Santa Perawan Maria Mengunjungi Elizabeth: Sebuah Peristiwa Iman yang Membawa Sukacita dan Rahmat Ilahi


Foto RP. Vitalis Nggeal, CP

Santa Maria Mengunjungi Elizabeth: Sebuah Peristiwa Iman yang Membawa Sukacita dan Rahmat Ilahi

Ketapang, 31 Mei 2025.Setiap tanggal 31 Mei, Gereja Katolik merayakan Pesta Santa Perawan Maria Mengunjungi Elizabeth, sebuah momen istimewa dalam kalender liturgi yang sarat makna spiritual dan menjadi pengingat akan kasih, kerendahan hati, serta misi keselamatan Allah yang terus berlangsung di dunia.

Di Paroki Santo Agustinus Paya Kumang, Keuskupan Ketapang, peringatan pesta ini menjadi momentum reflektif dan edukatif bagi umat Katolik. Pastor Kepala ex officio, RP. Vitalis Nggeal, CP, menyampaikan pesan iman kepada umat dan masyarakat luas sebagai bentuk pewartaan Gereja dalam merayakan peristiwa Injili ini.

“Peristiwa kunjungan Maria kepada Elizabeth bukan sekadar kisah keluarga. Ini adalah tindakan nyata kasih, kehadiran Allah yang membawa rahmat, dan teladan bagi kita semua untuk menjadi pembawa Kristus di tengah dunia,” ungkap RP. Vitalis Nggeal, CP.

Sebuah Kisah Injili yang Kaya Makna

Peristiwa kunjungan Maria kepada saudarinya Elizabeth di wilayah Hebron, selatan Yerusalem, sebagaimana tercatat dalam Injil Lukas 1:39-45, bukan sekadar kunjungan antar keluarga. Jauh lebih dari itu, ini adalah pertemuan dua wanita istimewa yang tengah mengandung dua pribadi besar dalam sejarah keselamatan manusia: Yesus Kristus dan Yohanes Pembaptis.

Maria baru saja menerima kabar dari malaikat Gabriel bahwa ia akan mengandung dari Roh Kudus. Dalam berita sukacita itu, malaikat juga menyampaikan bahwa Elizabeth yang telah lama mandul dan lanjut usia, kini tengah mengandung dalam bulan keenam. Tanpa ragu, Maria bergegas melakukan perjalanan sejauh sekitar 100 mil dari Nazaret ke Hebron, membuktikan semangat kasih dan kepedulian yang luar biasa.

Namun tujuan kunjungan Maria bukan sekadar untuk menolong seorang kerabat. Tujuan terdalamnya adalah untuk menyampaikan kehadiran Allah — karena Maria membawa dalam rahimnya Sang Mesias. Maria bertindak sebagai "mediatrix", perantara rahmat Tuhan kepada manusia. Ketika Maria memberi salam kepada Elizabeth, anak dalam kandungan Elizabeth (Yohanes) melonjak kegirangan, dan Elizabeth yang dipenuhi Roh Kudus berseru, “Diberkatilah engkau di antara semua wanita dan diberkatilah buah rahimmu!”


Santa  Perawan Maria Mengunjungi Elizabeth

Teladan Kasih dan Kerendahan Hati

Maria tidak menyombongkan diri atas perannya sebagai Bunda Sang Penebus. Sebaliknya, ia merendahkan diri dan dengan penuh kasih mendampingi Elizabeth selama kurang lebih tiga bulan. Sikap ini menjadi teladan luar biasa bagi umat Katolik di segala zaman: bahwa kesalehan sejati selalu tampak dalam tindakan nyata penuh kasih, bukan sekadar dalam kata-kata atau jabatan spiritual.

“Santa Maria menunjukkan bahwa kehadiran yang membawa damai dan rahmat adalah kehadiran yang bersumber dari Allah. Maka setiap kita, dalam kapasitas dan tugas hidup masing-masing, diajak untuk meneladani Maria — tidak tinggal diam, tetapi aktif mengunjungi, menyapa, mendampingi, dan menguatkan sesama,” tegas RP. Vitalis Nggeal, CP.

Sejarah Penetapan Pesta

Pesta Santa Maria Mengunjungi Elizabeth pertama kali dirayakan secara resmi oleh Ordo Fransiskan pada tahun 1263 atas usulan Santo Bonaventura, seorang teolog dan pemimpin ordo yang sangat mengagumi peran Maria dalam sejarah keselamatan. Kemudian, Paus Paulus VI menetapkan tanggal 31 Mei sebagai hari pesta resmi dalam reformasi kalender liturgi tahun 1969, sekaligus menutup Bulan Maria yang selama ini dirayakan umat Katolik dengan doa Rosario dan devosi khusus.

Tanggal ini juga memiliki makna mendalam karena secara simbolik, Maria yang telah menerima kabar sukacita (25 Maret, Hari Raya Kabar Sukacita) lalu melangkah dalam iman dan kasih, dan kini, di akhir bulan Mei, Gereja diajak untuk merenungkan buah dari langkah itu: perjumpaan, pujian, dan kegembiraan rohani yang meneguhkan iman.

Pesan Bagi Umat dan Dunia

Melalui pesta ini, Gereja Katolik ingin menegaskan bahwa iman yang sejati adalah iman yang bergerak dan berbuah dalam kasih nyata. Santa Maria, dengan segala keagungan panggilannya sebagai Bunda Allah, tidak memilih untuk tinggal dalam keheningan semata, tetapi justru menghadirkan Kristus dalam setiap langkah, salam, dan pelukannya.

“Pesan kunjungan Maria tetap relevan untuk dunia kita hari ini: dunia yang lelah, terluka, dan sering kehilangan harapan. Maria hadir untuk membawa terang, sukacita, dan kekuatan dan kita, sebagai umat beriman, pun dipanggil untuk melakukan hal yang sama,” ujar RP. Vitalis Nggeal, CP mengakhiri pesannya.

Di tengah dunia yang dilanda tantangan, perpecahan, dan krisis kemanusiaan, Gereja diundang untuk meneladani Santa Maria: berjalan dalam kasih, hadir dalam kelembutan, dan mewartakan harapan yang menyelamatkan. Setiap pribadi beriman diundang untuk menjadi "Maria-Maria kecil" yang membawa Kristus ke dalam dunia   dalam keluarga, pekerjaan, pelayanan, dan masyarakat.


Disusun oleh: Tim Redaksi Komunikasi Sosial (Komsos) Paroki Santo Agustinus Paya Kumang

Tanggal:31 Mei 2025


About Gr.SAPRIYUN,S.ST.Pi

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.

0 comments:

Posting Komentar