**Kebiasaan Menyelubungi Salib dan Patung dalam Masa Prapaskah V**

              Gereja Paroki Santo Agustinus Paya Kumang.Keuskupan Ketapang

Ketapang, 24 Februari 2025.Paroki Santo Agustinus Paya Kumang.Keuskupan.Hari Minggu Prapaskah I menandai awal perjalanan Masa Prapaskah, suatu masa suci selama 40 hari di mana umat beriman diajak untuk berpuasa seperti Yesus. Kesucian masa ini tercermin dalam teks liturgi seperti Doa Pembuka, Doa Persembahan, dan Prefasi yang dipanjatkan pada hari Minggu tersebut.

Dalam tradisi liturgi, Minggu Prapaskah V sebelumnya dikenal sebagai Minggu Sengsara (Dominica de Passione). Pada masa lampau, minggu ini dianggap sebagai persiapan mendekati sengsara dan wafat Kristus, sehingga bacaan Misa lebih banyak menyoroti kisah sengsara-Nya. Namun, setelah Konsili Vatikan II, seluruh Masa Prapaskah telah diatur sebagai perjalanan iman menuju kebangkitan Kristus, sehingga Minggu Prapaskah V kini tidak lagi disebut sebagai Minggu Sengsara, melainkan tetap dalam struktur liturgi Prapaskah seperti pada ritus Ambrosiana (bdk. PTLPL No. 88).

Salah satu kebiasaan liturgis yang tetap dianjurkan adalah menyelubungi Salib dan patung-patung kudus dalam gereja. Tradisi ini telah ada sejak abad ke-13 dan dijelaskan oleh Uskup Wilhelmus Durand dari Mende, Prancis, sebagai simbol bagaimana Kristus, dalam sengsara-Nya, menyembunyikan keilahian-Nya. Hal ini juga sesuai dengan Injil Minggu Prapaskah V yang menyatakan: “…akan tetapi Yesus menyembunyikan diri dan keluar dari kenisah” (Yoh 8:59, Rationale Divinorum Officiorum No. 34).

Sebelum Konsili Vatikan II, para penerbit Misale Schott memahami tradisi ini sebagai bentuk perendahan diri Tuhan, yang sekaligus mengajak umat untuk merenungkan misteri Sang Penebus yang tersalib. Calendarium Romanum menyebutkan bahwa sejak Minggu Prapaskah V, salib dan gambar para kudus tidak diselubungi, kecuali jika wilayah keuskupan setempat merasa perlu untuk mempertahankan kebiasaan ini. Dalam hari-hari terakhir Masa Prapaskah, umat beriman dianjurkan untuk lebih mendalami misteri penderitaan Kristus.

Konsili Vatikan II menegaskan kembali praktik ini dalam surat edaran Perayaan Paskah dan Persiapannya pada 16 Januari 1988 (Seri Dokumen Gereja No. 71), yang menyatakan bahwa kebiasaan menyelubungi salib di gereja sejak Minggu Prapaskah V dapat dipertahankan, jika diperintahkan oleh Konferensi Waligereja. Salib-salib tersebut tetap terselubung hingga akhir liturgi Jumat Agung, sementara patung dan gambar santo-santa tetap tertutup hingga awal perayaan Malam Paskah (PPP No. 26).

Hari-Hari Minggu Selama Masa Prapaskah

Tata bacaan Injil selama Masa Prapaskah disusun secara sistematis agar umat dapat semakin mendalami misteri iman. Bacaan Injil didukung oleh Bacaan I dan II, serta doa dan nyanyian yang memiliki tema khas dalam setiap tahunnya. Tema bacaan Prapaskah sebagai berikut:

  • Tahun A: Menyoroti tahapan pembaptisan.
  • Tahun B: Berpusat pada Kristus (Kristosentris).
  • Tahun C: Mengarahkan umat kepada pertobatan.

Bacaan dari Tahun A sangat dianjurkan bagi paroki yang sedang menjalani tahap akhir masa katekumenat, karena Minggu III-IV-V berisi refleksi mendalam tentang Sakramen Baptis yang berasal dari Sacramentum Gelasium Vetus (abad VIII, bdk. PPP No. 71). Berikut adalah urutan temanya:

  • Minggu Prapaskah III: Dialog Yesus dengan perempuan Samaria di sumur Yakub (Yoh 4:5-42), yang menggambarkan hidup baru melalui Sakramen Baptis.
  • Minggu Prapaskah IV: Penyembuhan orang buta sejak lahir (Yoh 9:1-41), melambangkan katekumen yang hidup dalam kegelapan dan kini mendapatkan terang Kristus.
  • Minggu Prapaskah V: Kebangkitan Lazarus (Yoh 11:1-45), yang menegaskan bahwa setiap orang yang dibaptis akan dibangkitkan dalam hidup baru oleh Kristus.

Sebagai umat beriman, Masa Prapaskah mengajak kita untuk lebih mendalami spiritualitas dan makna penderitaan Kristus. Kebiasaan menyelubungi salib dan patung bukan sekadar tradisi, melainkan juga sarana untuk menumbuhkan devosi serta permenungan mendalam akan sengsara Tuhan yang membawa kita kepada kebangkitan dan kehidupan baru.

Vivit Dominus in cuius conspectu sto (Allah hidup dan di hadirat-Nya aku berdiri).

Penulis: Tim Komsos Paroki Santo Agustinus Paya Kumang

Tanggal: 24 Februari 2025

About Gr.SAPRIYUN,S.ST.Pi

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.

0 comments:

Posting Komentar