Dalam Hening Malam, Sebuah Pesan Menuntun Jiwa pada Misteri Ilahi



 Foto Bapak. Ignasius Rinso Tigor,S.S

Dalam Hening Malam, Sebuah Pesan Menuntun Jiwa pada Misteri Ilahi

Refleksi Prodiakon Ignasius Rinso Tigor,S.S. Menyentuh Banyak Hati Umat

Ketapang, 31 Mei 2025Kala malam beranjak menuju keheningan paling dalam dan suara dunia perlahan meredup, justru saat itulah suara Allah menjadi paling nyaring terdengar di kedalaman hati yang terbuka. Tepat pukul 01.36 WIB, sebuah pesan rohani sederhana hadir menyapa para sahabat dan umat, dikirim melalui status WhatsApp oleh Bapak Ignasius Rinso Tigor, S.S., seorang Prodiakon di Paroki Santo Agustinus Paya Kumang, Keuskupan Ketapang.

Isi pesannya:

“Semakin kita lebur dalam keheningan, maka semakin kita menyadari Allah itu MISTERI, namun misteri yang dapat didekati dengan IMAN.”

Sepintas, hanya sebaris kalimat. Namun siapa menyangka bahwa kalimat ini akan menjadi bahan kontemplasi yang mendalam bagi banyak umat, bahkan hingga ke kelompok-kelompok doa dan komunitas religius yang tersebar di wilayah Keuskupan Ketapang.N

Status WhatsApp Bapak. Ignasius Rinso Tigor,S.S

Sebuah Kalimat, Sebuah Jalan Menuju Kedalaman

Dalam dunia yang bising, di mana notifikasi digital dan hiruk-pikuk aktivitas sering menelan waktu doa dan hening, pesan ini hadir sebagai alarm rohani. Ia mengajak umat untuk berhenti sejenak dan bertanya: Sudahkah aku menyediakan ruang bagi Allah untuk berbicara dalam diam?

Prodiakon Ignasius tidak menuliskan dogma teologis yang rumit. Ia justru menawarkan simplicity yang sakral menggiring setiap pembaca untuk masuk dalam pengalaman iman yang tak bisa dijelaskan sepenuhnya oleh nalar, tetapi dapat dialami dalam keheningan yang penuh pengharapan.

Misteri Allah: Tak Terselami, Tapi Dapat Didekati

Gereja Katolik selalu mengajarkan bahwa Allah adalah Misteri Ilahi bukan karena Ia menyembunyikan diri, melainkan karena kasih-Nya melampaui pengertian manusia. Namun misteri ini bukan tembok yang memisahkan, melainkan pintu yang mengundang. Dalam liturgi, doa, dan keheningan batin, umat diajak untuk mendekat, bukan dengan logika, melainkan dengan iman.

“Allah tidak dapat dimengerti sepenuhnya, tetapi Ia dapat dialami oleh hati yang terbuka dalam doa,” kata salah seorang Bruder Kapusin di Biara Ketapang yang turut membagikan pesan tersebut kepada komunitasnya.

Keheningan: Bahasa yang Dipakai Tuhan

Dalam tradisi para kudus, keheningan bukanlah ketiadaan, melainkan ruang di mana Roh Kudus bekerja. Santo Yohanes dari Salib menulis bahwa “Tuhan berfirman dalam keheningan yang penuh kasih.” Begitu juga Santa Teresa dari Avila menekankan pentingnya "interior silence" agar jiwa dapat bertemu dengan Sang Pencipta.

Apa yang ditulis Prodiakon Ignasius menjadi gema dari warisan iman ini. Dalam dunia yang dipenuhi suara, ia justru mengajak kita kembali pada suara hati. Hening bukan berarti pasif, tetapi aktif membuka diri pada kehadiran Allah.

Penutup: Keheningan Adalah Undangan

Melalui sebaris pesan, Prodiakon Ignasius mengajak kita menyingkir dari hiruk-pikuk dunia dan masuk ke ruang doa yang hening. Sebab di sanalah, misteri Allah menyapa kita bukan dengan petir atau guntur, melainkan dengan suara lembut yang menggetarkan jiwa.

Kiranya kita tidak hanya membagikan pesan ini secara digital, tetapi menghidupinya secara nyata dengan meluangkan waktu untuk hening, berdoa, dan membiarkan iman menuntun kita mendekati Sang Misteri. Karena sesungguhnya, dalam diam yang suci, kita bersua dengan Allah yang hidup.

“Tuhan, ajarlah aku untuk diam… agar aku bisa mendengarkan-Mu.”

Tim Komunikasi Sosial (Komsos)
Penulis : Tim Komsos Paroki Santo Agustinus Paya Kumang – Ketapang

Tanggal: 31 Mei 2025 


About Gr.SAPRIYUN,S.ST.Pi

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.

0 comments:

Posting Komentar