"Orang Samaria yang Baik Hati": Pesan Reflektif Romo Fransiskus Mba’a, OSA Melalui Status WhatsApp
Ketapang 26 Mei 2025. Dalam suasana siang yang tenang, tepat pada pukul 12.09 WIB, Senin, 26 Mei 2025, umat Katolik di Keuskupan Ketapang dikejutkan dan sekaligus dikuatkan oleh sebuah pesan singkat namun sangat menyentuh dari Pastor Fransiskus Mba’a, OSA. Melalui status WhatsApp pribadinya, imam dari Ordo Santo Agustinus yang akrab disapa Romo Frans ini membagikan permenungan yang mendalam dengan tema "Orang Samaria yang Baik Hati."
Pesan tersebut bukan sekadar pembaruan status biasa, melainkan sapaan spiritual yang menggugah hati, seolah menjadi undangan bagi setiap orang beriman untuk merenungkan kembali makna belas kasih sejati di tengah dunia yang sering kali terbelenggu oleh sekat-sekat sosial, budaya, maupun agama.
Pesan Penuh Makna: Sebuah Ajaran Kasih Tanpa Batas
Dalam status tersebut, Romo Frans menuliskan:
“Menjadi orang Samaria yang baik hati bukanlah tentang siapa kita, tapi tentang siapa yang sedang membutuhkan kita. Dunia ini tidak kekurangan pemimpin, tetapi kekurangan hati yang tergerak oleh belas kasih. Maka marilah kita berhenti sejenak dari segala kesibukan, menundukkan kepala, membuka hati, dan berjalan mendekat kepada mereka yang tergeletak di pinggir jalan kehidupan.”
Pernyataan ini segera menarik perhatian banyak umat, terutama mereka yang telah mengenal sosok Romo Frans sebagai pribadi yang rendah hati, penuh perhatian, dan tak jarang menyampaikan permenungan rohani melalui media digital seperti WhatsApp maupun Facebook. Dengan gaya tutur khasnya yang lembut namun penuh kekuatan batin, Romo Frans berhasil menyampaikan pesan Injil dalam konteks kehidupan sehari-hari.
Konteks Injil dan Relevansi Zaman Kini
Refleksi tentang “Orang Samaria yang Baik Hati” merujuk pada perumpamaan Yesus dalam Injil Lukas 10:25-37, sebuah ajaran yang menembus batas waktu dan masih sangat relevan hingga kini. Dalam kisah tersebut, seorang Samaria yang secara tradisional dipandang rendah oleh masyarakat Yahudi justru menunjukkan belas kasih yang luar biasa kepada seorang yang menjadi korban perampokan, ketika tokoh-tokoh religius lainnya justru memilih untuk lewat begitu saja.
Dalam konteks zaman sekarang, pesan ini menjadi semacam “alarm” rohani yang membangunkan nurani umat untuk tidak tinggal diam di hadapan penderitaan sesama. Terlebih di tengah dinamika sosial yang kompleks, ketimpangan ekonomi, dan meningkatnya individualisme, permenungan Romo Frans hadir sebagai ajakan konkret untuk “menjadi dekat,” bukan hanya secara fisik, tetapi dengan empati yang sungguh-sungguh.
Sosok Romo Frans: Gembala yang Menyapa Lewat Hati
Pastor Fransiskus Mba’a, OSA dikenal luas sebagai seorang imam yang tidak hanya setia melayani di altar, tetapi juga menjangkau umat melalui pendekatan personal dan media digital. Keberadaannya di tengah umat Keuskupan Ketapang selalu membawa semangat pelayanan yang rendah hati dan penuh sukacita Injil.
Melalui status WhatsApp-nya yang sederhana, Romo Frans menunjukkan bahwa pewartaan tidak harus menunggu mimbar besar. Bahkan dari sebuah layar kecil, pesan keselamatan dan kasih bisa bergema ke penjuru hati umat yang haus akan sabda dan kehadiran Allah.
Penutup: Menjadi Samaria di Dunia Nyata
Pesan “Orang Samaria yang Baik Hati” dari Romo Frans bukan hanya ajakan untuk merenung, melainkan panggilan untuk bertindak. Di tengah dunia yang kerap kehilangan kepekaan, permenungan ini menjadi cahaya kecil yang menyalakan obor kasih dalam hati setiap pembacanya.
Semoga semakin banyak dari kita yang bersedia menjadi “Samaria yang baik hati” bukan karena kita lebih hebat, tetapi karena kita mau hadir di tengah luka dan derita sesama. Karena di situlah Kristus hadir dan kasih-Nya nyata.
Penulis:Tim Komsos Paroki Santo Agustinus Paya Kumang
Tanggal: 26 Mei 2025

.jpeg)
0 comments:
Posting Komentar