Dua Pertemuan Terakhir Kegiatan Belajar Firman Tuhan 2025 di Paroki Santo Agustinus Paya Kumang: Roleplay Kunjungan Rumah Hadirkan Pengalaman Iman yang Hidup dan Menyentuh
Kegiatan pada Senin (06/10/2025) dipimpin langsung oleh RD. GM Lastsendy Pamungkas Winarta, yang mendampingi peserta sebagai pembimbing dan narasumber utama. Dalam suasana yang sederhana namun penuh makna, dua pertemuan terakhir ini menjadi puncak rangkaian pembelajaran yang memadukan refleksi Kitab Suci dengan praktik nyata pelayanan kasih.
Turut hadir dalam kegiatan tersebut Ibu Angelina Norma Sanger selaku Ketua Panitia, Saudari Even Fransiska sebagai Sekretaris, serta beberapa panitia lainnya yang dengan setia mendampingi peserta sejak awal hingga akhir. Kegiatan ini diikuti oleh 11 peserta aktif dari berbagai lingkungan paroki, yang tetap antusias mengikuti setiap sesi meskipun kegiatan telah mendekati akhir.
Doa Pembuka dan Refleksi Awal
Dua pertemuan terakhir Kegiatan Belajar Firman Tuhan dimulai tepat pukul 18.45 WIB, diawali dengan doa pembuka yang dipimpin oleh dua peserta sesuai jadwal bergantian. Momen doa kali ini terasa lebih mendalam dan reflektif. Suasana ruangan hening, lilin kecil di depan altar menyala lembut, melambangkan terang Kristus yang hadir dalam kebersamaan mereka.
Dalam doa pembuka, peserta mengungkapkan syukur atas kesempatan untuk belajar dan bertumbuh dalam iman. Mereka juga memohon agar pertemuan terakhir ini menjadi saat yang meneguhkan dan menguatkan semangat untuk terus hidup dalam Firman Tuhan.
Pastor Lastsendy mengawali sesi dengan ajakan untuk merenungkan perjalanan panjang yang telah dilalui. Ia mengingatkan bahwa belajar Firman Tuhan bukan sekadar mendengarkan kata-kata suci, tetapi juga mengubah hati dan tindakan.
“Kita sudah berjalan bersama beberapa minggu, dan sekarang kita sampai pada dua pertemuan terakhir. Mari kita renungkan: apa yang sudah kita pelajari, dan bagaimana Firman itu telah bekerja dalam hidup kita,” ucapnya dengan lembut.
Perjalanan Panjang Menuju Pertemuan Terakhir
Kegiatan Belajar Firman Tuhan 2025 dimulai sejak awal Juli dan telah menjadi ruang perjumpaan yang hidup bagi umat Paroki Santo Agustinus Paya Kumang. Setiap pertemuan diwarnai dengan doa, diskusi, dan refleksi yang memadukan pemahaman Alkitab dengan kehidupan sehari-hari.
Peserta yang berasal dari berbagai latar belakang guru, pegawai, ibu rumah tangga, mahasiswa, dan katekis saling berbagi pengalaman iman. Mereka tidak hanya belajar dari Pastor, tetapi juga dari kisah hidup satu sama lain.
Dalam beberapa pertemuan sebelumnya, peserta telah membahas berbagai tema penting:
-
Mengenal Allah yang Berbicara dalam Kitab Suci
-
Mendengar Suara Tuhan dalam Keheningan
-
Iman yang Bekerja dalam Kasih
-
Menjadi Gereja yang Hidup dalam Pelayanan
-
Kunjungan Pastoral Sebagai Wujud Cinta Kasih
Kini, di dua pertemuan terakhir, fokus diarahkan pada penghayatan dan penerapan Firman Tuhan dalam tindakan nyata, yang diwujudkan dalam Roleplay Kunjungan Rumah.
Roleplay Kunjungan Rumah: Latihan Kasih yang Menghidupkan
Salah satu kegiatan utama pada dua pertemuan terakhir ini adalah Roleplay Kunjungan Rumah, yaitu simulasi pastoral dalam kelompok kecil. Peserta diajak untuk memerankan situasi nyata yang sering dihadapi dalam pelayanan Gereja di lingkungan: mengunjungi keluarga sakit, lansia yang tinggal sendiri, keluarga baru pindah, atau mereka yang sedang berduka.
Masing-masing kelompok diminta menyiapkan skenario dan dialog sesuai tema yang diberikan. Ada yang berperan sebagai prodiakon, ada yang menjadi pengurus lingkungan, dan ada pula yang berperan sebagai umat yang dikunjungi. Suasana menjadi sangat hidup, karena setiap peserta menampilkan perannya dengan penuh penghayatan.
Tawa, haru, dan keheningan silih berganti. Ada kelompok yang membuat semua peserta tersenyum karena kreativitas mereka, ada pula yang membuat ruangan hening karena skenario mereka begitu menyentuh.
Pastor Lastsendy yang menjadi pengamat sekaligus pembimbing memberikan tanggapan penuh kasih setelah setiap sesi roleplay.
“Kunjungan rumah adalah wujud kasih yang paling sederhana tetapi paling dalam. Melalui kunjungan, kita tidak hanya membawa doa, tetapi juga menghadirkan Tuhan sendiri dalam kehidupan sesama kita,” tuturnya.
Menurut Ibu Angelina Norma Sanger, roleplay ini dirancang agar peserta belajar empati dan pelayanan konkret.
“Kita ingin peserta tidak hanya mengerti Firman Tuhan secara teori, tetapi juga tahu bagaimana menerapkannya di lapangan. Lewat roleplay, mereka belajar menyapa, mendengarkan, dan melayani dengan kasih,” jelasnya.
Kehadiran Panitia dan Dukungan Penuh
Di sela-sela kegiatan, Saudari Even Fransiska selaku sekretaris panitia menuturkan bahwa dua pertemuan terakhir ini disiapkan dengan sangat matang. Panitia ingin agar penutupan kegiatan tahun ini berkesan dan menjadi pengalaman spiritual yang tidak terlupakan bagi para peserta.
Persiapan dilakukan dengan gotong royong mulai dari menata ruangan, menyiapkan konsumsi, hingga mempersiapkan properti roleplay. Bahkan, beberapa panitia rela datang lebih awal untuk memastikan semua berjalan lancar.
Dekorasi ruangan dibuat sederhana namun indah: di dinding depan tergantung spanduk bertuliskan “Hidup dalam Firman, Bergerak dalam Iman, Bertumbuh dalam Kasih.” Di atas altar kecil, sebuah salib kayu dan lilin besar menjadi pusat perhatian, seolah mengingatkan semua yang hadir bahwa segala pembelajaran harus bermuara pada kasih Kristus.
Refleksi Bersama Pastor Paroki
Setelah sesi roleplay, Pastor Lastsendy mengajak peserta melakukan refleksi pribadi dan kelompok. Ia menanyakan kepada setiap peserta: Apa yang paling berkesan selama mengikuti kegiatan ini? dan Bagaimana pengalaman belajar Firman Tuhan mengubah hidupmu?
Beberapa peserta menyampaikan kesaksian dengan mata berkaca-kaca. Seorang ibu rumah tangga berkata,
“Saya merasa dikuatkan. Dulu saya jarang berdoa bersama keluarga, tapi sejak ikut kegiatan ini, saya belajar memimpin doa di rumah.”
Seorang peserta muda menambahkan,
“Saya belajar mendengarkan orang lain dengan sabar. Ternyata menjadi umat Katolik bukan hanya datang ke Gereja, tetapi juga hadir untuk sesama.”
Pastor menyimak dengan penuh perhatian. Ia menegaskan bahwa kesaksian seperti itu menunjukkan bahwa kegiatan ini berhasil menghidupkan Firman Tuhan di tengah umat.
“Firman Tuhan yang kalian pelajari tidak berhenti di kepala, tetapi menyentuh hati dan menjadi tindakan nyata. Itulah bukti bahwa Allah bekerja dalam diri kalian,” katanya.
Makna Dua Pertemuan Terakhir
Dua pertemuan terakhir ini bukan sekadar penutupan formal, tetapi perayaan iman perayaan atas perjalanan spiritual yang penuh makna. Pastor Lastsendy menegaskan bahwa akhir dari kegiatan ini bukan berarti selesai, melainkan awal dari panggilan untuk terus mewartakan kasih Tuhan dalam kehidupan.
“Apa yang kita pelajari di sini harus kita bawa ke luar. Ketika kalian pulang ke rumah, biarlah Firman Tuhan menjadi terang bagi keluarga dan sesama,” pesannya.
Kegiatan ini diakhiri dengan pembacaan ayat Kitab Suci bersama, diambil dari Yakobus 1:22 “Hendaklah kamu menjadi pelaku Firman dan bukan hanya pendengar saja.”
Ayat tersebut menjadi pegangan bersama bagi seluruh peserta, panitia, dan Pastor.
Doa dan Ramah Tamah
Menjelang akhir pertemuan kedua, acara ditutup dengan doa pengutusan yang dipimpin langsung oleh dua peserta terakhir sesuai jadwal. Mereka berdoa agar semua peserta terus setia menjadi saksi kasih Tuhan di tengah dunia.
Setelah doa, suasana berubah menjadi penuh kehangatan. Panitia mengundang seluruh peserta untuk menikmati hidangan sederhana teh manis hangat, kue tradisional Ketapang, dan buah segar. Tawa, canda, dan obrolan ringan mengisi ruangan, menciptakan suasana persaudaraan yang tulus.
Peserta saling berfoto, bertukar kontak, dan berjanji untuk tetap menjalin komunikasi, bahkan merencanakan pertemuan rutin kecil di lingkungan masing-masing untuk terus belajar Firman Tuhan bersama.
Evaluasi dan Harapan
Dalam sesi singkat evaluasi, panitia dan peserta sepakat bahwa Kegiatan Belajar Firman Tuhan 2025 berjalan dengan sangat baik. Antusiasme peserta tinggi, metode pembelajaran efektif, dan suasana kekeluargaan terasa kuat.
Ibu Angelina Norma Sanger menyampaikan harapannya agar kegiatan serupa dapat terus dilaksanakan di tahun-tahun mendatang.
“Kegiatan ini menghidupkan iman dan mempererat persaudaraan. Kami berharap tahun depan pesertanya bisa lebih banyak, dan semoga Gereja terus mendukung kegiatan seperti ini,” ucapnya penuh harapan.
Sementara Pastor Lastsendy menegaskan bahwa semangat belajar Firman Tuhan tidak boleh padam.
“Firman Tuhan adalah nafas iman kita. Selama kita mau belajar dan berbagi, Gereja akan tetap hidup. Dua pertemuan terakhir ini hanyalah tanda koma, bukan titik,” ujarnya sambil tersenyum.
Kesimpulan
Dua pertemuan terakhir Kegiatan Belajar Firman Tuhan 2025 di Paroki Santo Agustinus Paya Kumang menjadi peneguhan iman sekaligus penutup yang sarat makna. Melalui Roleplay Kunjungan Rumah, peserta tidak hanya memahami Firman secara intelektual, tetapi juga belajar menerapkannya dalam tindakan kasih nyata.
Kegiatan ini menunjukkan wajah Gereja yang hidup Gereja yang mau belajar, mendengarkan, dan melayani. Di bawah bimbingan RD. GM Lastsendy Pamungkas Winarta, serta dukungan panitia yang setia, kegiatan ini menjadi ruang perjumpaan yang penuh kasih dan kebersamaan.
Suasana dua pertemuan terakhir ini begitu berkesan: doa yang khidmat, tawa yang tulus, refleksi yang jujur, dan hati yang penuh syukur. Lilin-lilin kecil yang menyala di akhir pertemuan seolah menjadi simbol bahwa terang Firman Tuhan telah menyala di hati setiap peserta — terang yang siap dibawa ke rumah, ke lingkungan, dan ke dunia yang haus akan kasih.
Dengan demikian, Senin, 6 Oktober 2025, tercatat sebagai salah satu momen rohani yang indah di Paroki Santo Agustinus Paya Kumang dua pertemuan terakhir yang tidak hanya menutup kegiatan, tetapi juga membuka jalan baru bagi hidup yang berakar dalam Firman dan berbuah dalam kasih.
📍Paroki Santo Agustinus Paya Kumang
🕊️ Gembala Umat, Pelita Iman, Sahabat Jiwa
Ditulis oleh: Tim Redaksi Komunikasi Sosial (Komsos) Paroki Santo Agustinus Paya Kumang
Tanggal: 6 Oktober 2025
0 comments:
Posting Komentar