Menutup Tahun dengan Iman: Belajar Firman Tuhan 2025 Paroki Santo Agustinus Paya Kumang Menggugah Semangat Umat

 

Sesi Foto Bersama

Menutup Tahun dengan Iman: Belajar Firman Tuhan 2025 Paroki Santo Agustinus Paya Kumang Menggugah Semangat Umat

Ketapang, 9 Oktober 2025. Suasana malam Rabu, 8 Oktober 2025, di Gedung Jeron Stoop CP, Paroki Santo Agustinus Paya Kumang, tampak berbeda dari biasanya. Udara sejuk khas malam Ketapang berpadu dengan kehangatan rohani umat yang berkumpul dalam suasana penuh sukacita. Tepat pukul 18.45 WIB, kegiatan Belajar Firman Tuhan 2025 resmi dimulai. Ruangan sederhana namun penuh makna itu menjadi saksi bagi perjumpaan iman yang telah tumbuh selama berbulan-bulan.

Kegiatan ini menjadi pertemuan terakhir dari seluruh rangkaian pembelajaran Firman Tuhan yang telah berlangsung sejak awal tahun 2025. Selama lebih dari dua jam  hingga pukul 21.30 WIB  umat Paroki Santo Agustinus Paya Kumang menikmati sesi terakhir yang penuh refleksi, kesaksian, dan peneguhan rohani.






































Puncak dari Sebuah Perjalanan Iman

Program Belajar Firman Tuhan 2025 bukan sekadar kegiatan pembinaan rohani, melainkan perjalanan iman yang dihidupi dalam keseharian umat. Dalam kegiatan ini, peserta diajak untuk memahami dan menghayati Kitab Suci secara lebih mendalam, menelusuri makna firman Allah yang hidup, dan menghubungkannya dengan realitas hidup sehari-hari.

Pertemuan penutup ini menjadi momen puncak dan peneguhan, di mana seluruh peserta diajak untuk melihat kembali perjalanan iman yang telah mereka lalui: mulai dari tahap pengenalan dasar Kitab Suci, pembacaan kontekstual, hingga praktik kasih dalam pelayanan nyata.

Kegiatan malam itu dipimpin langsung oleh RD. Fransiskus Suandi, yang sejak awal menjadi pendamping sekaligus narasumber utama dalam seluruh proses pembelajaran. Dengan pendekatan yang hangat dan penuh kebijaksanaan, RD. Fransiskus mengajak peserta untuk kembali menyadari betapa pentingnya firman Tuhan dalam kehidupan sehari-hari umat beriman.

Firman yang Hidup dan Menghidupkan

Dalam pembukaannya, RD. Fransiskus Suandi menegaskan bahwa Firman Tuhan bukan hanya untuk dibaca, tetapi untuk dihidupi. Ia mengajak peserta untuk tidak berhenti pada pemahaman intelektual semata, tetapi menghidupi setiap pesan Kitab Suci dalam tindakan kasih dan pelayanan konkret.

“Firman Tuhan itu hidup dan bekerja. Ketika kita membuka hati dan membiarkan Sabda itu menyentuh hidup kita, maka kita tidak lagi sama seperti sebelumnya. Kita akan diperbarui dari dalam,” ujar RD. Fransiskus dengan nada lembut namun tegas.

Romo yang dikenal dekat dengan umat ini menambahkan bahwa pembelajaran iman seperti ini perlu terus dilanjutkan dalam kehidupan komunitas. Firman Allah, katanya, adalah sumber kekuatan rohani yang tak pernah habis, selalu baru, dan selalu relevan untuk menjawab tantangan zaman.

Keterlibatan Panitia dan Peserta yang Setia

Turut hadir dalam kegiatan ini Ibu Angelina Norma Sanger selaku Ketua Panitia, Saudari Even Fransiska sebagai Sekretaris, serta sejumlah panitia lain yang dengan penuh tanggung jawab mendampingi jalannya program sejak awal hingga akhir. Mereka menjadi ujung tombak keberhasilan kegiatan ini, memastikan setiap pertemuan berjalan dengan baik dan penuh makna.

Kegiatan Belajar Firman Tuhan 2025 diikuti oleh 11 peserta aktif dari berbagai lingkungan di Paroki Santo Agustinus Paya Kumang. Meskipun jumlah peserta tidak besar, semangat mereka untuk belajar dan tumbuh dalam iman sangat luar biasa. Setiap peserta menunjukkan komitmen tinggi untuk hadir di setiap pertemuan, bahkan di tengah kesibukan dan berbagai keterbatasan.

“Yang terpenting bukan jumlahnya, tetapi kesetiaan dan kehausan akan Firman Tuhan,” kata Ibu Angelina Norma Sanger. “Kami sungguh bersyukur karena para peserta menunjukkan semangat luar biasa dan terus bertumbuh dalam iman.”

Mengenal Tiga Pilar Sumber Iman Katolik

Sebagai bagian dari pembelajaran malam itu, RD. Fransiskus Suandi menegaskan kembali tentang tiga pilar utama sumber iman Katolik yang menjadi fondasi kehidupan Gereja: Kitab Suci, Tradisi Suci, dan Magisterium. Ketiganya, kata beliau, tidak dapat dipisahkan satu sama lain, karena bersama-sama menyampaikan rencana keselamatan Allah kepada umat manusia.

  1. Kitab Suci
    Kitab Suci adalah Firman Allah yang tertulis, sumber utama pengetahuan iman dan pedoman hidup bagi umat Katolik. Melalui Kitab Suci, Gereja menerima wahyu Allah dan menyampaikan pesan keselamatan yang kekal.

  2. Tradisi Suci
    Tradisi Suci adalah ajaran dan teladan yang diwariskan secara lisan dan perbuatan, mulai dari Yesus Kristus, para rasul, hingga Gereja masa kini. Tradisi ini hidup dalam perayaan liturgi, doa, devosi, dan kesaksian umat beriman dari generasi ke generasi.

  3. Magisterium
    Magisterium adalah otoritas pengajaran resmi Gereja, yang diemban oleh Paus dan para uskup sebagai penerus para rasul. Melalui Magisterium, Gereja menjaga kemurnian ajaran iman dan menafsirkan Kitab Suci serta Tradisi secara otentik.

RD. Fransiskus menjelaskan bahwa ketiga sumber ini bagaikan tiga pilar penopang satu bangunan. Jika salah satunya dilepaskan, bangunan iman akan goyah. Oleh karena itu, setiap umat Katolik diajak untuk menghormati, memahami, dan menghidupi ketiganya dalam keseharian.

“Kitab Suci memberi kita Sabda; Tradisi menjaga kesetiaan kita pada Sabda itu; dan Magisterium menuntun kita agar tidak tersesat dalam menafsirkannya,” tegas RD. Fransiskus.

Refleksi Bersama dan Evaluasi Rohani

Selain mendengarkan peneguhan dari narasumber, para peserta juga diajak melakukan refleksi pribadi dan evaluasi rohani. Mereka merenungkan kembali perjalanan iman selama mengikuti kegiatan ini, menulis pengalaman pribadi, dan membagikan kesaksian tentang bagaimana Firman Tuhan mengubah cara mereka berpikir dan bertindak.

Beberapa peserta mengaku bahwa kegiatan ini membuka wawasan mereka tentang cara memahami Kitab Suci dengan lebih dalam. Ada pula yang merasa dikuatkan dalam menghadapi pergumulan hidup setelah belajar mengandalkan Firman Tuhan.

Seorang peserta bernama Maria Theresia, misalnya, menyampaikan bahwa melalui kegiatan ini ia belajar untuk melihat setiap peristiwa hidup dalam terang iman.

“Saya merasa lebih tenang dan kuat dalam menghadapi kesulitan. Firman Tuhan sungguh menjadi pelita bagi langkah saya,” ungkapnya dengan mata berkaca-kaca.

Suasana Hangat dan Penuh Sukacita

Sepanjang kegiatan, suasana Gedung Jeron Stoop CP terasa begitu hangat. Nyanyian rohani, doa bersama, dan tawa kecil di sela refleksi menciptakan atmosfer kekeluargaan yang kuat. Di akhir kegiatan, panitia mengajak seluruh peserta menyanyikan lagu penutup ‘Firman-Mu Pelita bagi Kakiku’, yang menggema indah di seluruh ruangan.

Setelah doa penutup, acara dilanjutkan dengan ramah tamah sederhana. Umat saling berbagi cerita, berfoto bersama, dan mengucap syukur atas perjalanan panjang yang telah dilalui. Momen ini menjadi pengingat bahwa iman tumbuh dalam kebersamaan dan kasih yang nyata.

Kehadiran Pastor Kepala dan Dewan Pastoral Paroki

Sebagai bentuk dukungan dan apresiasi atas kegiatan ini, turut hadir di bagian akhir kegiatan Pastor Kepala ex officio Paroki Santo Agustinus Paya Kumang, RP. Vitalis Nggeal, CP. Kehadiran beliau memberikan sukacita tersendiri bagi para peserta dan panitia.

RP. Vitalis Nggeal, CP dalam sambutannya menyampaikan apresiasi kepada seluruh peserta dan panitia.

“Saya bangga melihat semangat umat yang mau belajar dan mendalami Firman Tuhan. Ini adalah wujud nyata Gereja yang hidup, Gereja yang tumbuh karena Sabda,” ujar beliau.

Setelah sambutan dan doa penutup bersama, dilakukan sesi foto bersama antara Pastor Kepala RP. Vitalis Nggeal, CP, RD. Fransiskus Suandi, Ketua DPP Bapak Jeno Leo, serta seluruh panitia dan peserta. Momen ini menjadi simbol kebersamaan Gereja yang berakar pada Sabda Allah.

Menatap Masa Depan dengan Iman dan Harapan

Kegiatan Belajar Firman Tuhan 2025 memang telah berakhir, tetapi semangatnya tidak berhenti di sini. Panitia berencana melanjutkan program serupa dengan format baru pada tahun 2026, agar semakin banyak umat dapat terlibat dan bertumbuh dalam iman.

Ketua Panitia, Ibu Angelina Norma Sanger, menyampaikan harapan agar kegiatan ini menjadi benih kecil yang menumbuhkan budaya belajar Kitab Suci di paroki.

“Kami berharap kegiatan seperti ini terus berlanjut. Firman Tuhan harus menjadi bagian dari hidup kita setiap hari, bukan hanya saat ibadat,” ujarnya.

Sementara itu, RD. Fransiskus Suandi mengakhiri pertemuan dengan pesan mendalam:

“Jangan biarkan Firman Tuhan hanya berhenti di telinga, tetapi biarlah Sabda itu meresap ke hati dan menggerakkan tangan kita untuk berbuat kasih.”

Penutup: Firman yang Menjadi Daging di Tengah Umat

Belajar Firman Tuhan 2025 di Paroki Santo Agustinus Paya Kumang bukan hanya program pembelajaran, tetapi sebuah proses transformasi iman. Melalui pendampingan RD. Fransiskus Suandi dan dukungan penuh dari Pastor Kepala RP. Vitalis Nggeal, CP, serta seluruh panitia dan DPP, kegiatan ini telah menanamkan nilai-nilai penting: kesetiaan, pengharapan, dan kasih dalam hidup umat.

Dari pukul 18.45 hingga 21.30 WIB, waktu seolah berjalan begitu cepat. Namun makna dan sukacita yang dirasakan umat akan terus tinggal. Di tengah dunia yang semakin sibuk dan penuh tantangan, kegiatan seperti ini menjadi oase rohani yang menghidupkan kembali semangat umat untuk selalu berpaut pada Firman Tuhan.

Kegiatan pun resmi ditutup dengan doa syukur dan berkat penutup, diiringi wajah-wajah bahagia yang memancarkan kedamaian. Dari ruangan itu, umat melangkah pulang dengan hati yang penuh sukacita membawa pesan yang sama: Firman Tuhan adalah pelita bagi langkah kita dan terang bagi jalan hidup kita.

📍Paroki Santo Agustinus Paya Kumang

🕊️ Gembala Umat, Pelita Iman, Sahabat Jiwa

Ditulis oleh: Tim Redaksi Komunikasi Sosial (Komsos) Paroki Santo Agustinus Paya Kumang

Tanggal:   9  Oktober   2025

About Gr.SAPRIYUN,S.ST.Pi

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.

0 comments:

Posting Komentar