Menginstal Kembali Genetik Berpikir: Renungan Malam Bapak Ignasius Rinso Tigor Menyapa Jiwa Umat Katolik
Ketapang, 11 Juli 2025 .Dalam kesunyian malam yang menyelimuti bumi Ketapang, tepat pukul 22.00 WIB pada hari Jumat, 11 Juli 2025, sebuah pesan rohani sederhana hadir menyapa jiwa umat Katolik melalui status WhatsApp pribadi Bapak Ignasius Rinso Tigor, S.S. Beliau adalah seorang Prodiakon di Paroki Santo Agustinus Paya Kumang, Keuskupan Ketapang, yang dikenal umat sebagai pribadi rendah hati, cerdas dalam tutur kata, serta lembut dalam menyampaikan pesan iman.
Pesan yang diunggahnya pada malam itu tampak begitu singkat, seolah hanya rangkaian kata biasa yang menuturkan perasaan santai penikmat kopi. Namun, di balik kesederhanaannya, kata-kata itu mengandung makna rohani yang begitu dalam dan layak direnungkan oleh siapa pun yang membaca atau mendengarnya. Dalam status WhatsApp beliau tertulis:
"Kopi teman, menginstal kembali genetik berpikir, walau rumit untuk ditularkan dalam realitas tanpa kesangsian."
Sekilas, kalimat tersebut memadukan unsur kehidupan sehari-hari, yakni menikmati kopi, dengan refleksi mendalam mengenai hakikat berpikir dan menalar dalam hidup. Jika diuraikan lebih panjang dalam terang iman Katolik, kata “kopi” di sini dapat dimaknai sebagai simbol kesederhanaan dan kehangatan relasi. Kopi bukan hanya minuman, melainkan sarana keakraban, penghiburan, dan energi untuk kembali menata langkah.
Sementara ungkapan “menginstal kembali genetik berpikir” mengajak kita untuk merefleksikan cara berpikir kita yang mungkin selama ini terkontaminasi oleh kesibukan duniawi, rasa takut, atau prasangka negatif. Dalam konteks iman Katolik, kita diingatkan bahwa manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah (Kejadian 1:27), sehingga memiliki kodrat untuk berpikir jernih, lurus, dan penuh kasih. Namun, seiring waktu, dosa dan kelemahan manusia membuat cara berpikir kita menyimpang dari kehendak Allah. Maka, ajakan untuk “menginstal kembali” berarti memurnikan kembali pikiran kita melalui doa, sabda Tuhan, Sakramen Tobat, dan Ekaristi, agar kita senantiasa memiliki akal budi yang sehat, hati yang bening, serta niat yang tulus dalam menjalani hidup sehari-hari.
Lebih lanjut, frase “walau rumit untuk ditularkan dalam realitas tanpa kesangsian” menjadi pengingat bagi setiap orang beriman bahwa meskipun kita telah menemukan pencerahan dalam doa dan permenungan pribadi, belum tentu kebenaran itu mudah diterima orang lain. Dalam hidup menggereja, kita pun kerap menemui tantangan ketika hendak mewartakan Injil kepada sesama. Orang mungkin meragukan kebaikan kita, mempertanyakan niat kita, atau bahkan menolak kebenaran yang kita bawa. Namun seperti yang diajarkan Yesus, kita tetap dipanggil untuk menjadi saksi kasih dan kebenaran di tengah dunia, dengan rendah hati dan tanpa pamrih.
Bapak Ignasius Rinso Tigor, S.S., melalui status WhatsApp sederhana ini, meneguhkan bahwa dalam diam pun, seseorang dapat berkarya bagi Kerajaan Allah. Pesan singkat itu bukan sekadar kata, melainkan pancaran refleksi yang lahir dari keheningan, doa, dan perjumpaan pribadinya dengan Allah. Beliau mengajak umat Katolik, khususnya di Paroki Santo Agustinus Paya Kumang dan seluruh pembaca, untuk menyadari bahwa:
-
Pikiran kita perlu terus diperbaharui oleh Sabda Tuhan.
-
Iman yang hidup melahirkan pola pikir positif dan benar.
-
Hidup yang dipenuhi doa dan syukur akan menuntun pada tindakan yang memuliakan Allah.
Renungan malam hari ini menjadi pengingat lembut di ujung pekan, agar kita tak hanya sibuk menjalankan aktivitas dan kewajiban rohani secara lahiriah, melainkan juga sungguh-sungguh berani melakukan pembaruan cara berpikir dan cara memandang hidup. Jika setiap umat Katolik senantiasa menginstal kembali “genetik berpikir”-nya dalam terang Kristus, maka kasih, kebenaran, dan damai sejahtera akan semakin nyata dalam keluarga, lingkungan kerja, dan masyarakat.
Mari kita menutup hari ini dengan doa syukur atas segala berkat-Nya, serta memohon rahmat agar hati dan budi kita senantiasa diperbarui, sehingga hidup kita menjadi kesaksian nyata tentang kasih Allah yang tak pernah berhenti menyapa jiwa manusia, bahkan dalam keheningan malam yang hening ditemani secangkir kopi hangat dan pesan singkat penuh makna.
📍Paroki Santo Agustinus Paya Kumang
🕊️ Gembala Umat, Pelita Iman, Sahabat Jiwa
Ditulis oleh: Tim Redaksi Komunikasi Sosial (Komsos) Paroki Santo Agustinus Paya Kumang
Tanggal: 11 Juli 2025
0 comments:
Posting Komentar