Foto Kenangan 8 September 2024.dr. Simon Yosonegoro Liem, Sp.MK
BERITA DUKACITA PAROKI SANTO AGUSTINUS PAYA KUMANG
Ketapang, Sabtu, 12 Juli 2025
“Dalam hidupku, aku milik Yesus; dalam matiku, aku milik Yesus; dalam hidup dan matiku, aku tetap milik Yesus.”
Ucapan dukacita yang mendalam disampaikan oleh Pastor Kepala ex officio RP. Vitalis Nggeal, CP, Pastor Vikaris ex officio RP. FX. Oscar Aris Sudarmadi, CP, Ketua I Dewan Pastoral Paroki (DPP) Bapak Jeno Leo, Ketua II Bapak Andreas Didik Eko Purwantoro, serta seluruh umat Paroki Santo Agustinus Paya Kumang atas berpulangnya:
Pada Sabtu sore yang teduh, kabar duka ini menyejukkan sekaligus menorehkan kesedihan mendalam bagi umat Katolik di Keuskupan Ketapang, Kongregasi Pasionis Indonesia, dan seluruh umat Katolik Indonesia. Pastor Vitalis, CP, seorang imam misionaris tangguh, telah mengakhiri peziarahan hidupnya di dunia dan kembali ke pangkuan Bapa di Surga, tempat damai abadi yang selalu beliau rindukan sepanjang hayat.
Riwayat Hidup Singkat Pater Carel Frederik Frumau, CP (Pastor Vitalis, CP)
Pastor Vitalis lahir di Negeri Kincir Angin, Belanda, tepatnya di kota Dordrecht pada tanggal 29 September 1935. Beliau merupakan anak keempat dari enam bersaudara dalam sebuah keluarga Katolik yang sederhana namun sangat taat. Kedua orang tuanya dikenal sebagai pribadi yang religius, penuh kasih, dan selalu menanamkan nilai iman Katolik dalam kehidupan keluarga sehari-hari. Iklim keluarga yang religius ini menjadi tanah subur tumbuhnya benih panggilan hidup imamat dalam diri Carel kecil.
Pada hari kelahirannya, beliau langsung dibaptis, sebuah tradisi iman keluarga Katolik Belanda yang menegaskan penyerahan anak sepenuhnya kepada Allah sejak awal kehidupan. Saat berusia tujuh tahun, ia menerima Komuni Pertama dan Sakramen Krisma. Momen itu meneguhkan kerinduannya untuk selalu dekat dengan Yesus dalam Ekaristi dan menguatkan imannya di tengah kehidupan masa kecilnya yang sederhana.
Pendidikan rohaninya dimulai di bawah asuhan para Suster O.L. Vrouw van Amersfoort, di mana beliau dibentuk untuk menjadi anak yang disiplin, rajin, taat, dan peduli pada sesama. Ketekunan dan kecerdasannya dalam belajar membuat para suster dan gurunya melihat bakat dan panggilan istimewa dalam dirinya. Ia dikenal sebagai anak yang tenang, penuh kasih, suka menolong teman-temannya yang kesulitan, serta memiliki ketertarikan mendalam pada doa dan pelayanan Gereja.
Setelah menamatkan pendidikan dasar dan menengahnya, beliau melanjutkan pendidikan di Seminari Menengah Santo Gabriel, Haastrecht. Di seminari inilah benih panggilannya semakin diperteguh. Setiap hari, ia mengikuti pembinaan rohani, studi filsafat dan teologi, serta latihan kerasulan yang menyiapkannya menjadi calon imam yang kokoh secara intelektual dan spiritual.
Pada usia 20 tahun, beliau memutuskan melangkah lebih jauh untuk menyerahkan hidup sepenuhnya kepada Allah dengan masuk novisiat Kongregasi Pasionis. Dalam Kongregasi Pasionis, beliau menerima nama religius Frater Vitalis dari Maria Immaculata, nama yang menjadi cerminan kerinduan hatinya untuk hidup suci dan murni seperti Bunda Maria, serta setia dalam penderitaan Kristus seperti teladan Santo Paulus dari Salib, pendiri Kongregasi Pasionis.
Setelah melalui masa pembinaan panjang, pendalaman spiritualitas Pasionis, dan studi teologi lanjutan, akhirnya pada tanggal 5 Mei 1962, ia ditahbiskan menjadi imam di tanah kelahirannya, Belanda. Tahbisan imamat ini menjadi puncak penggenapan kerinduannya sejak kecil untuk melayani Allah dan umat-Nya secara total.
Namun, panggilan hidupnya tidak berhenti di tanah kelahiran. Hanya setahun setelah tahbisannya, yakni pada tahun 1963, beliau menerima penugasan misionaris ke Indonesia, tepatnya di Keuskupan Ketapang, Kalimantan Barat. Pada tanggal 8 Maret 1964, Pastor Vitalis menginjakkan kaki untuk pertama kalinya di tanah Borneo, tanah perutusan yang menjadi ladang kerasulannya sepanjang hidup. Dengan semangat dan cinta kasih Kristus, beliau meninggalkan tanah air, keluarga, dan budaya asalnya demi mewartakan Injil dan mendampingi umat Allah di negeri yang baru baginya.
Sejak saat itu, hidupnya dihabiskan sepenuhnya bagi Gereja Indonesia, khususnya umat di Kalimantan Barat. Ia menapaki jejak para rasul, menjadi saksi kasih Allah, dan menghidupi motto imamatnya: “Dalam hidupku, aku milik Yesus; dalam matiku, aku tetap milik Yesus.”
Karya Pelayanan di Indonesia
Pastor Vitalis tiba di Ketapang, Kalimantan Barat, pada 8 Maret 1964. Awal pelayanannya dimulai di pedalaman Ketapang, meliputi Sepotong, Tumbang Titi, dan Balai Berkuak. Dalam kesunyian hutan dan keterbatasan sarana saat itu, Pastor Vitalis melayani umat dengan sepenuh hati. Tidak jarang beliau harus berjalan kaki, menyeberangi sungai dengan sampan kecil, dan menempuh jalan berlumpur demi menjangkau umat yang rindu sakramen.
Tahun 1979 hingga 1994, beliau diangkat sebagai Pastor Kepala Paroki Katedral Santa Gemma, Ketapang. Dalam masa kepemimpinannya, beliau dikenal sebagai sosok imam rendah hati, tekun, disiplin, dan penuh perhatian kepada umat, khususnya yang miskin dan tersingkirkan. Banyak umat mengenangnya sebagai “Bapa Rohani yang lemah lembut dan bijaksana.”
Pada tahun 1994, Pastor Vitalis mendapat tugas baru sebagai Vikaris Jenderal Pasionis Indonesia di Jakarta hingga tahun 1998. Setelahnya, beliau melanjutkan karya formasi di Novisiat Santo Gabriel, Batu, Malang, pada periode 1998–2005. Sejak 15 Januari 2005 hingga akhir hayat, beliau menetap dan melayani di Jakarta sambil terus mendampingi para frater muda dengan teladan hidup doa dan kesederhanaan.
Warisan Tak Ternilai
Pastor Vitalis tidak hanya meninggalkan kenangan indah sebagai seorang imam misionaris, tetapi juga meninggalkan warisan rohani dan intelektual yang begitu berharga bagi Gereja, khususnya Keuskupan Ketapang. Salah satu bukti nyata dedikasi dan kecintaannya pada umat serta Gereja lokal adalah karyanya dalam mendokumentasikan perjalanan sejarah iman di Kalimantan Barat melalui Buku “Catatan Harian Pastor Vitalis” yang diterbitkan oleh Keuskupan Ketapang pada tahun 2020.
Buku ini bukan sekadar catatan aktivitas rutin seorang pastor di stasi-stasi pedalaman Ketapang, tetapi lebih dari itu, menjadi kesaksian hidup seorang gembala yang berjalan bersama umat dalam segala suka dan duka. Setiap lembar catatannya mengisahkan bagaimana Pastor Vitalis dengan setia melayani umat di tengah berbagai keterbatasan, mulai dari keterbatasan transportasi, sarana komunikasi yang minim, medan pelayanan yang berat, hingga tantangan iman yang dihadapi umat saat itu.
Dalam catatan hariannya, terekam jelas kisah sukacita dan air mata umat yang berjuang membangun gereja sederhana di tengah hutan belantara, kisah baptisan pertama di kampung-kampung terpencil, kisah Komuni Pertama anak-anak yang ia didik dengan penuh kesabaran, hingga sakramen pernikahan bagi pasangan-pasangan Katolik yang diteguhkan dalam ikatan sakral Gereja. Tersimpan pula refleksi pribadi beliau atas iman umat yang sederhana namun begitu kuat, serta renungannya tentang penyelenggaraan Ilahi yang selalu menuntun setiap langkah pelayanannya.
Lebih dari sekadar dokumen sejarah, Catatan Harian Pastor Vitalis mengajarkan generasi sekarang tentang spiritualitas misionaris sejati: hidup dalam kesederhanaan, mencintai tanpa pamrih, dan menghadirkan kasih Allah melalui pelayanan nyata. Buku ini juga mencatat dinamika Gereja lokal, struktur paroki dan stasi pada masanya, jumlah umat Katolik yang terus bertumbuh, hingga proses inkulturasi iman Katolik dengan budaya lokal Dayak, Melayu, dan etnis lainnya di Ketapang.
Hingga kini, catatan tersebut menjadi referensi sejarah yang sangat penting bagi para imam, biarawan-biarawati, katekis, dan umat awam yang ingin memahami perjalanan Gereja Katolik di Kalimantan Barat, khususnya pada periode 1964–1993. Catatan itu menjadi pelengkap sejarah Gereja Keuskupan Ketapang yang tidak tertulis di buku sejarah umum, melainkan tercatat langsung oleh saksi mata yang terlibat dan berkarya di dalamnya.
Bagi generasi penerus, warisan ini bukan hanya untuk dibaca, tetapi untuk diteladani dan dihidupi, agar semangat misioner dan pelayanan Pastor Vitalis terus menginspirasi lahirnya pribadi-pribadi yang siap diutus, setia melayani, dan berani mencintai umat tanpa batas, sebagaimana beliau telah meneladankan Kristus dalam hidupnya.
Ucapan Perpisahan
Pastor Kepala ex officio RP. Vitalis Nggeal, CP menyampaikan, “Kami sungguh kehilangan sosok imam, misionaris, dan bapa rohani yang menjadi teladan kerendahan hati dan cinta kasih Allah. Semoga Tuhan menempatkan Pastor Vitalis di tempat terindah di sisi-Nya.”
Pastor Vikaris ex officio RP. FX. Oscar Aris Sudarmadi, CP menambahkan, “Hidup Pastor Vitalis adalah kesaksian nyata dari salib Kristus. Ia telah menapaki jalan penderitaan dan pelayanan dengan setia. Selamat jalan Pastor Vitalis, doakan kami di dunia ini.”
Ketua I DPP, Bapak Jeno Leo, mewakili umat Paroki Santo Agustinus Paya Kumang, juga menyampaikan, “Kami mengenang Bapak Pastor sebagai imam yang penuh kasih, tidak pernah membeda-bedakan umat, selalu ramah dan sabar menuntun kami dalam iman Katolik.”
Ketua II DPP, Bapak Andreas Didik Eko Purwantoro menuturkan, “Terima kasih atas seluruh karya dan pengabdianmu, Pastor. Engkau telah menjadi terang bagi banyak jiwa. Engkau akan selalu hidup dalam doa dan hati kami.”
Doa dan Harapan
Seluruh umat Paroki Santo Agustinus Paya Kumang memanjatkan doa bagi jiwa Pastor Vitalis:
Allah Bapa Maharahim, terimalah Pastor Vitalis dalam pelukan kasih-Mu. Ampunilah segala dosa dan kelemahannya, balaslah semua kebaikannya, dan anugerahkanlah dia kebahagiaan abadi bersama para kudus-Mu di Surga. Amin.
Selamat jalan Pastor Vitalis CF Frumau, CP. Istirahatlah dalam damai Kristus. Terima kasih atas segala kasih, doa, dan pengorbananmu bagi Gereja dan umat di bumi Kalimantan ini. Doakan kami agar tetap setia menapaki jalan salib dan kebangkitan Kristus hingga akhir hayat.
Rest in Peace, Pastor Vitalis. Jasamu abadi dalam sejarah iman Gereja.
📍Paroki Santo Agustinus Paya Kumang
🕊️ Gembala Umat, Pelita Iman, Sahabat Jiwa
Ditulis oleh: Tim Redaksi Komunikasi Sosial (Komsos) Paroki Santo Agustinus Paya Kumang
Tanggal: 12 Juli 2025
0 comments:
Posting Komentar