MINGGU BIASA XV: PERUMPAMAAN ORANG SAMARIA YANG BAIK HATI MENGAJAK UMAT MENJADI PERPANJANGAN TANGAN KASIH TUHAN

 

Foto RP. Vitalis Nggeal, CP

MINGGU BIASA XV: PERUMPAMAAN ORANG SAMARIA YANG BAIK HATI MENGAJAK UMAT MENJADI PERPANJANGAN TANGAN KASIH TUHAN

Ketapang, 13 Juli 2025

Ketapang Hari Minggu, 13 Juli 2025, umat Katolik Paroki Santo Agustinus Paya Kumang, Keuskupan Ketapang, berkumpul dalam Perayaan Ekaristi Kudus Minggu Biasa XV, yang juga merupakan peringatan Santo Heindrich II, Pengaku Iman, serta Santo Eugenius, Uskup, dengan warna liturgi hijau yang melambangkan pertumbuhan iman, pengharapan, dan kehidupan yang selalu diperbarui oleh Tuhan.

Perayaan Ekaristi Kudus pagi ini dipimpin oleh RP. Vitalis Nggeal, CP, dengan tugas organis oleh Saudari Bertha, dirigen oleh Noyri Junghin, lektor oleh Ibu Margaretha Diana, dan pemazmur oleh Ibu Anita Yulis. Seluruh umat mengikuti misa dengan khidmat, menyiapkan hati untuk menerima Sabda Allah dan santapan rohani melalui homili yang disampaikan oleh RP. Vitalis.
























































































































Bagian Homili 

Dalam homilinya, RP. Vitalis Nggeal, CP, menyampaikan pesan yang sangat mendalam berdasarkan Injil hari ini tentang perumpamaan orang Samaria yang baik hati. Beliau memulai dengan menyapa umat dengan penuh kelembutan dan wibawa pastoral:

“Bapak, Ibu, Saudara, Saudari, dan adik-adik terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus. Hari ini, kita merenungkan pertanyaan seorang ahli Taurat kepada Yesus, yaitu bagaimana cara mendapatkan hidup yang kekal.”

RP. Vitalis menjelaskan bahwa Yesus menanggapi pertanyaan tersebut dengan memberikan perumpamaan tentang orang Samaria yang murah hati. Dalam perumpamaan tersebut, ada tiga tokoh penting: seorang imam, seorang Lewi, dan seorang Samaria. Imam dan Lewi melihat orang yang dirampok dan terluka parah, tetapi mereka melewatinya begitu saja tanpa menolong. Namun, orang Samaria, yang pada masa itu dipandang rendah oleh orang Yahudi, justru mendekat, berbelas kasih, membalut lukanya, mengangkatnya ke atas keledai tunggangannya, membawanya ke penginapan, dan merawatnya sampai sembuh.

RP. Vitalis menegaskan bahwa perumpamaan ini bukan hanya kisah moral biasa, tetapi memiliki tiga poin penting yang menjadi pesan Yesus bagi kita semua sebagai murid-Nya di dunia modern ini.

Tiga Poin Penting Bagian Homili

1. Gereja Katolik sebagai Tubuh Kristus yang Hidup dan Hadir Membawa Kasih

RP. Vitalis berkata:

“Apa yang ingin Yesus katakan pada kita melalui perumpamaan ini? Pertama, Gereja Katolik adalah tubuh Kristus yang hadir di tengah-tengah dunia untuk membawa kasih. Gereja tidak hanya sekadar melihat dan merasa kasihan, tetapi juga hadir untuk merawat, membalut luka, menolong mereka yang jatuh, dan memulihkan kehidupan mereka.”

Beliau menekankan bahwa kasih yang sejati selalu diwujudkan dalam tindakan nyata. Dalam perumpamaan itu, orang Samaria bukan hanya berhenti pada rasa iba, melainkan ia menyentuh luka, membersihkannya dengan minyak dan anggur, membalutnya, dan menanggung biayanya hingga orang itu benar-benar pulih.

RP. Vitalis mengutip Paus Fransiskus:

“Paus Fransiskus mengatakan bahwa Gereja harus menjadi rumah sakit bagi orang miskin dan papa, bagi mereka yang tersingkir dan terluka. Gereja tidak boleh menjadi menara gading yang hanya sibuk dengan aturan-aturannya sendiri, tetapi harus turun langsung menyentuh hidup umat yang menderita.”

Beliau menambahkan bahwa karya kasih dan belarasa inilah wujud nyata kehadiran Kristus di dunia, dan setiap umat dipanggil untuk menjadi bagian dari misi kasih Gereja tersebut.

2. Jangan Biarkan Agama Menjadi Alasan untuk Tidak Mengasihi

RP. Vitalis melanjutkan dengan menegur sikap para imam dan orang Lewi yang takut menolong karena khawatir menjadi najis. Ia berkata:

Yang kedua, Yesus menegur para imam dan orang Lewi yang takut menolong karena khawatir tangannya kotor. Mereka takut melanggar aturan ritual agama yang melarang mereka menyentuh darah atau orang yang dianggap najis. Tetapi Yesus menunjukkan bahwa kasih lebih utama daripada ritual.”

Beliau menegaskan:

“Jangan biarkan agama menjadi alasan untuk tidak mengasihi. Gereja tidak boleh puas hanya dengan aturan-aturan Gerejanya tanpa aksi nyata kasih. Orang-orang miskin, anak-anak terlantar, para lansia yang kesepian, dan mereka yang hidup dalam kesulitan itulah orang-orang yang saat ini ‘jatuh ke tangan penyamun’.”

RP. Vitalis mengajak umat untuk menyeberang jalan menuju aksi nyata kasih. Menjadi Katolik bukan hanya soal hadir di misa setiap Minggu, tetapi menjadi pelaku kasih di tengah dunia, di tengah keluarga, lingkungan kerja, sekolah, dan masyarakat, di mana pun mereka diutus.

3. Pergilah dan Perbuatlah Demikian: Perintah untuk Menjadi Perpanjangan Tangan Tuhan

RP. Vitalis menegaskan poin ketiga:

Ketiga, Yesus menutup perumpamaan ini dengan perintah tegas: ‘Pergilah dan perbuatlah demikian.’ Ini bukan sekadar ajakan, melainkan perintah dari Tuhan sendiri.”

Beliau melanjutkan:

“Gereja adalah Allah yang menyembuhkan. Gereja bukan sekadar tempat ibadah, tetapi tubuh Kristus yang bergerak membawa kasih. Kita semua adalah perpanjangan tangan kasih-Nya di dunia ini.”

RP. Vitalis mengingatkan umat akan teladan Santa Teresa dari Kalkuta yang mengatakan bahwa setiap tindakan kasih sekecil apa pun, meski hanya senyum tulus kepada orang lain, adalah perpanjangan tangan Tuhan. Saat kita memberi senyum, menolong orang sakit, menghibur yang berduka, atau mendengarkan keluhan orang yang putus asa, kita sedang menghadirkan Kristus sendiri di dalam hidup mereka.

Beliau menutup homili dengan pertanyaan reflektif yang menyentuh hati setiap umat:

“Apakah kita mau menjadi seperti imam dan orang Lewi yang lewat begitu saja karena merasa mereka bukan orang dekat kita, ataukah kita mau menjadi orang Samaria yang penuh kasih dan rela berkorban bagi sesama? Pergilah dan perbuatlah demikian. Tuhan memberkati kita semua.”

Penutup

Perayaan Ekaristi Minggu Biasa XV ini menjadi kesempatan bagi umat untuk merenungkan kembali panggilan hidup mereka sebagai murid Kristus, yaitu menjadi saksi kasih yang hidup di tengah dunia yang sering kali dipenuhi dengan luka dan penderitaan. Melalui homili RP. Vitalis Nggeal, CP, umat diajak untuk tidak hanya menjadi pendengar sabda, tetapi juga pelaku sabda, membawa kasih Kristus yang menyembuhkan kepada setiap orang yang dijumpai.

Dengan demikian, umat Paroki Santo Agustinus Paya Kumang diharapkan semakin menjadi pribadi yang murah hati, peduli, dan penuh belas kasih, menjadi wajah Kristus bagi dunia, serta melaksanakan perintah-Nya dengan setia: Pergilah dan perbuatlah demikian.

📍Paroki Santo Agustinus Paya Kumang

🕊️ Gembala Umat, Pelita Iman, Sahabat Jiwa

Ditulis oleh: Tim Redaksi Komunikasi Sosial (Komsos) Paroki Santo Agustinus Paya Kumang

Tanggal:   13 Juli 2025 



About Gr.SAPRIYUN,S.ST.Pi

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.

0 comments:

Posting Komentar