di tempatnya masing-masing.
“Pergilah, jadilah saksi Kristus dengan hidup yang tekun dalam doa dan kasih,” ucapnya dengan senyum hangat. Umat kemudian menjawab dengan penuh semangat, “Syukur kepada Allah.”
Koor Lingkungan Santa Sisilia menutup perayaan dengan lagu penutup bertema misi, menggema di seluruh ruangan gereja, menandai akhir perayaan iman yang penuh makna.
Makna yang Dihayati: Doa, Kesetiaan, dan Misi
Perayaan Ekaristi pada Minggu, 19 Oktober 2025 ini menjadi pengingat bahwa doa bukanlah sekadar kata-kata yang diucapkan, melainkan napas hidup orang beriman. Ketekunan dalam doa membentuk hati, meneguhkan iman, dan melahirkan tindakan kasih yang nyata.
Melalui homili RP. Vitalis, umat diajak untuk melihat doa bukan sebagai cara untuk “meminta sesuatu,” tetapi sebagai bentuk kepercayaan kepada Allah yang setia. Dalam dunia yang cepat berubah, doa menjadi jangkar yang menahan manusia agar tidak terombang-ambing oleh godaan dan kesibukan.
Seperti janda miskin dalam Injil, setiap orang dipanggil untuk tidak menyerah dalam menghadapi hidup. Dalam kesulitan, ketidakpastian, dan penderitaan, doa menjadi kekuatan yang meneguhkan.
Misi Gereja bukan hanya tugas para imam atau biarawan-biarawati, tetapi tanggung jawab setiap umat. Melalui doa, tindakan kasih, dan kesetiaan dalam hal-hal kecil, setiap orang dapat menjadi saksi Injil yang hidup.
Penutup
Misa Hari Minggu Biasa XXIX di Paroki Santo Agustinus Paya Kumang tidak hanya menjadi rutinitas liturgi mingguan, tetapi sebuah pengalaman iman yang memperdalam kesadaran akan pentingnya doa dan misi dalam kehidupan Kristiani.
Melalui perumpamaan janda miskin dan hakim lalim, Yesus mengajarkan bahwa ketekunan dalam doa adalah bentuk kepercayaan terdalam kepada Allah yang setia. Dan melalui semangat Hari Minggu Misi, umat diingatkan bahwa setiap orang dipanggil untuk menjadi saksi kasih Allah di dunia ini mulai dari keluarga, komunitas, hingga masyarakat luas.
Dengan penuh syukur, umat Paroki Santo Agustinus Paya Kumang menutup hari Minggu itu dengan hati yang dikuatkan, semangat yang diperbarui, dan iman yang diteguhkan. Mereka pulang dengan pesan sederhana namun mendalam:
“Bertekunlah dalam doa, dan percayalah kepada Allah yang setia, sebab Ia selalu mendengarkan umat-Nya.”
📍Paroki Santo Agustinus Paya Kumang
🕊️ Gembala Umat, Pelita Iman, Sahabat Jiwa
Ditulis oleh: Tim Redaksi Komunikasi Sosial (Komsos) Paroki Santo Agustinus Paya Kumang
Tanggal: 19 Oktober 2025
0 comments:
Posting Komentar