Pesan Rohani Sederhana yang Menyapa Jiwa di Tengah Malam
Ketapang, 31 Mei 2025
Ketapang, 31 Mei 2025.Di tengah keheningan malam yang sunyi, saat sebagian besar umat terlelap dalam istirahat, sebuah pesan rohani sederhana hadir menyapa jiwa. Tepat pukul 00.57 WIB, Bapak Ignasius Rinso Tigor, S.S., seorang Prodiakon di Paroki Santo Agustinus Paya Kumang, Keuskupan Ketapang, mengunggah sebuah status WhatsApp yang tampak singkat namun menyimpan makna rohani yang mendalam.
Pesan yang beliau tuliskan berbunyi:
“Kedahagaan kita akan Tuhan hendaknya tidak hanya ritual, dan terbatas pada ruang tempat ibadah dan persekutuan-persekutuan, namun harus terpatri di setiap denyut napas kehidupan kita.”N
Status WhatsApp Bapak. Ignasius Rinso Tigor,S.S
Kalimat yang sederhana itu seolah menjadi oase bagi siapa pun yang membaca, mengajak untuk merenung dan memeriksa kembali kedalaman relasi pribadi dengan Sang Ilahi. Di era yang penuh hiruk-pikuk aktivitas dan rutinitas serba cepat, pesan ini menyoroti pentingnya menghadirkan Tuhan tidak hanya dalam momen-momen liturgi atau kegiatan keagamaan, tetapi juga dalam keseharian yang paling biasa.
Sebagai seorang Prodiakon, Ignasius Rinso Tigor dikenal luas di kalangan umat sebagai pribadi yang tenang, rendah hati, dan penuh semangat dalam pelayanan. Kehadirannya dalam berbagai perayaan Ekaristi, kunjungan umat, hingga kegiatan pembinaan iman menjadi inspirasi tersendiri, khususnya bagi generasi muda Katolik di Paroki Santo Agustinus Paya Kumang.
Melalui unggahan WhatsApp tersebut, beliau seakan mengajak umat untuk tidak memenjarakan iman dalam tembok gereja semata, melainkan membawanya ke dalam ruang-ruang kehidupan: di rumah, di tempat kerja, di sekolah, bahkan dalam relasi dengan sesama. “Iman yang hidup adalah iman yang bergerak dan berdampak,” demikian komentar salah satu umat yang turut tersentuh oleh pesan tersebut.
Waktu unggahan yang berada di tengah malam juga tidak luput dari perhatian. Bagi sebagian orang, ini menjadi penanda bahwa refleksi dan kedekatan dengan Tuhan tidak mengenal batas waktu. “Tuhan tidak hanya dijumpai dalam pagi yang cerah, tetapi juga dalam sunyi malam saat hati terbuka untuk mendengar-Nya,” tulis seorang umat lainnya dalam pesan balasan kepada Prodiakon Ignasius.
Di tengah zaman yang sering menuntut bukti-bukti konkret dari iman, pesan ini kembali mengingatkan bahwa kekudusan dan kehadiran Tuhan bukanlah sesuatu yang eksklusif atau hanya tersedia di tempat-tempat tertentu. Sebaliknya, Tuhan hadir dalam setiap detik hidup yang dijalani dengan kasih, pengharapan, dan iman.
Kiranya, pesan sederhana dari seorang pelayan umat ini menjadi nyala kecil yang terus menghangatkan hati dan menuntun jiwa untuk tetap setia menapaki jalan-Nya tak hanya dalam ritual, tetapi dalam setiap denyut kehidupan. Sebab, dalam keheningan sekalipun, Tuhan tetap bersabda.
Tanggal: 31 Mei 2025
0 comments:
Posting Komentar