Perjumpaan Pribadi, Kasih Sejati, dan Perutusan Tiga Pilar Iman yang Ditegaskan Pastor Vikaris ex Officio RP.FX. Oscar Aris Sudarmadi,CP, dalam Pesta Santo Filipus dan Yakobus

 

Foto Pastor Vikaris ex officio RP. FX. Oscar Aris Sudarmadi, CP

Pimpin Misa

Perjumpaan Pribadi, Kasih Sejati, dan Perutusan: Tiga Pilar Iman yang Ditegaskan Pastor Vikaris ex Officio RP.FX. Oscar Aris Sudarmadi,CP, dalam Pesta Santo Filipus dan Yakobus

Ketapang, 4 Mei 2025.Hari Sabtu, 3 Mei 2025, menjadi hari yang penuh makna bagi umat Katolik di Paroki Santo Agustinus, Keuskupan Ketapang. Bertepatan dengan Hari Sabtu Imam, Paskah II, serta Peringatan Wajib Pesta Rasul Santo Filipus dan Santo Yakobus Muda, umat berkumpul dalam Perayaan Ekaristi yang dipimpin oleh Pastor Vikaris ex officio RP. FX. Oscar Aris Sudarmadi, CP. Dalam homilinya yang mendalam dan penuh semangat, Pastor Oscar mengajak umat untuk merenungkan makna Injil Yohanes 21:1-19 tentang penampakan Yesus kepada para murid-Nya di pantai danau Tiberias dalam terang ajaran Gereja Katolik.

Homili tersebut menyoroti tiga aspek penting dalam kehidupan iman Kristiani yang menjadi kekuatan dasar bagi panggilan hidup setiap murid Kristus, yakni perjumpaan pribadi dengan Yesus yang bangkit, kasih sejati kepada-Nya, dan perutusan untuk menggembalakan umat-Nya.


















































































































1. Perjumpaan Pribadi dengan Kristus yang Bangkit: Dasar Iman yang Hidup

Pastor Oscar membuka renungan dengan menegaskan bahwa pengalaman para murid dalam Injil hari itu mencerminkan dinamika batin manusia dalam menghadapi kehilangan, kekecewaan, dan kebingungan pasca wafat-Nya Yesus. Murid-murid, khususnya Petrus, memilih kembali ke kehidupan lamanya sebagai nelayan. Ini menggambarkan kecenderungan manusia untuk kembali ke zona nyaman ketika menghadapi kebingungan spiritual.

Namun dalam kebiasaan yang tampaknya biasa, Kristus yang bangkit hadir. Ia berdiri di tepi danau, menyapa mereka dengan kelembutan seorang sahabat: “Hai anak-anak, adakah kamu mempunyai lauk-pauk?” (Yoh 21:5). Yesus tidak hadir dengan kemegahan ilahi, melainkan dalam kesederhanaan yang penuh kasih. Inilah ciri khas kehadiran Yesus yang bangkit dalam kehidupan sehari-hari, sebagaimana ditekankan dalam Katekismus Gereja Katolik (KGK 645-647), bahwa Kristus yang bangkit hadir dalam rupa yang nyata, namun melampaui ruang dan waktu biasa.

Perjumpaan ini membuahkan buah melimpah: dari jala yang kosong menjadi penuh ikan. Ini bukan sekadar mukjizat fisik, tetapi simbol akan berkat rohani yang melimpah bila seseorang terbuka terhadap kehadiran Kristus. Dalam ajaran Gereja, hal ini mencerminkan kehidupan sakramental, di mana Kristus yang bangkit hadir dalam setiap perayaan Ekaristi dan dalam kehidupan doa umat-Nya.

2. Kasih Sejati kepada Kristus: Dasar Panggilan Seorang Murid

Bagian kedua dari perikop Injil ini menjadi dialog yang menggetarkan hati antara Yesus dan Simon Petrus. Tiga kali Yesus bertanya: “Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?” (Yoh 21:15-17). Pastor Oscar menegaskan bahwa pertanyaan berulang ini bukan untuk mempermalukan Petrus yang pernah menyangkal-Nya tiga kali, tetapi untuk memulihkan, memperbarui, dan meneguhkan kasih yang sejati. Dalam konteks spiritualitas Katolik, ini adalah momen penyembuhan rohani dan pendamaian pribadi antara Tuhan dan murid-Nya.

Menurut ajaran Gereja, kasih kepada Allah adalah perintah utama (lih. Mat 22:37-38) dan menjadi dasar dari segala tindakan murid Kristus. Kasih ini bukan sekadar emosi atau perasaan, melainkan komitmen yang diungkapkan dalam tindakan nyata. Pastor Oscar menggarisbawahi bahwa jawaban Petrus bukan hanya "aku mengasihi Engkau", tetapi juga menerima perintah Yesus: “Gembalakanlah domba-domba-Ku.”

Ini adalah bentuk panggilan dan misi dalam istilah teologis: missio amoris, misi karena kasih. Dalam konteks hidup umat, ini berarti bahwa setiap orang yang mengalami kasih Allah harus membagikannya dalam keluarga, masyarakat, dan Gereja. Kasih sejati kepada Kristus harus nyata dalam kasih terhadap sesama, khususnya yang miskin, tersingkir, dan menderita (lih. KGK 2443-2449).

3. Perutusan dan Tanggung Jawab Gembala: Mengikuti Kristus Sampai Akhir

Pesan ketiga yang ditekankan Pastor Oscar adalah tentang perutusan Petrus sebagai gembala kawanan Kristus. Tugas ini bukan sekadar peran sosial atau jabatan, tetapi tanggung jawab spiritual yang mendalam. Dalam Yohanes 21:18-19, Yesus mengungkapkan bahwa kasih kepada-Nya akan membawa Petrus kepada pengorbanan sejati, bahkan sampai mati demi memuliakan Allah.

Gereja mengajarkan bahwa setiap panggilan dalam Gereja baik sebagai imam, religius, maupun awammemiliki dimensi salib. Menjadi gembala berarti siap melayani, melindungi, dan memberi hidup bagi yang dipercayakan Tuhan, sebagaimana Kristus, Sang Gembala Baik, telah melakukannya (lih. Yoh 10:11). Pastor Oscar menegaskan bahwa Gereja bukanlah lembaga kekuasaan, tetapi komunitas pelayanan kasih, di mana setiap orang dipanggil untuk ambil bagian dalam menggembalakan, membina, dan menuntun sesama menuju keselamatan.

Penutup: Menghidupi Paskah dalam Kehidupan Sehari-hari

Pastor Oscar mengajak seluruh umat untuk tidak memaknai kebangkitan Kristus sebagai peristiwa sejarah semata, tetapi sebagai realitas yang terus hidup dan bekerja dalam Gereja dan hati setiap orang beriman. Dengan semangat Paskah III ini, umat diajak untuk:

Membuka diri terhadap kehadiran Yesus dalam hidup sehari-hari, khususnya dalam Ekaristi dan sabda-Nya;

Menjawab kasih Yesus dengan kasih sejati yang diwujudkan dalam pelayanan dan pengampunan;

Menjadi gembala bagi sesama, dengan semangat kerendahan hati dan pengorbanan seperti Kristus sendiri.

Perayaan Ekaristi pada Sabtu Imam ini menjadi pengingat bagi seluruh umat untuk terus setia pada panggilannya, sebagaimana Petrus yang diteguhkan oleh Yesus untuk menjadi batu karang Gereja. Dalam terang Pesta Santo Filipus dan Yakobus, umat diajak untuk setia seperti para rasul yang telah menyerahkan hidup mereka demi Injil.

Kristus yang bangkit bukan hanya dikenang, tetapi harus dihidupi. Dan perjumpaan pribadi dengan-Nya menjadi awal dari misi kasih yang tak berkesudahan.

Penulis:Tim Komsos Paroki Santo Agustinus Paya Kumang

Tanggal: 4  Mei 2025 

About Gr.SAPRIYUN,S.ST.Pi

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.

0 comments:

Posting Komentar