Hidup dalam Pelayanan Tulus Ikhlas Tanpa Pamrih: Tantangan Iman di Zaman Digital
Renungan Harian
Ketapang.Hari ini, Kamis 10 Juli 2025, Gereja Katolik merayakan Kamis Biasa Pekan XIV dengan warna liturgi hijau. Kita mengenang para kudus dan martir yang menjadi saksi iman di zamannya, yakni Santa Felisitas bersama ketujuh anaknya, Martir; Santa Rufina dan Secunda, Martir; Santo Erik IX, Martir; Santo Kanut IV, Martir; Santo Olaf II, Martir; serta Santa Veronika Yuliani, Biarawati. Bacaan Injil diambil dari Matius 10:7-15, di mana Yesus mengutus para murid untuk pergi memberitakan Kerajaan Surga.
Dalam perikop hari ini, Yesus berkata:
“Kamu telah memperoleh dengan cuma-cuma, maka berikanlah pula dengan cuma-cuma.”
Saudara/i terkasih dalam Kristus,
Di era digital ini, banyak hal baik yang sebenarnya merupakan pelayanan berubah fungsi menjadi konten komersial. Ada orang yang membantu sesama, menyumbang untuk korban bencana, memberi makan orang miskin, bahkan memandikan orang terlantar, namun sambil direkam dan diunggah di media sosial. Tentu, ada sisi positif: orang lain menjadi terinspirasi untuk berbuat kebaikan serupa. Namun, kita perlu bertanya pada hati nurani kita yang terdalam: apa motivasi pelayanan kita sesungguhnya?
Yesus hari ini menantang setiap murid-Nya untuk melayani dengan tulus ikhlas tanpa pamrih. Ini bukan berarti melayani diam-diam selalu lebih baik daripada melayani secara terbuka, melainkan menegaskan keutamaan hati yang murni, tanpa menuntut pengakuan, balas jasa, atau keuntungan duniawi. Segala berkat, talenta, kesehatan, dan waktu yang kita miliki hanyalah titipan Allah dan semua itu diberikan secara cuma-cuma. Maka, kita pun dipanggil untuk mengembalikannya melalui pelayanan tanpa pamrih.
Dalam kehidupan sehari-hari di paroki, kita pun sering berhadapan dengan motivasi pelayanan yang beragam. Ada yang melayani di lingkungan karena ingin menjaga nama baik keluarga. Ada yang masuk organisasi gereja demi melengkapi CV agar diterima di sekolah negeri unggulan atau kampus tertentu. Ada yang menjadi lektor atau pemazmur karena ingin dikenal atau dipuji suaranya merdu. Namun pelayanan sejati tidak menuntut penilaian manusia. Yesus mengingatkan kita hari ini: ketika kamu melayani demi popularitas, maka upahmu sudah kamu terima di bumi ini dan tidak akan ada upah rohani di surga. Tetapi jika kamu melayani dengan ikhlas dan hanya demi kasih kepada Tuhan, maka Tuhan sendiri yang akan menjadi jaminan upah kekalmu.
Kehidupan para martir yang kita kenang hari ini mengajarkan kita tentang pelayanan total tanpa pamrih. Santa Felisitas bersama ketujuh anaknya rela mati demi mempertahankan iman kepada Kristus. Bayangkan, seorang ibu yang harus menyaksikan anak-anaknya dieksekusi satu per satu dan akhirnya dirinya sendiri dibunuh, semua itu dilakukan bukan untuk popularitas atau penghargaan, melainkan demi kesetiaan kepada Tuhan. Santa Veronika Yuliani, seorang biarawati Kapusin di Italia, menghabiskan hidupnya dalam pelayanan rohani, merawat saudari-saudarinya yang sakit dan mendoakan banyak jiwa, dalam kesunyian tanpa publikasi. Para martir Skandinavia seperti Santo Erik IX, Santo Kanut IV, dan Santo Olaf II berjuang menegakkan iman Kristiani di negerinya walau harus dibenci dan dibunuh rakyatnya sendiri. Mereka semua menunjukkan teladan pelayanan tanpa pamrih, hanya demi cinta kepada Allah.
-
Ketika kita mau menolong tanpa berharap terima kasih.
-
Ketika kita merawat orang sakit tanpa mengeluh.
-
Ketika kita memberi dari kekurangan kita tanpa menuntut balasan.
-
Ketika kita membersihkan gereja tanpa menunggu pujian.
-
Ketika kita mendoakan orang lain tanpa mereka ketahui.Inilah bentuk pelayanan tulus ikhlas tanpa pamrih yang paling nyata dalam hidup sehari-hari.
Hari ini, mari kita bertanya pada diri sendiri:
Apakah aku sudah melayani dengan hati yang bersih?
Apakah aku rela jika tidak ada yang tahu atau memuji pelayananku?
Apakah tujuanku melayani sungguh hanya demi kemuliaan Allah?
Jika kita menemukan niat yang belum murni, janganlah putus asa. Mohonlah pertolongan Roh Kudus untuk menyucikan motivasi kita. Mintalah Bunda Maria untuk menjaga hati kita agar tetap rendah hati dan setia melayani hanya demi kasih kepada Puteranya, Yesus Kristus.
DOA
📍Paroki Santo Agustinus Paya Kumang
🕊️ Gembala Umat, Pelita Iman, Sahabat Jiwa
Ditulis oleh: Tim Redaksi Komunikasi Sosial (Komsos) Paroki Santo Agustinus Paya Kumang
Tanggal: 10 Juli 2025
0 comments:
Posting Komentar