Pesan Rohani yang Menyentuh Jiwa dari Seorang Pelayan Gereja: Ungkapan Hening Penuh Makna dari Ibu Elisabet Susana, Sekretaris I DPP Paroki Santo Agustinus Paya Kumang
Ketapang, 31 Mei 2025.Di tengah kesibukannya sebagai tenaga administrasi PNS di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang dan perannya yang tak kenal lelah sebagai pelayan umat Katolik di Paroki Santo Agustinus Paya Kumang, Keuskupan Ketapang, Ibu Elisabet Susana, mengunggah sebuah pesan singkat di status WhatsApp pribadinya pada pukul 21.32 WIB, Jumat malam, 30 Mei 2025.
Unggahan tersebut, meski sederhana Berupa foto duduk di Kursi seuatu taman denagan kaki bersila dipagi yang cerah, langsung menarik perhatian banyak umat dan rekan sepelayanan. Sebab di balik kata-katanya yang lembut, tersimpan kedalaman refleksi rohani, keteguhan hati, dan kebijaksanaan hidup yang lahir dari pengalaman, doa, dan pengabdian yang panjang.
Isi status WhatsApp tersebut berbunyi:
"Ada satu masa dalam hidup perempuan..di mana ia berhenti menggenggam segalanya terlalu erat. Karena ia sadar, tak semua yang dibawa membuat langkahnya lebih ringan.Ia mulai berkemas. Diam-diam. Perlahan. Tanpa drama. Hanya ingin memberi ruang bagi dirinya untuk pulih dan bertumbuh."
Pesan tersebut menjadi viral di kalangan umat Paroki, terutama karena figur Ibu Elisabet dikenal bukan hanya sebagai Sekretaris I Dewan Pastoral Paroki (DPP) periode 2024–2027, tetapi juga sebagai seorang prodiakon perempuan yang penuh kelembutan, namun tangguh dalam pelayanan.
Menyuarakan Suara Hati Perempuan Beriman
Unggahan tersebut dianggap mewakili suara banyak perempuan Katolik, baik ibu rumah tangga, pelayan umat, maupun perempuan karier yang menjalankan hidup mereka dalam dinamika iman, keluarga, dan pekerjaan.
Dalam refleksi singkat namun sarat makna itu, tersirat sebuah kebijaksanaan spiritual yang lahir dari kedewasaan rohani: tentang keikhlasan, keheningan, dan keberanian untuk melepaskan demi penyembuhan batin dan pertumbuhan iman.
Sebagai seorang Prodiakon yang aktif membagikan Komuni Kudus kepada umat dan turut serta memimpin Ibadat Sabda, Ibu Elisabet tidak hanya hadir di altar, tetapi juga menghadirkan kehadiran Kristus dalam cara hidup dan tutur katanya. Ungkapan ini menjadi bukti nyata bahwa pelayanan bukan hanya tindakan luar, tetapi juga kontemplasi dan keteladanan hidup sehari-hari.
Perempuan, Gereja, dan Spiritualitas Zaman Ini
Dewan Pastoral Paroki Santo Agustinus Paya Kumang, tempat Ibu Elisabet mengemban tanggung jawab sebagai Sekretaris I, dikenal sedang dalam masa transformasi pastoral dan penguatan peran perempuan dalam pelayanan. Pesan seperti ini menjadi bagian dari narasi baru Gereja yang menempatkan perempuan bukan hanya sebagai pendukung, tetapi sebagai subjek aktif dalam karya kerasulan dan pewartaan Injil.
Pastor Paroki Santo Agustinus pun, dalam homili beberapa waktu lalu, pernah menekankan pentingnya kehadiran perempuan dalam tubuh Gereja yang membawa kepekaan, kelembutan, serta kekuatan moral yang luar biasa dalam merawat iman umat.
Sebuah Kesaksian Dalam Diam
Dalam dunia yang semakin bising oleh opini dan ekspresi, kesaksian dalam diam seperti yang ditulis oleh Ibu Elisabet justru terasa jauh lebih menenangkan dan menyembuhkan. Ia tidak menggurui, tidak menghakimi, melainkan hanya menyampaikan satu fase kehidupan rohani yang dialami oleh banyak orang, terutama perempuan, dengan cara yang lembut dan membumi.
Pesan tersebut mengajarkan kita semua bahwa melepaskan bukan berarti menyerah, melainkan mempercayakan. Bahwa ada masa di mana keheningan justru menjadi cara Tuhan menyapa dan menyembuhkan.
Dan lewat status singkat itu, Ibu Elisabet Susana telah menjadi suara hati banyak umat suara iman yang tulus, hening, dan membebaskan.
Tanggal: 31 Mei 2025
0 comments:
Posting Komentar