Belajar Bersyukur Setiap Hari: Pesan Renungan Sederhana Bapak Ignasius Rinso Tigor,S.S. Menyapa Umat Katolik Ketapang


Foto  Bapak Ignasius Rinso Tigor, S.S

“Belajar Bersyukur Setiap Hari: Pesan Renungan Sederhana Bapak Ignasius Rinso Tigor Menyapa Umat Katolik Ketapang”

Ketapang, Kamis, 10 Juli 2025 .Di tengah rutinitas harian umat yang padat dengan berbagai aktivitas, kelelahan, dan pergumulan hidup, sebuah pesan rohani sederhana hadir menyapa jiwa para pembaca Katolik di Ketapang. Tepat pukul 18.50 WIB, pada hari Kamis, 10 Juli 2025, Bapak Ignasius Rinso Tigor, S.S., seorang Prodiakon di Paroki Santo Agustinus Paya Kumang, Keuskupan Ketapang, mengunggah sebuah status WhatsApp yang sekilas tampak singkat, namun sesungguhnya menyimpan kedalaman makna yang menggetarkan hati setiap orang yang membacanya.

Isi pesannya tertulis demikian:

“Pandai-pandai bersyukur, jangan hanya mengeluh saban hari.”

Status WhatsApp Bapak.Ignasius Rinso Tigor, S.S
Pesan tersebut menjadi renungan harian yang menuntun umat untuk sejenak berhenti dari keluh kesah, menahan diri dari keinginan mengeluh, dan mengalihkan fokus hati kepada rasa syukur atas rahmat Tuhan yang senantiasa tercurah dalam hidup ini.

Dalam iman Katolik, syukur adalah bentuk doa terdalam, sebab dengan bersyukur kita menyatakan pengakuan iman bahwa hidup ini bukan milik kita sendiri, melainkan anugerah dari Allah yang Mahabaik. Segala sesuatu yang kita miliki  kesehatan, keluarga, pekerjaan, talenta, kesempatan, bahkan penderitaan dan pergumulan  adalah bagian dari rencana-Nya yang indah, meskipun terkadang kita belum mampu memahami maksudnya saat ini. Ketika kita bersyukur, kita menempatkan Allah di pusat kehidupan kita, menyerahkan segala kendali kepada-Nya dengan penuh kepercayaan bahwa kasih-Nya tidak pernah meninggalkan kita.

Santo Paulus pun menulis dalam 1 Tesalonika 5:18, “Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.” Ayat ini menjadi pedoman rohani yang sangat penting bagi umat Katolik, karena di dalamnya terdapat perintah Allah untuk senantiasa bersyukur, baik dalam keadaan suka maupun duka. Bersyukur dalam segala hal berarti mengakui kehadiran Tuhan di setiap peristiwa hidup kita, tidak hanya saat kita menerima berkat yang tampak menyenangkan, tetapi juga ketika kita menghadapi kesulitan yang menuntun kita untuk semakin mengandalkan Tuhan.

Renungan Bapak Ignasius Rinso Tigor ini seakan menegaskan kembali sabda tersebut di zaman sekarang, zaman yang penuh dengan tantangan, tekanan, dan tuntutan hidup. Banyak orang, termasuk umat Katolik sendiri, menjadi mudah sekali mengeluh saat menghadapi sedikit tantangan. Ketika pekerjaan terasa berat, ketika pelayanan gereja menyita waktu dan tenaga, ketika masalah keluarga datang silih berganti, atau ketika doa-doa belum dijawab sesuai keinginan, seringkali manusia lebih memilih mengeluh daripada bersyukur. Padahal sesungguhnya, setiap hari adalah anugerah baru yang diberikan Tuhan untuk dihidupi dengan sukacita. Setiap tarikan nafas adalah kesempatan memperbaiki hidup, menumbuhkan iman, dan melayani Tuhan melalui sesama.

Bersyukur berarti membuka mata hati untuk melihat karya Tuhan yang tersembunyi dalam hal-hal sederhana: nafas kehidupan yang masih berhembus, keluarga yang setia menemani meski dalam keterbatasan, sahabat yang menguatkan di saat kita terjatuh, rejeki yang mungkin tidak berlimpah tetapi selalu cukup, bahkan waktu istirahat setelah seharian lelah bekerja. Bersyukur juga berarti menyadari bahwa di balik setiap masalah dan pergumulan, ada tangan Tuhan yang sedang membentuk kita menjadi pribadi yang lebih kuat, lebih bijak, dan lebih rendah hati. Ketika hati dipenuhi syukur, maka keluh kesah akan perlahan sirna, digantikan damai, sukacita, dan pengharapan yang meneguhkan iman kita kepada-Nya.

Bapak Ignasius Rinso Tigor, S.S., yang dikenal umat sebagai pribadi sederhana, rendah hati, dan suka membagikan pesan rohani singkat setiap hari, melalui status WhatsApp ini mengajak umat untuk tidak terus-menerus menuntut lebih dan lebih lagi dari Tuhan. Manusia sering lupa bahwa Tuhan sudah memberi jauh lebih banyak daripada yang layak kita terima. Karena itu, beliau mengajak umat untuk menumbuhkan kebiasaan batin untuk berterima kasih dalam keadaan suka maupun duka. Bersyukur bukan hanya ketika hidup berjalan sesuai keinginan kita, melainkan justru ketika hidup terasa berat, di sanalah iman kita diuji: apakah kita tetap dapat bersyukur dan percaya kepada penyelenggaraan ilahi-Nya.

Beliau menekankan, hidup tidak akan pernah benar-benar bebas dari masalah, sebab salib adalah bagian dari panggilan iman kita sebagai murid Kristus. Namun, bersyukur membuat hati tetap damai di tengah segala badai. Damai itu bukan berasal dari tidak adanya masalah, melainkan dari keyakinan bahwa Tuhan selalu beserta kita, menolong kita, dan menuntun kita pada jalan hidup yang terbaik menurut kehendak-Nya.

Sebagai Prodiakon, beliau tak hanya menjalankan pelayanan di altar, membantu imam dalam liturgi dan membagikan Komuni Kudus kepada umat, tetapi juga menghadirkan pelayanan melalui media digital yang sederhana namun sarat makna. Banyak umat menantikan unggahan beliau setiap hari karena menjadi pengingat rohani yang menuntun langkah mereka agar tidak mudah putus asa, melainkan senantiasa berharap pada kasih Tuhan yang setia. Pesan-pesan beliau menjadi oase rohani di tengah padang gurun kekeringan iman zaman ini, mengingatkan umat untuk tetap berjalan dalam terang Sabda Tuhan.

Di akhir renungan ini, marilah kita bertanya pada diri sendiri dengan kejujuran hati: Sudahkah aku bersyukur hari ini? Sudahkah aku menatap hidup ini dengan penuh syukur, ataukah aku masih sibuk menghitung hal-hal yang tidak kumiliki hingga lupa mensyukuri apa yang telah Tuhan beri? Apakah aku sudah menjadi saksi iman yang memancarkan sukacita dan syukur kepada sesama di sekitarku?

Kiranya pesan rohani sederhana dari Bapak Ignasius Rinso Tigor hari ini meneguhkan setiap pembaca Katolik, agar kita menjadi umat yang lebih sabar, lebih ikhlas, dan lebih bersyukur dalam menjalani hidup sehari-hari. Janganlah kita terjebak dalam keluhan yang menutup mata hati kita dari kebaikan Tuhan, melainkan jadilah pribadi yang senantiasa memuliakan nama Tuhan melalui hidup yang penuh syukur.

“Pandai-pandai bersyukur, jangan hanya mengeluh saban hari.”
Sebab ketika hati bersyukur, jiwa pun dipenuhi damai, dan damai itu adalah anugerah terbesar yang hanya dapat diberikan oleh Allah sendiri. Amin.

📍Paroki Santo Agustinus Paya Kumang

🕊️ Gembala Umat, Pelita Iman, Sahabat Jiwa

Ditulis oleh: Tim Redaksi Komunikasi Sosial (Komsos) Paroki Santo Agustinus Paya Kumang

Tanggal:   10 Juli 2025 

About Gr.SAPRIYUN,S.ST.Pi

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.

0 comments:

Posting Komentar